Bukalah Sedikit Hatimu

426 16 0
                                    

“Laras.”

“Hah?”

“Emang temen gurumu bener-bener nggak ada yang bisa ya? Ini kan bukan bidangku.”

“Kerjaanmu nanti nggak harus jadi guru dulu kok. Kamu nanti cuma aku suruh buat ngetik-ngetik aja. Yang lain biar aku yang ngurus.”

“Oohh..”

Laras berjalan lurus di dalam gedung dinas, sementara Kirana hanya bisa mengikutinya dari belakang.

Ia tidak tahu apa-apa soal bangunan ini baik cara kerjanya maupun orang-orangnya maupun peta gedung ini maupun kegiatan yang akan ia lakukan saat ini.

Saat Kirana sedang berjalan dan melihat-lihat sekitar, tiba-tiba saja ia menabrak seseorang.

Kirana yang memang barusan tidak lihat depan, reflek meminta maaf pada orang yang ia tabrak.

Namun belum menyelesaikan kata maafnya, Kirana langsung diam. Ternyata orang yang baru saja ia tabrak adalah Laras yang mendadak berhenti di tengah jalan.

“Weh, ngapain berhenti neng? Macet ta?” goda Kirana. Laras tidak menjawab. Kirana bingung, ia berjalan ke samping Laras. “Ras? Kenapa?”

Mata Kirana langsung tertuju pada tangan kanan Laras yang memegang perutnya, seperti ada sesuatu yang sakit berasal dari sana.

Kirana langsung panik. “Ras kamu kenapa? Sakit perut ta? Pengen berak?” tanya Kirana sambil mulai berkeringat. Ia tahu bagaimana rasanya mendadak ingin berak ketika sudah harus bekerja, membuatnya panik sendiri.

Lalu Laras yang awalnya menunduk, langsung menoleh ke Kirana.

“Aku ke kamar mandi dulu.”

-

Laras sedang berjalan pelan sambil sedikit menundukkan kepalanya, masih mengingat-ingat soal kejadian kemarin.

Ia benar-benar merasa tidak nyaman. Semua perasaannya bercampur aduk. Pikirannya begitu kusut.

Ia benar-benar ingin jujur kepada suaminya, tentang semua kekhawatirannya, tapi suaminya juga adalah orang yang paling ia takuti untuk tahu semua keluh kesahnya. Ia takut.

Deg!

Laras seketika menghentikan langkahnya. Tiba-tiba ia merasa mual. Terasa seperti ada gejolak dalam perutnya yang mau dimuntahkan.

Laras berdiri tegang layaknya patung, tak bergerak bahkan setelah Kirana menabraknya. Ia mencoba menahan rasa mual ini dengan berdiri kaku di tengah jalan.

Tapi tidak bisa. Rasanya sesuatu benar-benar akan keluar dari mulutnya, yang bila sedetik saja ia terlambat, ia mungkin akan muntah di lantai.

“Ras kamu kenapa? Sakit perut ta? Pengen ngengek?” tanya Kirana sambil memegang pundaknya.

Dengan cepat Laras menoleh ke arah Kirana dan berkata lirih, “Aku mau ke kamar mandi” dan langsung berlari sekencang tenaga meninggalkan Kirana menuju kamar mandi.

-

Kirana dengan otak lemotnya hanya bisa mengerutkan dahinya ketika Laras meninggalkannya sendirian di tengah-tengah orang berseragam PNS ini.

Namun tahu bahwa ia tidak tahu apa-apa soal tempat ini, ia langsung berlari mengejar Laras.

Ketika Kirana sudah sampai di dalam kamar mandi, Laras sudah masuk ke dalam salah satu bilik.

Perlahan Kirana mendekati bilik tersebut. Ia berdiri tepat di depan bilik itu, diam tak bersuara. Hanya ada ia dan Laras di sini.

Hotel's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang