Kemesraan ini, Janganlah Cepat Berlalu

383 10 0
                                    

Kirana menggerakkan kakinya menuju parkiran mobil dengan anggun. Cara jalannya yang begitu elegan membuatnya terlihat layaknya model.

Sambil menenteng tasnya di bahu kanan, Kirana terlihat begitu kaya nan cantik dengan angin semilir nakal yang membuat rambutnya menari-nari.

Sayangnya kesan itu tidak bertahan lama, berhubung jarak mobilnya dengan dari pintu depan hanya berjarak 100 meter.

Kirana merogoh sakunya, lalu suara mobil Agyanya seketika terdengar keras beriringan dengan suara jalan raya.

Kirana segera masuk ke bagian depan mobilnya dan menutup rapat pintu mobil dengan cukup keras.

Ia menarik napas panjang sambil menyenderkan badannya di kursi. Tiba-tiba suara keras terdengar dari dalam mobil. 

Kirana dengan keras membenturkan kepalanya di setir mobil.

“AAAAAHHHHHHH!!!”

Terdengar beberapa emosi yang tercampur jadi satu di teriakannya.
Entah mana yang lebih menonjol, rasa malunya, atau rasa senangnya.

Secara mengejutkan, atau tidak (?) tidak ada emosi amarah dari teriakannya.

Mungkin karena perasaan lainnya yang terlalu menggebu-gebu sampai Kirana sudah tidak dapat merasakan amarahnya lagi.

Tanpa Kirana sadar, seluruh wajahnya telah bersemu merah, walau tidak semerah jidatnya yang baru saja terbentur setir mobil.

Waktu terus berjalan, namun Kirana masih diam mematung di kursinya.

Tidak ada tanda-tanda ia akan menyalakan mesin mobilnya. Rasanya Kirana benar-benar tidak ingin bertemu dengan atasannya sekarang.

Sekali, hanya untuk sekali, ia ingin menjadi karyawan bandel dan mengikuti kemauan hatinya untuk kembali ke hotel untuk bertemu kekasihnya.

Ia ingin memeluk David lebih lama, menatap matanya lebih lama, memegang tengkuknya lebih lama, menggenggam tangannya lebih lama.

Sayangnya keinginan besar itu harus bersaing sengit melawan rasa malu berlebihan yang ada di hati Kirana.

Keinginan Kirana untuk resign dari pekerjaannya jadi manajer hotel setelah adegan bemesraan di lobby hotelnya, di hadapan banyak karyawannya tidak kalah kuat dengan keinginannya untuk bertemu ke kekasihnya.

Setelah pertarungan tumpah darah yang dilakukan ‘mau ketemu pak David’ melawan ‘aku malu ketemu karyawanku’ yang menghabiskan banyak waktu, sayangnya peperangan ini harus dimenangkan oleh ‘aku malu ketemu karyawanku’.

Dengan muka masam akhirnya Kirana menyalakan mesin mobilnya menuju tempat meetingnya dengan bu Retno.

Tunggu sebentar pak David, saya janji nggak bakal lama.

_____

David menyilangkan kakinya dengan handphonenya yang berada di atas paha.

Tatapannya terlihat tenang. Posisi duduknya terlihat anggun. Ditambah wajah netralnya yang sangat menawan membuat sebagian orang, kebanyakan kaum hawa, meleleh melihat pria dengan kaos hitam bergambar tengkorak yang dibalut jaket coklat serta celana pendek selutut yang duduk di kursi menghadap ke kolam renang tersebut.

Hyper jancokkkkk!!! Pantesan jek epic ae ngentottt!! Penyaket, penyaket.

Tanpa semua orang tahu, dibalik ekspresi tenang nan tampan itu, tersembunyi kata umpatan serta penyebutan beragam hewan dari dalam kepala laki-laki yang mereka kagumi itu.

Kata-kata kotor, kasar, serta menyakitkan, semuanya dikumandangkan secara lantang, menggema di seluruh sel tubuh David.

Hembusan angin malam mengenai wajah David, membuat kepalanya sedikit dingin untuk saat ini.

Hotel's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang