Break

136 4 0
                                    

Dalam perjalanan kembali ke hotel, suasana mobil sunyi, tidak seperti tadi yang masih hangat dan penuh percakapan.

Baik Davin dan Kirana tenggelam di pikiran mereka masing-masing.

David sekali-kali menatap kekasihnya yang terus saja menatap ke jendela, membuatnya teringat kembali kejadian tadi sore.

-

David menoleh kepalanya begitu cepat, matanya membulat sempurna, dan jantungnya berdegup kencang.

Pria itu menatap tajam Kirana, yang masih menatap ke depan, ke arah tenggelamnya matahari.

“Hah?”

Hanya itu satu-satunya ucapan yang bisa keluar dari mulut David, walau ada ratusan pertanyaan yang tiada habisnya bermunculan di otaknya. Suaranya pun lirih, hampir seperti berbisik.

Akhirnya wanita itu menoleh ke arah David.

Dan ekspresi wanita itu, David baru pertama kali David melihatnya, namun ia tahu makna raut itu. Itu adalah raut yang penuh akan rasa bersalah.

“Maaf, aku..... Aku nggak bisa tinggal di Surabaya.”

David bisa merasakan seluruh badannya kaku. Ia kesusahan bernapas, dan rasanya sangat susah untuk menelan salivanya.

Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya.

“Oke. Boleh aku tahu kenapa?”

David berusaha mencari tatapan Kirana, namun wanita itu kerap menghindarinya.

“Aku, aku suka kerja di Jogja. Aku suka pekerjaanku sekarang Mas. Maaf, aku nggak bisa. Maaf.”

“Kamu nggak mau tinggal di Surabaya, karena pekerjaanmu?”

Kirana terlihat mengangguk kecil.

Hati David terasa remuk. Ia menyenderkan badannya dengan kasar.

“Jadi, intinya kamu lebih milih kerjaanmu daripada aku? Gitu ta?”

“Mas, bukan gitu. Aku–”

“BUKAN GITU APANYA?!?!!”

David membuka matanya lebar-lebar, terkejut bukan main akan apa yang baru saja ia lakukan.

Ia benar-benar tidak bermaksud mengeluarkan suara sekeras itu ke Kirana, namun tidak salah lagi, teriakan itu berasal dari mulutnya.

Lagi-lagi, ia membentak kekasihnya.

Asuuuuu, kok bisa mbentak Kirana itu lhooo David anjingg!!! Tolol bangsattt!!

David ingin meminta maaf pada Kirana, namun masalah sudah terlanjur memanas.
Bila minta maaf sekarang juga tidak akan berpengaruh. Kini yang harus David lakukan hanyalah menyatakan apa yang ada di pikirannya.

“Terus, gimana?” suara David terdengar serak.

Tidak ada jawaban dari Kirana. Wanita itu menunduk, membuat David sempat panik karena berpikir bila  wanita itu tengah menangis, namun tidak terdengar isakan sama sekali dari Kirana, jadi David biarkan. Ia tahu Kirana pasti sama bingungnya dengannya.

“........... Nggak tahu Mas.”

_____

Memasuki parkiran hotel, David mencari tempat untuk memakirkan mobilnya.

Begitu ia mematikan mesin mobil, suasana terasa semakin sunyi. Kini benar-benar tidak ada suara apapun di antara David dan Kirana.

Selama beberapa saat, baik David dan Kirana duduk diam di dalam mobil David yang sudah mati.

Hotel's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang