Hari ini Karina mengenakan gaun putih, di salah satu tangannya ada sebuket bunga lavender berwarna ungu, tangan yang lain dilingkarkan di lengan Kent. Rambut lurus dan panjangnya tergerai sampai ke punggung, tak lupa tiara yang menghiasi puncak kepalanya.
Sedari tadi, senyum di bibir merah ranumnya tak kunjunng luntur, bahkan Kent ikut tersenyum melihat hal itu.
Mereka kini sedang berada di ladang lavender yang ada di belakang Kastil. Ladang itu merupakan hadiah pertama yang diberikan Kent sejak pengucapan janji suci mereka di depan Altar beberapa jam yang lalu. Karena Kent tahu, Karina sangat suka bunga Lavender.
"Kamu lebih suka ending yang gimana?" Karina mulai bertanya pada Kent sambil memandangi hamparan ladang lavender di depan sana, wangi bunga itu menusuk indra penciuman, apalagi di saat mekar seperti ini, benar-benar harum dan menenangkan hati.
Kent tampak berpikir. Ia tak pernah memikirkan akan seperti apa akhir dari kisah mereka. "Enggak tahu, kamu sendiri?"
"Ya happy ending dong," jawabnya dengan bangga. Itu adalah impiannya sejak kecil. Bukankah kebanyakan kisah cinta seorang putri raja akan selalu berakhir bahagia selamanya? Ia juga ingin akhir yang seperti itu.
Kent terkekeh pelan, tangannya terulur untuk mengelus rambut panjang wanita cantik di sampingnya itu dengan lembut. "Kamu kebanyakan baca dongeng ya?"
Karina mengernyit bingung. Ia rasa tak ada yang salah dari ucapannya. "Memangnya kenapa?"
"Di dunia ini enggak ada yang namanya happy ending, karena kebahagiaan itu cuma sementara. 99% kehidupan manusia berakhir dengan sad ending," jelas Kent yang mencoba berpikir secara rasional.
"Kan masih ada 1%." Sepertinya Karina masih mengharapkan kebahagiaan abadi dalam hidupnya.
Kent menghembuskan napas kasar, lantas memeluk Karina dengan erat. "1% itu kemungkinan kalau kita bisa masuk surga. Cukup ingat aja kalau kita pernah bahagia, jangan terlalu mengharapkan happy ending."
Karina mendongakkan kepalanya, menatap Kent yang lebih tinggi darinya itu dengan pandangan tak suka. "Gimana kalau nanti kita jadi sebuah kenangan?"
Lagi-lagi Kent tersenyum mendengar pertanyaan aneh yang selalu terlontar dari bibir merah ranum itu. Kent menatap mata Karina dengan lembut, tatapan penuh cinta yang didambakan banyak kaum hawa. "Aku harus berterima kasih sebelum hal itu terjadi," ucapnya kemudian.
"Kenapa?"
"Karena kamu pernah menjadi alasanku untuk bahagia."
Karina tersenyum malu. Kent memang pandai membuat Karina mengalami euforia. Rasanya saat ini, karina ingin berlarian sambil berteriak dan tertawa sepuasnya. Tapi tetap saja, masih ada yang mengganjal di pikirannya. "Kamu enggak akan menahanku kalau aku mau pergi?"
"Kalau kamu pergi artinya kamu udah enggak ngerasa bahagia lagi sama aku, kalau aku melarangmu pergi artinya aku akan melarangmu untuk bahagia. Aku enggak mau merebut kebahagiaanmu."
"Kent sepertinya...."
"Tapi aku akan--."
"Sepertinya aku harus pergi sekarang, selamat tinggal," potong Karina lalu segera pergi dari sana.
"Kenapa harus pergi?" Tanya Kent bingung dan mulai mengikutinya.
"Kamu sendiri yang mengatakan tidak ada happy ending. Untuk apa aku di sini jika harus berakhir menyedihkan?"
Angin kencang datang, menerbangkan bunga-bunga lavender itu hingga menutupi tubuh Karina, dan sedetik kemudian, Karina menghilang bersama dengan seluruh bunga lavender yang ada di ladang itu. .
KAMU SEDANG MEMBACA
Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | END
Подростковая литература[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK⚠️] Keluarga Alison Zhou memiliki segalanya; Keluarga yang harmonis, Uang, kekuasaan, dan ketenaran. Mereka adalah penguasa dunia yang sesungguhnya. Namun, suatu kejadian membuat mereka kehilang...