Anna baru saja mengambil beberapa buku di perpustakaan, hanya buku bacaan ringan tentang Sains, semuanya materi SMP. Saat berjalan menuju kamarnya, ia tidak sengaja melihat pintu kamar Arvin terbuka dan ada beberapa pelayan di sana. Karena penasaran, akhirnya Anna masuk ke kamar Arvin.
Dapat dilihatnya Arvin sibuk memilih pakaian, kemudian memberikannya pada para pelayan untuk dimasukkan ke dalam koper.
"Arvin mau ke mana?" Anna bingung sendiri melihatnya, ia rasa Arvin tidak mengatakan apa pun saat makan malam tadi.
"Papa ajak Arvin ke Skotlandia, barusan Papa telepon," ujarnya tersenyum senang.
"Kok Papa enggak ajak Anna?" Anna kembali bertanya dengan nada tak suka.
"Mana Arvin tahu." Arvin mengangkat kedua bahunya, lantas melanjutkan mengemas pakaiannya. Tidak sabar untuk pergi ke Skotlandia besok, pasti menyenangkan keluar dari Mansion setelah sekian lama.
Anna langsung berlari ke kamarnya, lalu mengambil ponsel yang ia letakan di atas nakas dan segera menelepon Kent untuk meminta penjelasan.
"Halo An, kenapa? "
"Papa kenapa enggak ajak An juga?" Tanya Anna langsung, nada suaranya terdengar sangat kesal. Air mata juga sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Ke mana?"
"Arvin bilang , Papa mau ajak Arvin ke Skonlandia."
"Oh, An harus masuk sekolah kan? Makanya Papa ajak Arvin. Kasihan juga Arvin udah lama enggak keluar rumah, enggak papa ya? "
"Aaaaa... An juga mau ikut." Anna tidak dapat menahan tangisnya lagi.
"Kan An sekolah, enggak bisa pergi. An mau apa? Bilang sama Papa, nanti Papa belikan semuanya buat Anna."
Anna tidak menjawab, ia hanya menangis semakin keras.
"Gantian An, kemarin Papa udah ajak Anna, sekarang gantian Arvin lagi. Nanti kalau Anna udah liburan, Anna boleh ajak Papa ke mana pun, Okay? Udah ya jangan nangis lagi, Papa lagi banyak kerjaan, nanti Papa suruh Jonan ke situ. Bye sayang, good night."
Tangisan Anna semakin pecah setelah Kent memutuskan sambungan teleponnya.
Selang beberapa menit kemudian, Jonan datang ke kamar Anna, di belakangnya ada seorang pelayan yang membawa nampan berisi brownies coklat dan dua gelas susu coklat.
"Hai An, Gēgē bawa coklat. Anna mau enggak? Kalau enggak mau, Gēgē makan semua." Jonan merebahkan badannya ke sofa, lalu menyuruh pelayan itu meletakan brownies dan susu coklat di atas meja.
Cukup tahu diri dengan keadaan saat ini, pelayan itu segera keluar kamar setelahnya.
Jonan mengambil segelas susu coklat, "Tidak ada yang lebih enak dari segelas susu dan brownies coklat di malam hari," ucap Jonan sebelum meminum susu coklatnya.
Melihat hal itu, Anna langsung menghapus air matanya dan berjalan ke arah Jonan. Ia mengambil sepiring brownies sebelum duduk di sebelah Jonan.
"Besok Anna mulai latihan Padus kan?" Tanya Jonan seraya menyelipkan anak rambut Anna ke belakang telinganya.
Anna hanya mengangguk sambil memakan brownies.
"Jangan nangis lagi." Jonan merangkul adiknya sembari mengusap bahu Anna dengan lembut. "Kalau An ikut Papa, An enggak bakal ikut latihan besok. Pasti An ketinggalan dari teman-teman yang lain. Terus pas An ikut lagi, An bingung sendiri lihat teman-teman An udah bisa semua, sedangkan An belum bisa apa-apa, kan malu..." Jonan mulai berbicara panjang lebar, sedangkan Anna tidak bicara sepatah kata pun sambil menikmati brownies coklat kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | END
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK⚠️] Keluarga Alison Zhou memiliki segalanya; Keluarga yang harmonis, Uang, kekuasaan, dan ketenaran. Mereka adalah penguasa dunia yang sesungguhnya. Namun, suatu kejadian membuat mereka kehilang...