CHAPTER 29

225 36 14
                                    

Indonesia.

Setelah seminggu berada di Berlin, akhirnya Karina diperbolehkan pulang. Tetapi Karina masih harus menggunakan kursi roda, kakinya masih terlalu lemah untuk bisa berjalan.

Begitu mobil yang mereka tumpangi sampai di Mansion, Mr. Hans segera menyiapkan kursi roda Karina. Kent pun langsung menggendong Karina menuju kursi roda itu, lalu mendorongnya perlahan menuju pintu utama. Jonan, Anna dan Arvin juga menyusul di belakang mereka.

Kedua sudut bibir Karina terangkat sempurna begitu tiba di pintu utama. Bagaimana tidak, para pelayan sudah berbaris rapi di sepanjang lorong dengan perasaan campur aduk menyambut kedatangan Karina, entah karena sekedar menghormati kedatangan sang nyonya atau mereka benar-benar merindukan kehadiran Karina, tapi Karina cukup terharu melihat hal itu. Satu persatu dari mereka mulai menunduk sopan saat Karina dan Kent melewati mereka. Mungkin suasana saat ini mirip di film-film bertema kerajaan, di mana seorang ratu yang telah lama hilang akhirnya kembali lagi ke istana.

"Kenapa harus ke sini semua? Saya bisa ke dapur kok buat sapa kalian," ujar Karina dengan lembut seraya menggeleng pelan, matanya benar-benar berbinar memandang mereka semua.

Di ujung barisan, dekat ruang tengah, Bi Susan yang merupakan kepala pelayan dan Pak Surya yang merupakan kepala penjaga, sudah berdiri dengan senyum merekah. "Selamat datang kembali Nyonya," sapa Bi Susan dan Pak Surya bersamaan. Terlihat Bi Susan sudah berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Hai. Kalian masih di sini?" Karina tersenyum ke arah mereka. "Terima kasih ya, sudah mau bertahan di sini," lanjutnya lagi.

"Dengan senang hati Nyonya."

Karina menatap ke arah Bi Susan, "Susan, boleh enggak saya peluk bentar. Saya kangen banget soalnya."

Bi Susan terlihat bingung, dia hanya seorang pelayan, sungguh tidak pantas rasanya jika ia memeluk majikannya. Bi Susan melirik ke arah Kent, dilihatnya Kent mengangguk singkat. Setelah mendapat persetujuan dari Kent, Bi Susan segera memeluk Karina.

"Makasih ya, udah mau ngurus anak-anak saya selama saya enggak ada," bisik Karina sambil mengusap punggung Bi Susan.

Bi Susan tidak bisa menahan air matanya. "Sudah menjadi tugas saya Nyonya. Saya senang sekali Nyonya bisa kembali ke sini," ucapnya sambil terisak.

"Setelah makan siang nanti, segera ke ruangan saya. Jangan sampai ada yang tahu," bisik Karina lagi, lalu melepas pelukannya sambil tersenyum manis. Bi Susan lantas menunduk sopan.

"Kita istirahat dulu ya," ajak Kent kemudian. Ia mendorong kursi roda Karina menuju lift. Saat melewati Bi Susan, Karina memberikan senyum termanisnya.

-^-^-

"Kent, kok Mami sama Papi enggak ke sini ya? Kak Candra juga. Masa enggak ada satu pun dari mereka yang jenguk aku? Padahal aku kangen sama mereka," ungkap Karina setelah menghabiskan makan siangnya.

Kent menyimpan piring Karina di atas meja, lalu memberikan segelas air minum untuk Karina.

"Kent, kamu sembunyikan sesuatu dari aku?" Karina mengambil gelas itu sambil menatap Kent penuh selidik.

"Aku belum kasih tahu mereka kalau kamu udah bangun," jujur Kent yang membuat Karina membulatkan matanya.

"Termasuk orang tua kamu juga?" Tanya Karina.

Kent hanya mengangguk.

"Kenapa?"

"Kita enggak perlu mereka. Kita jalani kehidupan kita sendiri, tanpa harus ada mereka." Kent menggenggam tangan Karina. Kent masih belum bisa melupakan ucapan mereka saat meminta untuk menandatangani surat permohonan suntik mati pada Karina.

Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang