CHAPTER 22

328 41 22
                                    


FLASHBACK!

***

Karina membuka matanya perlahan. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah damai suaminya yang masih terlelap. Perlahan ia mulai mengusap pipi suaminya dengan lembut. "Morning, Kent," sapanya sambil tersenyum lebar. Menurutnya, tak ada yang lebih indah dari melihat orang yang ia cintai berada di sampingnya saat membuka mata di pagi hari.

Mendengar suara lembut Karina, Kent langsung memeluknya erat. "Morning Honey," balas Kent dengan suara serak.

"Kamu sibuk enggak hari ini?" Tanya Karina, masih belum menurunkan sudut bibirnya yang terangkat.

"Enggak, kan hari minggu aku buat kamu sama anak-anak," ucap Kent.

Senyum Karina semakin lebar mendengar hal itu, "Kalau gitu hari ini bisa ke gereja bareng dong."

"Iya," gumam Kent dengan mata terpejam. Ia semakin mengeratkan pelukannya, kapan lagi ada waktu luang di pagi hari selain hari minggu untuk bermesraan dengan istrinya.

Setidaknya Kent harus menikmati waktu-waktu seperti ini, sebelum negara api menyerang.

"Kent, aku harus bangunin anak-anak." Karina mencoba melepas pelukan Kent.

Seperti dugaan Kent, istrinya yang paling cantik sedunia itu selalu mementingkan anak-anaknya dibanding kebersamaan mereka. Itulah mengapa Kent selalu menyebut anak-anaknya negara api, karena mereka selalu merusak momen romantis dirinya dan Karina, menyebalkan, tapi Kent tetap menyayangi mereka. Susah memang memiliki anak-anak yang menyebalkan sekaligus menggemaskan.

"Ini masih pagi sayang." Kent mulai mencari alasan.

"Ya karena masih pagi makanya mau bangunin mereka, masa banguninnya pas udah sore," tukas Karina tanpa basa-basi. Ia tidak ingin mereka terlambat ke gereja. Karena persiapan untuk mengikuti Misa di gereja memakan waktu hingga satu jam, belum lagi mendengar rengekan mereka dan perdebatan lainnya. Itulah mengapa Karina harus segera membangunkan mereka.

Kent langsung terkekeh mendengar perkataan Karina. Kemudian ia sedikit mengurai pelukannya. "Morning kiss?"

Karina langsung mengecup bibir Kent singkat, lalu segera bangkit dari tempat tidur. "Udah ya, aku bangunin anak-anak dulu," pamit Karina sambil berjalan menuju pintu. Kemudian berbelok ke lift untuk turun ke lantai 3, di mana kamar anak-anaknya berada.

Kamar pertama yang ia kunjungi adalah kamar putra bungsunya, Arvin. Kamar sebelah kanan lorong yang berhadapan langsung dengan kamar Jonan yang ada di sebelah kiri lorong, sedangkan kamar Anna berada di ujung lorong. Sebenarnya pintu kamar anak-anaknya sengaja dibuat berdekatan, agar memudahkan Karina untuk membangunkan mereka saat darurat seperti ini.

Ia membuka pintu kamar Arvin perlahan, lalu mendapati anak bungsunya yang berumur 6 tahun itu masih terlelap. Kamar dengan latar biru muda itu cukup besar, di lantai berserakan mainan dan beberapa peralatan gambar, dinding kamar itu juga dipenuhi oleh lukisan-lukisan Arvin yang kaya akan imajinasi. Tapi setidaknya kamar ini masih seperti kamar anak laki-laki berusia 6 tahun lainnya. Tidak ingin berlama-lama, Karina langsung membuka Jendela kamar Arvin agar udara segar dapat masuk.

"Arvin, wake up baby," ucap Karina sambil menepuk bahu Arvin lembut. Mendengar suara Karina, Arvin langsung terbangun. "Mama hari ini enggak ada jadwal operasi, kita ke gereja yuk," lanjut Karina lagi.

"Memangnya ini hari minggu Ma?" Tanya Arvin masih setengah sadar.

"Iya, Arvin lupa?"

"Hehehe.. iya." Arvin langsung bangun dan duduk di pangkuan Karina sambil memeluknya. "Selamat hari minggu Mama," ucap Arvin.

Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang