Final pertandingan basket putra dilaksanakan sehari sebelum perayaan puncak Dies Natalis, tepat hari ini. Setelah mengalahkan kelas 11 MIPA, Jonan dan teman-temannya sedang mempersiapkan diri memperebutkan juara 1 dan 2. Tapi masalahnya adalah, lawan mereka hari ini merupakan pemenang lomba basket 2 tahun berturut-turut, tim yang paling ditakuti dalam pertandingan ini.
"Jo, lawan kita kali ini kelas 12 MIPA. Gimana dong?" Edi terus melihat ke seberang lapangan, tepat di mana kelas 12 MIPA bersiap. Dapat Edi lihat tatapan penuh intimidasi dari seberang sana, dingin dan menakutkan, apalagi begitu melihat tatapan elang sang ketua OSIS.
"Ya terus mau gimana? Enggak mungkin diganti juga kan?" Jonan terlihat santai sembari mengikat tali sepatunya.
"Gue juga rada takut nih lawan kelas mereka. Soalnya kan mereka pemegang juara basket 2 tahun berturut-turut," tambah A'an.
"Kalian takut karena ada kak Regan?" Tebak Daren yang sudah mengerti arah pembicaraan mereka.
"Lo tahu sendiri kan gimana dia," ujar Edi, wajahnya tampak khawatir.
"Yang dia sering main curang itu benar enggak sih?" Suara Evan cukup keras, membuatnya mendapat tatapan tajam dari Edi dan A'an.
"Kalian enggak perlu takut. Lagian kalau misalnya nanti kita kalah, ya biarin aja. Memangnya kalau kita kalah main basket kenapa? Mungkin memang belum waktunya kita menang, setidaknya kita masih masuk 3 besar kan? Jadi enggak perlu khawatir, enggak perlu takut sama siapa pun." Jonan mulai bersuara lagi, tidak ada raut kecemasan di wajahnya.
"Lo belum tahu Kak Regan orangnya gimana," balas A'an.
Jonan tampak berpikir, bagaimana cara mengembalikan kepercayaan diri teman-temannya? Jika seperti ini terus, mungkin mereka akan kalah sebelum bertanding.
"Mereka juara basket 2 tahun berturut-turut?" Jonan kembali memastikan.
"Iya."
"Pasti keren banget kalau bisa ngalahin mereka," ucap Jonan tiba-tiba. "Bayangin aja, juara basket 2 tahun berturut-turut dikalahkan oleh pemain pemula kayak kita," lanjutnya lagi, sambil menatap teman-temannya satu persatu.
"Lebih bagus lagi kalau itu bisa jadi kenyataan. Ayo dong, jangan pesimis kayak gini terus," tambah Evan yang ikut meyakinkan mereka.
"An, lo yang selalu antusias buat menang lomba. Mau nyerah sekarang?" Tanya Jonan pada A'an.
A'an menggeleng, "Enggak, gue enggak mau nyerah" tegasnya tampak yakin. "Ayo guys, kita borong semua juara dies natalis tahun ini. Hampir di semua perlombaan dies natalis kita menang, gue yakin di basket kita pasti juga bisa menang."
-^-^-
Wasit sudah memasuki lapangan dengan bola basket di tangannya. Ia berjalan menuju Regan yang sudah berada di tengah lapangan. Mereka bersiap untuk melakukan jump ball di sana.
"Perwakilan 10 Mipa ?" Tanya wasit itu.
"An, kok lo di belakang? Maju sana," bisik Evan.
"Jo, lo aja yang maju," suruh A'an yang membuat Jonan mengerutkan keningnya.
Tidak ingin membuang waktu lagi, Jonan segera maju ke tengah. Tepat di depan Regan, membuat para wanita yang duduk di tribune teriak histeris.
"Kenapa enggak lo aja sih?" Tanya Evan lagi.
"Kak Regan tinggi banget. Kalau gue yang maju pasti keliatan pendek di situ. Tapi kalau Jonan kan tingginya hampir sama kayak kak Regan, jadi enggak keliatan banget," jelas A'an.
"Heh fokus!" Tegur Daren pada mereka.
Di tengah lapangan, Regan menatap tajam ke arah Jonan. "Kamu tahu sedang berhadapan dengan siapa kan?" Tanya Regan sedikit berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | END
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK⚠️] Keluarga Alison Zhou memiliki segalanya; Keluarga yang harmonis, Uang, kekuasaan, dan ketenaran. Mereka adalah penguasa dunia yang sesungguhnya. Namun, suatu kejadian membuat mereka kehilang...