CHAPTER 34

243 40 16
                                    

Karina sedang memperhatikan Jonan yang berkemas untuk perkemahan besok. Sebenarnya Jonan sudah meminta para pelayan untuk melakukannya. Tapi ia langsung mendapat teguran dari Karina.

"Di sana nanti Jonan semua dilakuin sendiri, enggak ada Bibi yang bantuin Jonan." Begitulah yang Karina katakan padanya. Jadi mau tak mau, Jonan harus menuruti perkataan Karina.

"Vitamin yang Mama kasih udah disimpan belum?" Karina kembali memastikan.

"Udah."

"Obat Jonan jangan lupa bawa."

"Iya."

"Kalau Jonan kambuh langsung cepat-cepat minta bantuan yang lain, jangan sembunyi sendiri."

"Okay."

"Pakaiannya udah lengkap? Jangan sampai ada kelupaan."

"Hmm."

"Kaos kaki? Jaket? Selimut?"

"Udah semua Ma," jawab Jonan yang terdengar malas. Sudah sejak siang Karina mengingatkan perlengkapan yang perlu Jonan bawa, sampai Jonan sudah hafal sekarang.

"Jo," panggil Karina sekali lagi.

"Apalagi?" Geram Jonan.

"Jonan enggak pernah buat masalah di sekolah kan?" Tanya Karina yang terlihat sangat serius sekarang.

Pertanyaan Karina terdengar aneh di telinga Jonan. "Kenapa memangnya?" 

"Jonan selalu sopan sama kakak kelas kan? Enggak berantem sama siapa pun?"

Jonan terlihat bingung, kenapa Karina tiba-tiba menanyakan hal ini?

"Pokoknya kalau nanti misalnya ada sesuatu yang..." Karina tampak berpikir, mencari sebuah kalimat yang mudah dipahami tanpa harus membuat Jonan curiga. "Yang membuat Jonan tersudut di sana. Jonan jangan pernah kasar ya. Pokoknya kalau ditanya langsung jawab. Jonan ikuti aja peraturannya, jangan ngebantah siapa pun. Kecuali hal itu udah enggak masuk akal. Ngerti?"

"Jonan janji enggak akan buat masalah di sana," ujar Jonan pasti.

"Good boy." Karina mengusap bahu Jonan. "Habis ini langsung tidur ya. Jangan main-main lagi, biar besok enggak kesiangan. Mama ke kamar dulu. Good night."

"Good night Mama." Jonan memeluk Karina sebelum ia naik ke kasur.

Setelah Karina keluar dari kamarnya. Jonan langsung mengambil ponselnya, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia membuka sebuah foto yang ia ambil beberapa bulan yang lalu. Jika memang sesuai rencana, itu artinya Jonan akan segera menemukan jawaban dari semua teka teki yang menghantuinya selama ini. 

-^-^-

SELAMAT DATANG

DI BUMI PERKEMAHAN PRABANGKARA

Sebuah spanduk besar terpampang jelas menyambut Bus yang ditumpangi para peserta perkemahan. Mereka baru saja sampai di Buperka. Sebuah kawasan perkemahan milik yayasan Prabangkara. Hal yang pertama dilihat oleh para siswa adalah gedung berwarna abu-abu dengan bendera merah putih di depannya. Tepat di belakang gedung itu, lapangan luas yang dikelilingi pepohonan rindang tampak sangat menyejukkan. Semuanya terlihat normal, kecuali seutas tali yang membagi lapangan itu menjadi dua.

"Perhatian! Bagi peserta perkemahan, segera berkumpul di lapangan sekarang. Sepuluh... sembilan... delapan... tujuh... enam... lima... empat... tiga... dua... satu... yang terlambat JALAN MUNDUR!"

"HAH?!"

"PUNYA TELINGA NGGAK? DI SURUH JALAN MUNDUR YA JALAN MUNDUR!" Pekik Risa dari depan barisan. Entah kenapa, suasana yang tadinya ceria tiba-tiba saja berubah jadi mencekam.

Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang