CHAPTER 10

315 81 78
                                    

"Jo, nanti sore bisa kan?" Tanya Evan untuk yang ke sekian kalinya.

Jonan menghembuskan napas kasar ketika mendengar Evan menanyakan hal sama terus menerus, "Iya bisa... tinggal ke rumah aja, nanti barang-barangnya gue siapin," ucap Jonan mencoba menahan kekesalannya.

Kini Jonan dan Evan sedang mengantre di kafetaria. Hari ini kafetaria kelas 10 tampak sesak, pasalnya beberapa anak kelas 11 dan 12 juga terlihat berada di sini. Entah karena kafetaria ini memang lebih nyaman atau sekedar mencari muka. Atau mungkin juga karena ada seorang malaikat yang turun dari surga di sini.

"Ekhemm."

"Ekhemm, aduh tenggorokan gue agak sakit gimana gitu."

Mendengar suara itu, Jonan menoleh ke belakang sekilas, ada seorang gadis di belakangnya, bajunya tidak terlihat baru lagi, dapat dipastikan ia adalah kakak kelas. Tapi Jonan hanya mengabaikannya.

Setelah selesai mengantre, Jonan dan Evan segera menuju meja. Di sana sudah ada Chelin, Nina dan juga si kembar.

"Jo, nanti jadi kan?" Tanya Chelin tepat setelah Jonan duduk di sampingnya.

"Jadi, nanti tanya Evan aja di mana alamatnya," jawab Jonan.

Chelin mengangguk, "Untuk barang-barangnya gimana?" Tanyanya lagi. Chelin rasa mereka tidak pernah membahas akan membeli perlengkapannya di mana, mereka hanya membahas apa saja yang harus digunakan.

"Nanti gue siapin, kalian tinggal datang aja," balas Jonan santai.

"Oh oke."

-^-^-

Sudah 3 hari Kalia tidak makan di kafetaria ataupun pergi ke ruang diskusi, ia selalu menitipkan Kartu Kafetaria pada Sila atau Cika untuk membeli makanan lalu memakannya di taman belakang kelas 12.

Kalia masih malu tentang kejadian beberapa hari yang lalu, seharusnya ia tidak gegabah untuk menelepon Andriel hari itu.

"Nih Kal, salad buahnya," ucap Sila sambil menyodorkan semangkuk salad buah.

"Makasih Sil," balas Kalia.

"Eh, tadi kita beli salad buahnya di kafetaria kelas 10. Terus pas ngantri, gue tepat di belakang Pangeran." Cika memulai ceritanya.

Mendengar hal itu Kalia langsung bersyukur dalam hati, untung saja tadi dia tidak ikut.

"Badannya wangi banget Kal, pasti parfumnya mahal tuh. Padahal tadi gue udah suruh Sila buat dorong gue, biar kena si Pangeran, eh Sila malah enggak mau."

"Ya iyalah, keenakan nanti lo-nya. Soalnya ngeliat dari belakang aja, punggungnya si Pangeran udah kayak peluk-able gitu, Aaa.. jadi pengen peluk langsung." Sila memeluk dirinya sendiri saking menghayati khayalannya.

Kalia hanya menggeleng pelan melihat tingkah kedua temannya itu. Apa yang akan terjadi jika Kalia menceritakan kejadian kemarin kepada mereka?

"Tapi gue agak enggak suka sama cewek yang dekat-dekat si Pangeran," keluh Sila setelahnya.

Kalia menghentikan kegiatan makannya, kemudian menoleh ke arah Sila, " Siapa?"

"Si Model itu, memang cantik sih orangnya," ucap Cika terlihat tidak tulus

"Model? Chelin?" Tebak Kalia yang langsung membuat mereka mengangguk.

"Iya, siapa lagi? Kayaknya mereka lumayan dekat deh." Cika mulai memberi dugaan.

Ia dapat melihat sorot mata Chelin yang tak terlepas dari Jonan saat makan, atau bagaimana Jonan merespons ucapan Chelin. Sekarang Cika malah menduga ada sesuatu di antara mereka. Tapi Cika berdoa dalam hati, semoga dugaannya kali ini tidak benar.

Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang