CHAPTER 25

259 38 16
                                    

FLASHBACK!

***

Kent duduk sendirian di rooftop rumah sakit. Ia seperti tidak peduli dengan suhu udara musim dingin di Beijing, ia hanya mengenakan kemeja tipis berwarna hitam dan jas yang tidak begitu tebal.

Setelah mendengarkan penjelasan dokter mengenai trauma yang diderita Jonan, pikiran Kent benar-benar kacau. Ia sudah memutuskan akan membawa Karina ke Jerman, tapi bagaimana dengan Jonan dan anak-anaknya yang lain? Sangat tidak mungkin membawa mereka ke sana, apalagi kondisi mental Jonan yang belum stabil. Mungkin Anna dan Arvin masih bisa ia tinggalkan di Kastil bersama orang tuanya dan Mr. Fey, tapi Jonan bagaimana? Jonan perlu perhatian khusus sekarang ini. Dokter mengatakan akan lebih baik jika Jonan melakukan hal-hal yang ia suka dan berada di lingkungan yang tidak mengingatkannya pada kecelakaan itu.

"Jonan suka musik," gumam Kent sambil mengetukan jari telunjuknya pada kursi kayu tempat ia duduk. "Jonan juga perlu terapi. Lingkungan mana yang baik buat Jonan?"

"Peter!"

Kent segera mengambil ponsel yang berada di saku jasnya setelah sebuah nama terlintas di otaknya, lalu menelepon seseorang.

-^-^-

Jonan menyelinap keluar dari ruang rawatnya saat tidak mendapati para penjaga di depan pintu. Ia berjalan tanpa arah yang jelas, menebak-nebak di mana ruang rawat Karina. Salah satu ciri-ciri ruangan tersebut sudah pasti ada para penjaga yang berdiri di depan pintu, begitulah yang Jonan pikirkan. Jadi Jonan harus mencari ruangan VVIP yang memiliki penjaga.

Mata Jonan menangkap dua orang pria yang berdiri di depan sebuah pintu. Jonan langsung berlari menuju pintu itu.

"Tuan Muda!" Seseorang menarik tangan Jonan, membuat Jonan menghentikan langkahnya. "Anda tidak boleh ke sana Tuan Muda, seharusnya Anda juga tidak boleh keluar dari ruangan Anda."

"Jo pengen ketemu Mama, Mr. Hans. Sekali aja, boleh ya," pinta Jonan dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Maaf Tuan Muda, tapi kata Mr. Zhou, Anda tidak boleh ke sana."

"Jo cuma pengen ketemu Mama sebentar." Air mata Jonan mulai menetes, "Jo janji enggak akan nakal di dalam, Jo cuma pengen ngeliat Mama sebentar aja. Boleh ya Mr. Hans, tolong." Jonan menatap Mr. Hans penuh harap.

Mr. Hans menghembuskan napas kasar, ia tidak tahan melihat Jonan yang seperti ini. Mr. Hans memperhatikan sekitar sejenak, belum ada tanda-tanda kedatangan Kent. "Hanya sebentar, sebelum Mr. Zhou datang, Anda harus sudah keluar." Mr. Hans menuntun Jonan masuk ke dalam ruang rawat Karina.

Jonan menghentikan langkahnya saat melihat Karina yang terbaring lemah dengan berbagai macam alat yang terpasang di tubuhnya. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Rasa bersalah mulai menghantuinya lagi.

"Tuan Muda." Mr. Hans memegang bahu Jonan yang sudah bergetar. "Kita bisa keluar sekarang, jika Anda tidak--."

"Enggak, Jo mau di sini sama Mama. Mr. Hans keluar aja, kasih tahu Jo kalau Papa datang." Jonan melanjutkan langkahnya mendekati Karina, lalu duduk di kursi yang berada di samping ranjang.

Mr. Hans berjalan ke arah pintu, tapi ia tidak keluar, ia menunggu Jonan di sana. Tidak mungkin ia meninggalkan Jonan sendirian.

"Mama." Jonan meraih tangan kanan Karina yang tidak terpasang selang infus. Tangan yang menggenggamnya selama di mobil waktu itu. "Jo minta maaf Ma, gara-gara Jo Mama jadi kayak gini." Air mata Jonan mulai menetes lagi.

"Kalau aja waktu itu Jo enggak bawa Mama ke Restoran, pasti Mama enggak akan kayak gini." Jonan terisak, rasanya sakit sekali melihat Mamanya seperti ini. Jonan ingat bagaimana Karina memeluknya, membiarkan kepalanya terbentur keras untuk melindungi Jonan. "Mama kapan mau bangun? Jo udah bangun Ma. Padahal Mama janji bakal dengar Jo nyanyi lagi. Sekarang gimana caranya Mama bisa dengar Jo nyanyi lagi kalau Mama tidur terus? Jo juga takut Papa marah, Jo takut Papa enggak sayang lagi sama Jo. Nanti kalau Papa ninggalin Jo, terus Mama juga belum bangun, Jo sama siapa? Jo enggak mau sendirian. Jo takut Ma... Anna sama Arvin kangen sama Mama. Kemarin pas mereka ketemu Jo, mereka nangis, tapi Jo juga enggak bisa hibur mereka." Jonan menumpahkan isi hatinya, ia ingin Mamanya bisa memeluknya lagi dan menghentikan tangisannya, ia ingin mendengar suara Mamanya lagi, dan ia takut dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi nantinya, Jonan belum siap untuk hal itu, ia masih perlu Mamanya.

Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang