CHAPTER 9

314 84 54
                                    

Sore hari yang cerah dipergunakan Andriel pergi ke kediaman keluarga Alison Zhou, ia sudah lama tidak ke sana, jadi ia berencana untuk mengunjungi Jonan sore ini. Meski harus mengendarai mobilnya cukup jauh, dari cempaka Residen menuju Alison World yang berada di pinggiran Ibu Kota. Tapi itu bukan masalah besar, dulu juga Andriel hampir setiap sore datang ke sini untuk bermain basket bersama Jonan dan Evan. Di belakang Mansion memang ada lapangan basket pribadi milik Jonan.

Begitu menunjukkan kartu identitasnya pada penjaga di depan gerbang dan para pelayan, Andriel langsung disambut dengan baik di sana. Bahkan ia diperbolehkan untuk langsung naik ke lantai tiga sendiri dengan nyaman. Para pekerja lama di Mansion itu memang tahu, Andriel sudah seperti anak angkat keluarga Alison Zhou kedua setelah Evan.

"Anna," sapa Andriel pada gadis cantik berambut coklat panjang  yang sedang membaca komik di ruang tengah lantai tiga.

Dengan mata Hazelnut-nya, Anna menatap bingung ke arah Andriel. "Kamu siapa?" Tanya Anna kemudian.

"Andriel, Riel temannya Jonan, ingat enggak?"

"Kok beda?" Anna memperhatikan Andriel lagi dengan teliti. Andriel yang sering ia lihat dulu berbadan gemuk dan pendek, aneh sekali rasanya melihat Andriel berubah drastis seperti ini.

"Makin ganteng kan sekarang." Andriel menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum manis. Berusaha menggoda Anna.

Anna bergidik ngeri mendengar Andriel yang terlalu narsis, kini ia jadi yakin bahwa orang ini adalah Andriel yang ia kenal. "Biasa aja, gantengan juga Papa." Mendengar jawaban Anna membuat senyum di wajah Andriel memudar.

"Jonan mana?" Tanyanya langsung.

"Di kamar, lagi diperiksa dokter," jawab Anna sambil kembali membaca komiknya.

Andriel tampak terkejut dan sedikit cemas. "Dia sakit apa?"

"Kakinya yang kemarin cedera harus rutin diperiksa ke dokter," jelas Anna tidak mengalihkan pandangan pada komik di tangannya.

"Boleh masuk enggak ya?"

"Boleh, sana pergi," usir Anna.

"Untung cantik," batin Andriel sambil mendelik. Bagaimana bisa Anna yang begitu menggemaskan dahulu, kini menjadi galak. Tapi karena tidak ingin banyak berpikir lagi, Ia langsung melangkah ke kamar Jonan.

Saat tiba di sana, Andriel langsung dapat melihat Jonan yang sedang serius mendengarkan penjelasan Dokter. Jonan hanya melirik ke arah Andriel sekilas. Ada juga seorang pria mengenakan setelan rapi yang berdiri di samping Jonan, yang ia tahu namanya Mr. Fey.

Kamar itu masih sama seperti lima tahun yang lalu. Sebuah lemari besar berisi ratusan robot, sudut khusus untuk menyimpan koleksi alat musik Jonan, serta dua buah komputer besar tempat Jonan bermain game. Melihat semua ini, kedua sudut bibir Andriel terangkat sedikit, sambil berharap dalam hati, semoga sahabatnya bisa kembali seperti dulu juga.

"Jangan malas buat latihan yang saya beritahu kemarin ya Jo, minimal 5 menit sehari udah cukup. Biar kakinya kembali terbiasa buat gerak lagi," saran Dokter itu pada Jonan.

"Iya Dok, Makasih ya," balas Jonan sambil mengangguk.

"Kalau gitu saya permisi dulu," pamitnya.

"Hati-hati Dok."

Dokter itu berjalan keluar kamar didampingi oleh Mr. Fey, ia tersenyum singkat ke arah Andriel yang saat ini sedang duduk di sofa.

"Tumben ke sini?" Tanya Jonan menghampiri Andriel.

"Iya, males di rumah. Nyokap gue lagi arisan sama teman-temannya di rumah, jadi banyak Tante-tante rempong," jelasnya.

Jonan tertawa kecil mendengar ucapan Andriel, lalu meraih ponselnya, mencoba menghubungi Mr. Fey untuk membawakan mereka kudapan sore.

Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang