CHAPTER 13

272 52 30
                                    

Ruang OSIS tampak sunyi, hanya ada Tian dan Iren yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Tian sedang memeriksa daftar tamu untuk acara Dies Natalis yang akan diadakan akhir bulan September ini, sedangkan Iren, hanya ada satu hal yang akan ia lakukan di waktu luang seperti ini, yaitu belajar. Iren sedang membaca ulang ringkasan materinya untuk Ulangan Tengah Semester bulan depan, ia tidak ingin waktunya terbuang percuma.

"Ren, ini kita serius ngundang pemilik Alison Group buat acara puncak Dies natalis?" Tanya Tian memastikan sembari memperlihatkan kertas yang ia pegang pada Iren.

Iren hanya melihat sekilas, lalu kembali fokus pada bukunya. "Kalau liat di daftar tamu undangan sih gitu, tapi gue enggak yakin dia bakalan datang," jawab Iren.

"Gue juga mikir gitu. Lo bayangin, seorang miliarder kayak mereka datang ke acara anak sekolah, ngapain woi? Bokapnya Regan aja yang udah sering diundang, baru sekali gue liat dia datang ke acara kita. Ini malah mau ngundang Alison, gimana sih Bu Maya?" Gerutu Tian.

"Ya mau gimana lagi. Daftar namanya kasih ke anak kelas 11 aja, suruh mereka buat undangan. Enak aja mereka tinggal terima bersih," kata Iren sembari memberi beberapa catatan di buku ringkasannya.

"Gue juga sebel banget liat kelakuan anak kelas 11. Kita dulu mana berani gitu, semuanya harus inisiatif sendiri. Ini mereka malah harus disuruh dulu baru mau kerja. Bangsat emang!" omel Tian.

"Hai guys," sapa Risa yang baru saja tiba di ruang OSIS, di belakangnya ada Cika dan juga Sila.

"Masa katanya di kelas 10 MIPA ada monster gila baru," cerita Cika sambil tertawa.

"Kayaknya kebanyakan monster gila muncul dari kelas MIPA ya," timpal Risa lagi sambil ikut tertawa, tak lupa melirik ke arah Iren yang masih fokus pada bukunya.

"Eh, masa Bu Maya ngundang pemilik Alison Group ke acara puncak Dies natalis Prabangkara tahun ini," Ucap Tian memberi tahu mereka berita yang seharusnya menjadi trending topik di Prabangkara saat ini.

"WHAT?! Serius?" Pekik Cika tak percaya.

"Nih." Tian memperlihatkan Daftar nama tamu yang tertera di kertas.

"Ih bagus dong, soalnya gue dengar, keluarga Alison tuh mukanya kayak serbuk berlian semua, siapa tahu ada cowok yang seumuran kita, kan bisa tuh buat cuci mata," ujar Risa tampak semangat.

"Kata Nyokap gue, CEO Alison Group tuh ganteng tahu," celetuk Cika.

"Masih muda?" Tanya Sila penasaran.

"Kayaknya umurnya udah 30an atau 40an gitu deh, tapi keliatan awet muda mukanya," jelas Cika.

"Udah punya Istri belum ya? Kalau belum kan boleh tuh buat gue," kata Risa centil.

"Anaknya udah 3 anjir, lagian dia ketuaan buat lo," tegur Iren, ternyata ia masih bisa menyimak pembicaraan teman-temannya, meskipun tatapan matanya tidak teralihkan dari buku.

"Hah? Anaknya udah 3 orang?" Risa seolah tak percaya dengan perkataan Iren, "Yah pupus deh harapan gue."

"Siang kak," sapa beberapa anak kelas 11 yang baru saja masuk ke ruang OSIS. Selain mereka, ada juga beberapa siswa yang mengenakan seragam sedikit berbeda, kemeja putih dengan rompi silver.

"Siang."

"Weh, OSIS SMP Prabangkara juga ikut rapat hari ini?" Tian sedikit berbisik sembari memandangi para siswa SMP itu.

"Ya iyalah, dies natalis kan bukan cuma buat kita," geram Iren. Akhirnya kini ia menutup bukunya.

"Bayangin anak-anak SD Prabangkara juga ikut rapat," celetuk Risa dengan suara pelan seraya tertawa diikuti oleh yang lainnya, namun mereka langsung mendapat tatapan tajam dari Iren.

Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang