BRAAKKK....
"NGAKU!"
"NGGAK USAH BOHONG LAGI!"
"LO YANG NGATAIN GUE ANJING KAN?!"
"SIALAN EMANG LO!"
Mereka semua tampak terkejut mendengar suara-suara dari luar ruangan.
"Kenapa di luar lebih barbar daripada kita?" Celetuk Tian sambil memegangi dadanya.
Kalia dan Dito berusaha menahan tawa. Sedangkan Iren dan Regan masih tetap fokus.
Pandangan Iren tertuju pada Jonan.Dilihatnya Jonan dengan kedua tangan terkepal, dadanya naik turun, dan keringatnya sudah memenuhi pelipisnya.
Suara kegaduhan di luar ruangan membuat napas Jonan sesak, lebih tepatnya suara keras di awal. Itu terdengar seperti suara tembakan pistol di telinga Jonan. Sekarang ia sudah keringat dingin, tangannya terkepal kuat agar bisa menahan diri untuk tidak gemetar. Rasanya suara-suara itu mulai memenuhi pendengarannya, membuat jantungnya berdetak semakin cepat dan rasanya Jonan ingin muntah sekarang.
Tidak, ia tidak boleh terlihat lemah di sini. Tidak di depan orang-orang ini.
"Jonan," panggil Iren. "Are you okay?" Tanya Iren hati-hati.
Jonan sedikit terkejut mendengar suara Iren. Bibirnya tidak mampu bergerak rasanya, jadi ia memutuskan untuk mengangguk sambil tersenyum tipis sebagai jawaban dari pertanyaan Iren.
"Main code berguna di sini kan?" Tanya Iren cepat.
Regan mengerutkan keningnya, kemudian mengambil selembar kertas berstempel rumah sakit Alison yang ada di hadapan Iren saat ini. "Sial!" Umpat Regan lagi dengan suara pelan. "WGLTMJSA, siapa pun yang bisa pecahkan kode itu, boleh keluar dari ruangan ini lebih cepat! Tapi hukuman dan surat permintaan maaf tetap akan ada." Regan langsung menyalakan monitor yang menampilkan huruf-huruf itu.
Jonan memperhatikannya dengan teliti, berusaha memutar otaknya. Ia harus segera keluar dari ruangan ini, atau ia akan kembali melihat orang-orang yang menatapnya kasihan. Ia tidak mau hal itu terjadi.
"WGLTMJSA," gumam Jonan sambil mencari pola yang sesuai untuk huruf-huruf itu. "W huruf ke 23, G huruf ke 7. Kalau dibalik W menjadi D, G menjadi T," ucap Jonan dalam hati.
"Kak." Nina mengangkat tangan, membuat Jonan semakin panik.
"Silakan," ucap Iren.
"Bisa berikan satu clue?"
Jonan sedikit lebih tenang, setidaknya Nina belum menemukan jawaban yang tepat. Ia harus cepat memecahkan kode itu.
"A sama dengan 26, Z sama dengan 1, plus satu lalu dibalik," jawab Kalia.
"W huruf ke-4 menjadi huruf ke-5. Kalau dibalik berarti E. G huruf ke 20 menjadi huruf ke-21, kalau dibalik menjadi U. EU?" Jonan memperhatikan kembali huruf ke tiga, lalu membulatkan matanya. "E-U-P-H?" Jonan hendak mengangkat tangannya, tapi tangannya terlihat gemetar, jadi Jonan mengurungkan niatnya. "Saya tahu jawabannya," kata Jonan sambil berdoa supaya suaranya tidak terdengar bergetar.
"Silakan."
"Euphoria," ucap Jonan yakin.
"Artinya?" Tanya Kalian
"Oke Jonan boleh keluar!" Putus Iren kemudian.
Jonan segera berlari keluar. Sedangkan Iren langsung mendapat tatapan tajam dari teman-temannya.
"Belum selesai Ren," sentak Kalia.
"Kalian mau liat dia muntah di sini?!" Kesal Iren.
"Memangnya dia kenapa?" Tanya Dito tak mengerti.
Regan langsung memperlihatkan kertas yang ia pegang pada teman-temannya.
"Dia punya panic attack. Penyakitnya bisa kambuh kapan aja. Tapi lebih berisiko saat dia dengar suara yang terlalu keras. Dia punya trauma masa lalu," jelas Iren sedikit berbisik. "Orang tuanya sampai telepon ke Bu Maya karena takut penyakit Jonan kambuh lagi dan mereka juga kasih surat keterangan dari rumah sakit." Iren menunjuk kertas yang ada di sana.
Note:
Panic attack = gangguan panik
Mendengar hal itu Kalia hendak keluar dari ruangan untuk menyusul Jonan, tapi tangannya di pegang oleh Iren. "Dia perlu waktu sendiri."
"Tapi Ren..."
"Dia enggak suka ada orang lain saat panic attack-nya kambuh. Itu yang gue dengar dari asisten pribadinya," tambah Iren lagi.
"Kal!" Panggil Regan.
"Kita perlu lanjutkan ini," ujar Iren yang kembali fokus pada ketiga orang yang tersisa di ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | END
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK⚠️] Keluarga Alison Zhou memiliki segalanya; Keluarga yang harmonis, Uang, kekuasaan, dan ketenaran. Mereka adalah penguasa dunia yang sesungguhnya. Namun, suatu kejadian membuat mereka kehilang...