CHAPTER 36

229 38 50
                                    

***

WARNING⚠️
BANYAK KATA-KATA KASAR DI PART INI!
JIKA MERASA TERGANGGU SILAHKAN SKIP.
HANYA SEBUAH IMAJINASI, TIDAK ADA MAKSUD LAIN. JADI TOLONG HARGAI YA!!!

***

Malam api unggun jadi salah satu malam paling di tunggu-tunggu para peserta perkemahan. Ditambah lagi ada pentas seni dadakan untuk penampilan tiap kelas. Tapi Jonan tidak ikut tampil hari ini. Katanya dia sedang tidak mood untuk bernyanyi ataupun bermain musik. Yang Jonan lakukan adalah duduk diam di antara para peserta yang tampak bersenang-senang.  Meski beberapa kali matanya menangkap peserta putri yang memandanginya sambil tersenyum. Untung sebentar lagi waktunya tidur, jadi Jonan tidak terlalu memusingkan hal itu.

"Setelah ini langsung tidur. Enggak ada yang main-main lagi. Besok masih ada kegiatan, jadi usahakan istirahat yang cukup. Mengerti?" Kata Risa mengingatkan.

"Mengerti kak!"

"Silakan kembali ke tenda masing-masing!" Perintah Risa kemudian.

Para peserta langsung bubar setelah mendapat perintah. Masuk ke tenda, mengeluarkan selimut lalu pergi tidur.
 
"Udah semua Gan," kata Dito memberitahu Regan yang duduk manis sembari menikmati secangkir kopi di sekretariat utama.

Regan mengangguk singkat, meletakkan cangkir kopi ke atas meja dan memandangi para panitia yang terlihat kelelahan. Regan mulai berdiri. "Panitia kumpul, kita briefing dulu sebelum tidur!"



-^-^-




"Semuanya udah siap?"



"Panitia udah stand by di posisi masing-masing?"



"Hitungan 10 mundur kita mulai."



"Sepuluh... sembilan... delapan... tujuh... enam... lima... empat... tiga... dua... satu..."














00.00













"Dek bangun!"










"BANGUN CEPAT!"

"Bangun!"

Suara kegaduhan tengah malam mulai memenuhi lapangan itu. Membuat tidur nyenyak para peserta terganggu. Satu persatu pintu masuk tenda terbuka, para peserta juga mulai keluar dengan keadaan setengah sadar.

"Buat 2 banjar, lalu ikuti kakak yang ada di depan kalian!"

Mereka dibawa ke sudut lapangan, tepat di balik pepohonan yang lebat. Dapat mereka lihat sebuah dinding tanaman yang ukurannya cukup besar, ada sebuah pintu di tengah-tengahnya. Mereka dituntun masuk ke dalam pintu itu.

Ternyata itu bukan sekedar dinding tanaman, tapi sebuah labirin. Tempat yang selalu ditakuti banyak siswa di Prabangkara, tempat pelampiasan emosi, tempat kegaduhan yang sebenarnya. 
Setelah melewati beberapa lorong labirin itu, akhirnya mereka sampai di tengah-tengah labirin. Tempat itu tidak begitu luas, namun cukup untuk menampung 240 peserta dan belasan panitia.

Seorang gadis berkacamata dengan hoodie kebesaran sedang bersandar sambil bersedekap dada. Ia menatap mereka tajam tanpa ekspresi.

"Jongkok!" Perintahnya dengan suara yang terdengar sangat dingin. Membuat mereka kebingungan.

"GUE BILANG JONGKOK! SUSAH BANGET DIBILANGIN!" Bentaknya dengan suara yang cukup keras. 

Perlahan, mereka mulai berjongkok. Sambil bertanya dalam hati, apa yang akan terjadi dengan mereka di tengah malam begini?

Para panitia mulai berdatangan satu persatu-yang didominasi oleh kelas 12, mengelilingi mereka dengan melontarkan berbagai sindiran yang terdengar tak asing di telinga beberapa orang di sana.

"KALIA KAN SEUMURAN SAMA KITA, NGAPAIN KITA HARUS TAKUT SAMA DIA?!" 

"Kalia kan orangnya sok-sokan, kakak kelas. Padahal mah seumuran sama kita."

"EMANG ANJING TUH PANITIA, DIKERJAIN MULU KITA."

"KAKAK KELAS TAPI KELAKUANNYA KAYAK SETAN!"
 
"Iyalah, kakak kelas kita kan gila hormat."

"Jadi ini orang-orang yang sering ngatain kita? Yang selalu bilang gue sok kakak kelas?" Tanya Kalia yang sedikit meremehkan. "DASAR NGGAK TAHU TERIMA KASIH LO SEMUA!" Bentak Kalia. Sudah tidak ada lagi wajah bersahabat dan ramah yang selalu ia tunjukan pada orang-orang.

"Kalau gue jadi lo sih, gue enggak bakalan bela-belain mereka di depan Bu Maya," ucap Regan yang baru saja datang ke sana. 

Regan berhenti tepat di depan mereka, memperhatikan wajah-wajah mereka yang tampak ketakutan. "MANA ORANG-ORANG YANG SERING BILANG GUE KAYAK DEVIL?!"

"Cerita ke sekolah lain kalau ketua OSIS SMA Prabangakara kelakuannya mirip setan! Emang enggak tahu malu lo."

"GIBAHIN KAMI DI GRUP KELAS! BILANG KAMI BANYAK BACOT! LU PIKIR LU NGGAK BANYAK BACOT HA?" 

"OH INI ORANG-ORANG YANG SERING BILANG KITA ANJING?!" Tanya Tian yang sekarang sudah berada di hadapan mereka.

Tiba-tiba Kalia tertawa, membuat orang-orang di sana terkejut. "LO SEMUA BILANG KAMI INI ANJING? TERUS KENAPA LO MASUK SEKOLAH YANG ISINYA ANJING?!"

"SADAR DIRI DULU SEBELUM NGOMONG!"

"KAKAK KELASNYA LEWAT BUKANNYA DISAPA, MALAH DI SINDIR."

"APA SUSAHNYA SIH NYAPA?"

"Nyapa orang enggak bikin harga diri kalian turun kok," sergah Iren yang baru saja datang sambil membawa kotak obat. "Ada di sini yang sakit?" Tanya Iren dengan lembut.

Terlihat beberapa orang mengangkat tangan takut-takut.

Iren mengangguk. "Yang sakit boleh mundur ke belakang." Iren memperhatikan seseorang yang sedari tadi ia wanti-wanti tapi tidak ada tanda-tanda orang itu menyatakan dirinya sakit. "Yang lain? Enggak ada lagi?" Iren kembali memastikan. 

"Enggak ada kak!"

Iren mengangguk mengerti lalu memberikan kotak obat yang ia bawa pada salah seorang siswi kelas 11.

"Woi Ren, lo kemarin digibahin mereka. Katanya lo galak, mirip kak Ros."

"Iya gue tahu. Emang bangsat si Daren, enggak ada bahan gibahan lain kali ya, sampai gue digibahin," kesal Iren yang menatap tajam ke arah adiknya. Dilihatnya wajah Daren sangat panik, mungkin dalam hati Daren bertanya-tanya dari mana mereka bisa tahu. 

"TEMAN KALIAN BISA JADI MUSUH DALAM SELIMUT, JADI JANGAN MUDAH PERCAYA SAMA ORANG!"

"Langsung aja kali ya. Capek gue lama-lama berdiri," ucap Iren kemudian.

"DAREN PISAHKAN DIRI!" Pekik Iren 

"EVAN!"

"EDO!"

"EDI!"

"FEBIAN!"

"GUFRON!"

"KEVIN!"

"PISAHKAN DIRI CEPAT!" 

"KARENINA!"

"CHELIN!"

"ISYANA!"

Satu persatu satu nama-nama orang yang dicurigai membuat masalah mulai disebutkan. Lebih dari separuh peserta sudah membentuk barisan baru, mereka segera diarahkan keluar labirin. 

"YANG TERAKHIR, JONATHAN ALISON ZHOU!"

Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang