CHAPTER 32

225 38 3
                                    

Kalia baru saja tiba di sekolah tepat 5 menit sebelum lonceng masuk berbunyi. Hari ini adalah hari pertama UAS. Dapat Kalia lihat beberapa siswa sedang belajar di selasar depan kelas, sambil sesekali bergosip. Sejak lama, Kalia selalu bingung dengan kebiasaan itu. Apakah mereka yang belajar di selasar itu benar-benar belajar? Atau sekedar cari muka agar di kira pintar? Dapat kalia tebak, kebanyakan dari mereka pasti berada di pilihan kedua.

Terdengar juga suara kehebohan dari dalam kelas, dari yang sedang menghafal rumus, sampai yang sedang mengeluh karena tidak belajar semalam. Tapi setidaknya itu masih normal, memang begitulah keadaan di sekolah pada umumnya. Tidak seperti yang terjadi di kelasnya.

Begitu kalia membuka pintu kelasnya, kejadian yang ia lihat sama persis seperti apa yang ia pikirkan beberapa saat yang lalu.

Kelas itu benar-benar hening, semua orang sibuk belajar di mejanya masing-masing. Ada yang mencoba mengerjakan soal-soal latihan, ada yang membaca buku, ada yang menonton rekaman pembahasan soal, bahkan ada yang sedang menghafal rumus-rumus.

"Hai Ren, lagi belajar apa?" Tanya Kalia yang sebenarnya hanya berbasa-basi.

Iren hanya menoleh singkat ke arahnya. "Listrik Statis," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari soal-soal latihan fisika, tangannya juga sibuk menulis beberapa penjelasan rumus di samping soal.

Kalia tersenyum. Setidaknya hari ini Iren mau menjawab pertanyaannya. Kini ia memikirkan apalagi yang harus ditanyakan pada Iren. "Ren, lo udah ngerti belum tentang Arus Searah? Yang hukum dua Kirchhoff itu." Kalia membuka buku fisikanya lalu mengarahkannya pada Iren.

"Lo bisa baca sendiri kan?"

Kalia mendengus sebal, ia tidak tahan dengan sikap Iren yang seperti. "Lo ada masalah apa sih sebenarnya sama gue?" Kesal Kalia sambil menatap Iren tajam.

Iren menghentikan gerakan tangannya.

"Gue ada salah sama lo? Salah gue di mana?!" Kalia meninggikan suaranya. Membuatnya jadi pusat perhatian seisi kelas.

"Bisa enggak sih lo diem?!" Sentak Iren dengan suara tak kalah keras. Iren langsung mengemas barang-barangnya lalu berjalan ke salah satu kursi belakang. "Kita tukar tempat!" Perintah Iren pada salah satu siswi yang duduk paling belakang. Tentu saja ia langsung menuruti Iren.

Sedangkan di kursinya, Kalia menatap Iren dongkol. Ia semakin tidak mengerti, sebenarnya apa yang salah dengannya.

"Udah kal, enggak perlu diladenin," tegur Tian. "Nanti juga balik lagi."

"Udah hampir 2 bulan dia kayak gitu," kesal Kalia.

"Masih belum ngerti juga lo kal?" Tanya Regan dengan pandangan yang tak terlepas dari buku di hadapannya.

"Ngerti apa sih?!" Geram Kalia.

"Selamat pagi anak-anak!"

Kalia kembali pada posisinya setelah mendengar suara lembut Bu Susi yang baru saja masuk ruangan itu.

"Pagi Bu."

"Silakan simpan rapi bukunya di dalam tas. Lalu letakan tasnya di depan!" Bu Susi menatap mereka tanpa ekspresi, tapi tidak menghilangkan sisi anggun dalam dirinya.

"Ternyata memang benar ya," gumam Regan dengan suara pelan. Tapi masih bisa di dengar Tian yang duduk di sebelahnya.

"Benar apa?" Tanya Tian tak mengerti.

"Susah kasih kode ke anak kecil kayak Kalia. Masa dia enggak sadar masalahnya di mana?"

"Anak kecil kayak Kalia?" Kalia tersenyum miring mendengar hal itu.

Alison Zhou & The Reason for My Euphoria | Series 1 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang