Aku tidak pulang dengan kak Dion karena tidak diajak, kak Dion juga belum bicara dengan ku sama sekali. Aku bukan tipe orang yang akan langsung membujuk orang yang marah pada ku, menurut ku mereka harus ditinggal sebentar untuk menenangkan diri baru bisa di ajak bicara.
Jadi keputusan ku adalah mendiamkan kak Dion selama beberapa waktu. Seharian? Bisa saja, atau bahkan lebih.
Aku duduk di halte dan menatap dengan sedih, tidak ada satupun disini selain aku. Apa ini juga menggambarkan kemarahan kak Dion terhadap ku dengan membuat ku merasa kesepian?
Cerita akhirnya kami ke mall adalah kami tidak jadi makan atau main game. Kami malah jalan-jalan mengitari setiap toko boneka, toko baju dan juga toko aksesoris karena mata ku tak tahan melihat yang lucu-lucu. Kak Dion mengikuti ku tanpa mengeluh sedikitpun, bahkan wajah kak Dion seperti menikmati hari ini. Kak Dion pernah bilang pada ku kalau selama dia bersama ku, mau lagi dimana atau lagi apa dia tidak perduli. Baru kali ini aku dengar perkataan yang membuat ku jijik itu terasa tulus.
Kembali dengan aku yang kebosanan, aku melambaikan tangan ku sesekali pada adik kelas ku dan juga teman sekelas ku yang melewati ku pulang.
Cuaca hari ini cukup panas. Tiba-tiba seseorang duduk di samping ku, itu adalah Daniel. Dia melambaikan tangan nya pada ku aku membalas nya tentu saja.
"Pulang nya pake angkutan umum?" Tanya nya.
"Iya pake angkot kalau lama bis" jawab ku melihat ke jalanan.
"Sama dong"
"Udah biasa gitu?"
"Baru-baru ini, mau coba aja sih" ujar nya sembari mata kami bertatap.
"Selama ini kesekolah pake apa?"
"Jalan kaki, karena dekat"
"Begitu"
"Hmm, kenapa gak pulang sama pacar lo?" Tanya Daniel.
"Marah nya masih tersisa kayak nya, belum ngomong sama sekali"
"Maaf ya, gara-gara gue" ada rasa penyesalan di kalimat Daniel itu.
"Gpp, santai aja"
"Tapi maaf kalau gue harus ngomong ini sama lo" ucap Daniel tiba-tiba serius.
Aku memandang Daniel dengan lekat.
"Tadi gue liat pacar lo di peluk sama cewek di parkiran" Daniel menatap ku lekat.
Aku terdiam, tapi entah kenapa perlahan-lahan ada sesuatu yang membuat ku sesak sedikit demi sedikit. Rasa nya sakit kalau lama-lama. Kak Dion di peluk sama cewek? Siapa?
Kak Dion memang ramah dengan banyak orang, gak kenal jenis kelamin. Tapi, kak Dion juga membatasi orang yang bersikap berlebihan dengan nya.
Ini sampai dipeluk? Berarti orang ini bukan orang sembarangan kan?
"Zea? Zea hei" Daniel menyadarkan ku dari lamunan.
"Ha? Iya kenapa?"
"Lo jadi kepikiran ya? Maaf ya tapi gue rasa lo berhak tau sebagai pacar nya" lagi-lagi kalimat yang mengandung penyesalan.
"Iya gpp, makasih ya"
"Lo gak marah kan?"
"Engga, lagian bagus kalau aku tau, aku juga gak akan langsung curiga kalau kak Dion itu selingkuh, karena belum tentu yang kita lihat atau kita sangka itu benar" ujar ku.
"Kalau dia benar-benar selingkuh lo bakalan bersikap gimana?" Tanya Daniel.
Hal ini cukup membuat ku berpikiran negatif tiba-tiba.
"Aku lepasin, hal kayak gitu gak harus aku pertahanin kan? Lagian bahagia nya kak Dion bukan aku arti nya, tapi aku pilih untuk percaya dulu sama kak Dion, karena dalam hubungan unsur kepercayaan adalah yang penting"
Seandainya kak Dion selingkuh? Apa benar sikap ku akan seperti yang aku katakan?
Daniel memandang ku dengan tersenyum manis. Entah kenapa aku menarik ujung bibir ku untuk kembali tersenyum pada nya, senyum Daniel kali ini beda. Aku merasakan hal yang beda dengan senyum Daniel yang ini.
Setelah itu kami sama-sama diam saja, sejujurnya di kepala ku masih berputar siapa yang berkemungkinan memeluk kak Dion itu. Tapi, jawaban nya nihil karena sekali lagi kak Dion itu ramah nya kelewatan.
Nanti saja lah urus itu.
-Rumah-
Aku sudah sampai dirumah kurang lebih satu jam yang lalu. Ternyata arah pulang ku dan Daniel itu sama, hanya saja rumah Daniel lebih jauh lagi.
Aku menatap kak Dean yang sibuk dengan hp nya lalu kak Dean menyadari kalau aku melihat nya dengan begitu lekat.
"Kenapa kamu?" Tanya kak Dean.
"Gpp" jawab ku.
"Udah cerita aja, ada masalah apa lagi?" Kak Dean seperti tau apa yang terjadi.
"Lagi marahan sama kak Dion"
Kak Dean meletakkan hp nya lalu fokus dengan diri ku.
"Tadi temen ku bilang kalau kak Dion di peluk sama cewek di parkiran, kak Dion punya kenalan cewek yang dekat banget?" Tanya ku pada akhirnya. Tadi nya gak mau tanya biar kak Dion sendiri yang cerita tapi udah penasaran.
"Oh ada, itu anak OSIS juga" jawab kak Dean menggangguk.
Ternyata ada yang diperlakukan oleh kak Dion spesial dibalik ramah nya itu.
Entah kenapa aku jadi semakin sesak. Apa aku sudah mulai menyukai kak Dion?
"Kamu cemburu?" Tanya kak Dean.
Ini dia, apa aku sedang cemburu?
"Dion tadi mau mukul cowok yang dekat sama kamu waktu di kantin tadi cuma kakak tahan" jelas kak Dean.
Firasat ku benar ternyata.
"Dion keliatan kesal banget, dia cemburu tapi kamu gak peka" sindir kak Dean terhadap sikap ku.
"Kak Dean kan tau kalau orang marah sama aku gak langsung aku ladenin" aku menghela nafas.
"Iya kakak juga bilang gitu sama dia tapi kayak nya percuma, karena orang yang lagi dikuasai cemburu dibilangin gak bakalan mempan"
"Kak Dion sama cewek itu ada hubungan apa?" Tanya ku mengubah topik, cewek ini lebih penting.
"Nama nya Kalla, kalau misal nya Dion belum cerita soal dia berarti kakak juga gak berhak" ujar kak Dean mengelus rambut ku.
Aku mengangguk paham.
Kalla? Orang yang di perlakukan baik oleh kak Dion.
BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜
LOPYOU💜
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO I AM?[COMPLETE]
RomanceBahkan terkadang kamu tidak akan pernah tau soal diri mu sendiri, terkadang kamu sendiri binggung dan tanpa sadar melakukan hal yang menurut diri kamu sendiri juga tidak wajar dilakukan. Terkadang kamu memang tak mengenal diri mu sendiri. Oleh kare...