36

24 7 11
                                    

Aku langsung masuk ke kamar ku, aku membanting semua nya dan berteriak. Kenapa harus berbohong pada ku? Padahal kalau saja jujur aku juga tidak marah, toh kata nya kalian cuma teman dan tidak lebih.

"Akhhhhh!!!" Teriak ku melepaskan unek-unek ku.

Air mata ku mengalir dengan deras, baru kali ini aku merasakan gejolak yang hebat dalam diri ku. Orang yang sudah aku percayai untuk aku cintai tapi menjadi orang yang juga menyakiti ku seperti ini.

Kenapa... Kenapa harus bohong?

"Dek, kamu kenapa? Buku pintu nya" kak Dean mengetuk-getuk pintu ku khawatir.

Aku tidak menghiraukan hal itu tapi kak Dean marah mencoba membuka paksa pintu itu.

"Aku buka" ujar ku.

Dari pada harus mengganti nya untuk kesekian kali nya.

Kak Dean langsung memeluk ku, memastikan tidak ada yang lecet dari diri ku. Yang sakit kali ini bukan fisik kak, tapi hati. Aku memeluk kak Dean lagi dan menangis sejadi-jadinya, aku tidak butuh siapapun saat ini aku hanya butuh satu orang yang bisa menyakinkan ku kalau semua nya akan baik-baik saja dan hal itu akan selesai. Kak Dean yang paham situasi tidak bertanya apapun dan hanya memeluk ku dengan erat.

Kak Dion....kenapa harus bohong?

-besok pagi nya-

Aku terbangun, silau nya matahari benar-benar menusuk mata ku yang sedikit perih. Aku melihat ke cermin dan hasil nya mata ku membengkak sedikit, ini pasti gara-gara aku menangis dan di bawa tidur.

Aku mengecek hp nya dan ada ribuan pesan dari kak Dion, bahkan dia menelfon ku juga. Aku bergegas ke dapur ketika sudah mencuci muka dan gosok gigi. Saat sampai diruang tamu, aku melihat kak Dion disana bersama dengan kak Dean juga.

Mata kami bertemu, kak Dion berdiri dan hendak menghampiri ku. Aku langsung putar arah dan berlari kearah kamar, kak Dion mengejar.

Saat aku mau menutup pintu tangan kak Dion keburu masuk dan alhasil tangan nya kejepit. Aku langsung menarik tangan nya dan melihat apakah luka nya serius.

Seharusnya aku tidak seperti ini pada nya.

Kak Dion menarik tangan nya dan meletakkan nya di bahu ku, menatap ku dalam.

"Kamu kenapa?" Tanya kak Dion terdengar khawatir.

Aku hanya diam. Aku mendorong kak Dion dan segera menutup pintu nya. Aku tidak mau bertemu dengan kak Dion, melihat nya saja aku sudah semakin sakit hati, mengingat kebohongan nya.

DION POV

Aku gak tau salah nya dimana tapi ini sudah pasti Zea marah dengan ku, melihat begitu emosi nya dia dan bagaimana cara dia menghindari ku itu sudah pasti dia marah pada ku. Tapi, aku salah dimana nya?

Sebelumnya kami masih berbicara, mengobrol dan bercanda seperti biasa nya. Semua nya masih normal dan baik-baik saja sebelum nya. Apa dia sedang datang bulan lagi? Aku menghela nafas ku frustasi.

Aku menghampiri Dean yang melihat ku dengan tajam, sudah pasti dia ingin memukul ku atau bahkan bisa-bisa aku sudah akan tinggal nama.

"Lu apain lagi adek gue?" Nada tanya Dean sudah mulai terdengar tidak enak.

"Kalau mau mukul, gue terima" ujar ku.

"Gue gak mau, muak gue mukul lu"

"Gue gak tau salah gue dimana, sebelum nya kami baik-baik aja"

"Lo inget-inget lagi lah, Zea marah kayak gitu pasti ada alasan nya, lo bohong sama dia tentang sesuatu gak?" Dean mencoba membantu ku untuk ingat-ingat.

"Bohong? Engga, gue--"

Aku terdiam. Bohong? Aku membuka hp ku dan melihat isi percakapan ku dengan Zea. Pesan terakhir yang tersisa adalah Zea menanyakan dimana aku dan aku menjawab nya dirumah setelah itu tidak ada percakapan lagi dan esok nya Zea seperti itu.

Aku langsung berlari ke kamar nya lagi, seperti nya aku tau salah ku dimana. Malam itu aku bertemu dengan Kalla, dia cerita soal hutang mama nya yang sudah mulai membaik karena bantuan ku sekaligus mengucapkan terima kasih.

Aku memang tidak bilang ke Zea karena aku takut dia marah, walaupun aku bisa memastikan Zea tidak akan marah besar tapi sebagai pacar nya dan keluar dengan cewek lain itu salah bukan? Maka nya aku tidak memberitahu nya. Aku baru sadar kalau saat Zea mengirimkan pesan aku bersama dengan Kalla, aku bisa pastikan kalau Zea melihat aku bersama dengan Kalla. Makanya Zea tanya aku dimana, untuk melihat jawaban jujur ku tapi aku malah berbohong dan ini lah akibat nya.

Aku mengetuk kamar Zea. "Zea"

Tidak ada jawaban sama sekali.

"Aku tau aku salah" ucap ku memulai percakapan.

Masih diam saja.

"Gak seharusnya aku bohong, tapi aku mau menjaga perasaan kamu aja" jujur ku.

Aku menghela nafas ku, seperti nya ini tidak akan mudah bagi ku untuk mendapatkan maaf nya.

"Aku minta maaf, aku salah"

Zea ayo keluar lah, aku yang seharusnya bisa menjaga perasaan malah menghancurkan nya seperti ini. Aku menunduk pasrah.

Perlahan bunyi pintu terbuka, aku menegakkan kepala ku. Zea membuka pintu nya dan tanpa pikir dia menarik ku masuk ke kamar nya, Zea menutup kamar nya dan duduk di kasur nya.

"Maaf"

Zea langsung memukul ku, air nya juga ikut keluar. Hati ku sakit dan terasa sesak, aku yang harus bisa melindungi tapi malah aku yang menyakiti nya.

"Pokok nya kak Dion gak boleh temenan sama dia lagi, gak boleh!" Zea masih sesekali meneteskan air mata nya, yang ku lakukan hanya menghapus nya.

"Iya, gak bakalan temenan sama dia lagi" jawab ku disertai anggukan.

"Buang baju yang kak Dion pakai malam itu"

"Iya aku buang"

"Harus ada bukti, aku ingat warna baju kak Dion saat itu" Zea mengeluarkan telunjuk nya sebagai tanda peringatan.

"Iya nanti aku videoin"

Zea menghambur ke pelukan ku, terkadang Zea benar-benar seperti anak kecil yang sedang merengek. Karena sifat nya inilah yang membuat ku bisa lepas kendali. Jika aku cowok brengsek mungkin Zea sudah kehilangan keperawanan nya saat ini, jujur saja nafsu ku menjadi meningkat saat berada didekat Zea, entah dalam keadaan berbahaya atau tidak.



BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜

LOPYOU 💜

WHO I AM?[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang