Aku berada dirumah sendirian karena kak Dean sedang belajar bersama dengan kelompok nya untuk ujian nanti, kak Dion juga terseret hal itu. Kak Dion mengaku terang-terangan dengan ku kalau didalam kelompok nya ada Kalla, aku cukup terganggu sebentar tapi aku rasa kalau aku marah atau melarang kak Dion untuk ikut itu juga tidak terlalu baik.
"Apa jalan-jalan aja ya?" Tanya ku menimang-nimang.
Aku bangun dari duduk ku dan segera menuju kamar untuk mengganti celana ku. Karena hanya sekitar sini aku tidak perlu membawa masker dan topi, hanya jaket saja cukup.
Aku memperhatikan hp ku dan melihat nya depan dan belakang, ku putuskan untuk mode pesawat dan tidak membawa nya. Karena aku juga hanya menghilangkan bosan jadi tidak apa-apa kalau ditinggal saja.
Aku keluar dari pintu utama dan mengunci nya, menuju pagar dan menghirup udara luar dengan ganas nya. Aku jarang mau jalan-jalan seperti ini tapi aku suka, hanya saja faktor kemalasan ku terlalu besar.
"Beli makanan di depan enak kali ya?" Tanya ku pada diri sendiri.
Keadaan perumahan ku memang dikenal sepi karena papa sendiri yang memilih tempat ini. Aku mulai berjalan keluar untuk membeli nasi goreng yang memang selalu jadi langganan kalau malas untuk pergi jauh-jauh.
Aku memberhentikan langkah ku lalu menoleh dengan pelan ke belakang. Aku merasa ada yang aneh, aku seolah di perhatikan. Saat mengecek tidak ada siapapun dibelakang ku, aku benar-benar sendirian.
Mungkin efek dari aku jarang melakukan hal ini.
Aku kembali berjalan sesekali aku melompat-lompat dengan satu kaki ku secara bergantian, aku berhenti lagi. Tak lama aku berlari se kencang mungkin karena aku sudah merasa ada yang tidak beres, dan tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki banyak orang. Aku menoleh dan benar saja ada 4 orang mengejar ku dengan pakaian serba hitam mereka.
Bruk!
Aku menabrak seseorang dan aku terjatuh, mati! Kali ini aku terkepung, ternyata mereka datang dengan jumlah lebih. Kalau begini bukan kah ini sudah direncanakan? Mereka seolah memang sedang menunggu ku untuk keluar atau mau menyerbu ke dalam jika aku tidak keluar.
Siapa orang-orang ini?
"Mau apa kalian?!" Tanya ku dengan nada panik tapi mencoba untuk tenang.
"Diam dan ikut kami!" Ucap salah satu mereka yang seperti nya ketua dari orang-orang ini.
Aku ditarik bangun dengan paksa, tangan juga kaki ku di ikat dengan kuat. Aku terus memberontak tapi mereka memiliki kekuatan berlipat ganda. Salah satu dari mereka mengeluarkan sapu tangan lalu dia tersenyum miring melihat ke arah ku.
Itu pasti obat bius!
"Menjauh! Apa yang kalian mau?!" Tanya ku sekali lagi.
"Tahan dia!"
Mereka memegang kuat kepala ku untuk tidak banyak bergerak dan sapu tangan nya berhasil sampai pada ku. Semua nya buram dan tiba-tiba gelap.
∆∆∆
Aku mencoba membuka mata ku pelan-pelan, ruangan yang hanya ada lampu di atas kepala ku. Aku mencoba melihat lebih jelas, terdengar suara tawa banyak orang di luar ruangan ini.
Aku diikat di kursi bersama dengan tangan dan kaki ku, mulut ku di ikat dengan kain. Aku yakin orang-orang ini adalah suruhan, apa ini ulah Kalla? Tapi dia sedang berada dengan kak Dion dan yang lain nya, lalu siapa orang-orang ini? Menculik ku asal untuk mendapatkan uang? Rasa nya mustahil.
Terdengar pintu mau di buka, aku harus tenang untuk saat ini jika tidak mau dalam bahaya yang lebih. Aku kembali menutup mata ku berpura-pura pingsan agar mereka tidak macam-macam.
"Belum sadar" ujar salah satu dari mereka mengecek ku.
"Ya udah biarin aja" sambut yang lain nya.
"Gara-gara nih cewek semua runyam"
"Untung geng kita gak tewas semua"
"Kita tunggu instruksi selanjutnya dari si Kalla" ucap mereka yang sudah mau berjalan keluar.
"Gue heran kenapa kita harus tunduk sama tuh cewek"
"Karena dia ngasih duit, kita butuh duit nya, tuh cewek kalau gak ada duit mana mau si bos nurutin"
Lalu mereka keluar dan kembali mengunci pintu nya, aku membuka mata ku lagi. Aku tersenyum sinis dibalik kain yang terikat di mulut ku. Ternyata benar ini adalah ulah Kalla. Aku mencoba mencari cela dari ruangan ini tapi semua gelap, aku juga tidak ada penerangan apapun kecuali lampu yang berada di atas kepala ku.
Jika aku diam saja, aku harus terpaksa melawan mereka untuk bebas dari sini.
Dan bagaimana cara nya aku menghubungi kak Dean dan kak Dion? Aku tidak mungkin melawan mereka sendirian apalagi aku melihat orang-orang itu badan nya kekar.
AUTHOR POV
Dean dan Dion sedang pontang-panting mencari keberadaan Zea yang entah kemana. Dion mencoba bertanya dari satu rumah kerumah yang lain tapi hasil nya nihil tak ada yang melihat Zea sama sekali. Dion panik bukan main, belum lagi Zea punya kebiasaan buruk yaitu tidak membawa hp nya saat berpergian.
Dean berusaha untuk menyuruh orang-orang nya untuk mencari Zea juga. Ada kemungkinan Zea sedang dalam bahaya, Dion sudah mencurigai satu orang, jelas kalian tau siapa itu. Benar itu adalah Kalla, tapi dengan licik dan cerdas nya Kalla menjawab mereka begini:
"Gue dari tadi sama kalian, mana mungkin aku macam-macam, ada kah kalian liat gue main hp? Atau hal mencurigakan lain nya?"
Itu kata nya, Dean dan Dion juga tidak bisa apa-apa. Dean sudah menyuruh beberapa orang untuk mengawasi Kalla jika dia keluar rumah atau melakukan apapun yang mencurigakan.
Tiba-tiba Dean menerima telfon dari seseorang, segera mungkin dia mengangkat nya.
Daniel
Kenapa? Kalau gak penting gue matiin
Zea dalam bahaya
Dari mana lo tau?
Ingat salah satu orang yang gak kita bunuh waktu itu, gue paksa dia ngomong dan dia bilang kalau Zea dalam bahaya
Sial
Dimana Zea?
Itu masalah nya, Zea hilang
Gue kesana
Gue yang kesana, kita cuma bisa tau dari orang itu
Oke, gue bakalan coba paksa dia lagi
Tut Tut Tut
BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜
LOPYOU 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO I AM?[COMPLETE]
RomanceBahkan terkadang kamu tidak akan pernah tau soal diri mu sendiri, terkadang kamu sendiri binggung dan tanpa sadar melakukan hal yang menurut diri kamu sendiri juga tidak wajar dilakukan. Terkadang kamu memang tak mengenal diri mu sendiri. Oleh kare...