43

21 6 0
                                    

Aku diam di kelas bersama dengan Ely yang sedang curhat dengan ku soal kak Dean. Ternyata kak Dean mengajak nya untuk pergi saat kak Dean lulus, Ely binggung harus bagaimana karena dia sebenarnya rada bimbang dengan apa yang dia rasakan.

Dia nyaman saat sama kak Dean tapi di sisi lain dia juga terkadang mau menjauh dari kak Dean? Jujur saja aku agak binggung apalagi aku bukan orang yang berpengalaman dalam bidang ini.

Tiba-tiba Daniel masuk ke kelas dengan memegang dua minuman di tangan nya. Daniel duduk di depan kami berdua, melihat Ely yang terus menunduk membuat Daniel mencoba untuk mengintip wajah Ely.

"Napa?" Tanya Daniel padaku sambil menunjukkan Ely.

"Galau" jawab ku singkat.

"Oh, napa lu? Cerita coba" Daniel menyodorkan minuman yang dia pegang untuk aku dan Ely.

Baik juga.

Ely langsung mengangkat kepala nya dan menatap Daniel seperti penuh harapan, mata nya berbinar seolah memohon Daniel bisa mengerti perasaan nya.

"Gue lagi deket sama kakak nya Zea" ujar Ely mulai membuka suara.

"Dia punya nama btw" Daniel terlihat jahil membuat Ely memberikan tatapan tajam pada nya.

"Kak Dean"

"Nah, kenapa?"

"Gue ragu sama perasaan gue sendiri"

"Ragu? Ada orang lain juga yang dekat sama lo?" Tanya Daniel mulai tertarik.

"Gak ada"

"Lalu? Atau ada yang dekatin Dean?"

"Setau aku kak Dean gak lagi dekat sama siapa-siapa, cuma sama Ely aja" aku ikut memberikan informasi.

"Kalau gitu?"

"Gue takut rasa gue ke kak Dean cuma rasa nyaman sementara waktu aja, terkadang gue bahkan risih dan berusaha untuk menghindari kak Dean sebisa mungkin" jelas Ely terdengar berat.

"Oh gitu, jarang sih terjadi tapi memang ada, biasa nya ini mungkin karena lo terlalu moodyan atau engga lo gampang bosan, lo mencari orang yang bisa nemenin lo disaat lo nya ngerasa sepi" jelas Daniel secara cepat.

"Terus gue harus gimana? Kak Dean ngajak pergi, gue binggung, kalau ini beneran cuma rasa sementara lebih baik gue gak usah kasih hal yang lebih"

"Tapi, kalau gue lihat-lihat gak ada salah nya lo buat coba dulu untuk menemukan jawaban yang pas, Dean juga kelihatan serius sama lo"

"Sejak Farah meninggal kak Dean agak murung, cuma sejak ketemu sama Ely juga kak Dean mulai agak terbuka dikit" aku menepuk pundak Ely untuk menguatkan nya.

Ely menunduk lagi, pasti sulit rasa nya ketika kita bahkan tidak tau apa perasaan kita yang asli. Perasaan yang bimbang memang sangat merugikan kedua belah pihak atau pihak lain yang terlibat.

"Coba aja Ly, yakinin hati lu sebenarnya lu suka gak sama Dean" saran Daniel lagi.

Ely memandang ku sebentar, karena kak Dean kakak ku mungkin dia merasa tidak enak juga berbicara terus terang dengan ku. Walaupun begini aku tetap menyukai Ely, dia berkata apapun yang dia rasakan.

Dari awal rasa ku mereka sudah cocok hanya saja mungkin masih abu-abu sekarang. Hanya kedua insan ini yang bisa menentukan nya, mau memilih jalan indah berdua atau memilih jalan indah sendiri-sendiri.

"Gpp Ly, aku paham kok" ucap ku mengerti.

"Maaf ya kakak lo gue jadiin kayak bahan buat main-main" ujar Ely terdengar bersalah.

"Gpp, semoga bisa berhasil ya"

"Makasih Zea, lo juga Niel"

Aku mengelus punggung Ely dengan lembut, membuat Ely memeluk ku. Aku melihat kearah Daniel dan kami sama-sama tersenyum.

Ely itu cukup bisa di katakan unik, ralat, sebenarnya semua orang di dunia itu unik hanya saja terpengaruh oleh sifat-sifat yang lain, mungkin itu lah pemicu kenapa ada orang yang memiliki sifat yang sama.

Kami sama-sama melepaskan pelukan, lalu Ely pamit pergi ke toilet sebentar. Meninggalkan ku dengan Daniel.

"Makasih minuman nya" ucap ku menggoyang-goyangkan minuman yang dikasih nya.

"Sama-sama" senyum Daniel.

Daniel membenarkan rambut nya yang menutupi mata kiri nya, terkadang aku merasa kalau cowok dengan rambut agak panjang itu menggoda.

Aku memicingkan mata ku, aku bergeser ke kursi Ely. Aku menatap Daniel lekat lalu mengangkat rambut yang menutupi mata nya itu.

"Itu... Kenapa bisa luka?" Tunjuk ku.

"Ke gores" jawab Daniel seadanya.

"Cowok main nya yang kasar-kasar ya"

Daniel hanya mengangguk saja. Aku membuka tas ku yang bagian kecil nya mengeluarkan plester berwarna kuning cerah. Membuka nya agar bisa ditempelkan pada kening Daniel yang terluka. Tampak nya masih baru, soal nya warna merah nya masih segar.

"Sini" aku menyuruh nya untuk mendekat.

"Gak usah" tolak nya.

Aku melemparkan tatapan tak suka pada nya lalu Daniel tertawa. Beberapa saat kemudian Daniel mengangkat rambut nya dan mencondongkan tubuh nya ke arah ku.

Aku menempel nya dengan pelan lalu menepuk nya, Daniel menarik badan nya terkejut dengan yang aku lakukan. Kami tertawa setelah nya.

"Sakit gila" Daniel mengelus-elus kening yang ku tepuk tadi. Ahh rasa ku itu sangat pelan tadi.

"Kalau tau sakit jangan sampai ada luka lagi"

"Kenapa? Lo khawatir?" Tanya Daniel.

Aku mengangguk saja, karena memang itu yang aku rasakan. Daniel menggaruk leher nya tak karuan, lalu berdehem karena canggung.

Apa aku salah bicara?

"Kan teman, aku khawatir dong" balas ku sedikit canggung.

"Iya gue paham"

"Daniel" panggil ku.

"Apa?"

"Aku mau tanya sesuatu"

"Apa?"

"Aku ketemu video di ig, terus ada gambar sabun, kamar mandi sama ada gambar cowok gitu, terus yang buat video itu bilang hanya kaum pria yang tau, itu maksudnya apa? Aku cari di kolom komentar gak ada yang kasih tau" jelas ku.

Daniel terdiam.

"Itu kenapa? Apa hubungannya?" Tanya ku mendesak nya.

Daniel tertawa tapi dia coba untuk tahan-tahan namun gagal. Aku mengerutkan kening ku heran.

"Kenapa? Aku penasaran" aku menggoyang-goyangkan tangan Daniel.

"Itu...lebih baik lo tanya sama cowok lo deh, gue gak mau dosa"

"Harus di jawab sama pacar?" Tanya ku binggung.

Haruskah?

"Aduh gak gitu Zea, gimana sih, lo tuh polos banget" Daniel terlihat frustasi dan binggung secara bersamaan.

"Lah terus?"

"Udah tanya sama cowok lo aja" ujar Daniel menyerah.


BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜

LOPYOU 💜

WHO I AM?[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang