37

24 7 5
                                    

Hari ini semua murid datang ke sekolah seperti biasa nya, aku mendapatkan kabar malam nya kalau pemilihan OSIS dimajukan hari ini. Seharusnya minggu depan tapi karena sekolah merasa terancam akan kasus-kasus yang terjadi maka semua jadwal jadi dipercepat.

Khusus hari ini sekolah jam kosong sampai pulang sekolah. Rasa nya itu adalah saat-saat yang sangat berharga, kapan lagi jam kosong sampai pulang.

Aku melihat Daniel berjalan didepan ku dan langsung aku hampiri. Daniel tersenyum dan menyapa ku, dia masih berkeliaran disini berarti semua nya baik-baik saja.

Aku masih tidak tau kenapa Daniel harus melakukan hal itu, aku masih tidak berani untuk bertanya karena mungkin itu privasi untuk diri nya sendiri.

"Kamu gpp kan?" Tanya ku untuk kesekian kali nya.

Daniel membuang nafas nya kasar "Gue gpp Zea, lo udah nanya dari kemaren loh, gak bosen?"

Aku hanya tertawa kecil dan Daniel pun ikut tertawa.

"Tapi Daniel, kenapa?" Tanya ku memberanikan diri.

Daniel memandang ku sebentar lalu tersenyum penuh makna.

"Dia melakukan hal yang seharusnya tidak dia lakukan" ujar Daniel dengan nada seram.

"Apa?"

"Gak usah kepo" Daniel menjentikkan jari nya ke kening ku.

Aku memukul nya tapi dia menghindari hal itu. Kenapa setiap kali aku mencoba untuk memukul seseorang tidak pernah berhasil? Apa aku selemah itu?

Aku iseng mengangkat tas Daniel dan tepat dugaan ku, tas nya begitu ringan seolah tidak ada apapun didalam nya. Daniel menggaruk kepala nya dan tersenyum karena tau apa maksud ku bertingkah seperti itu.

"Lo bawa buku nya jangan banyak-banyak, nanti makin pendek lo" cibir nya.

Terkadang ya, mulut nya Daniel itu kayak ibu-ibu.

"Ihh, jahat banget"

"Jujur loh gue"

Aku diam saja dan kami berjalan menuju kelas.

Beberapa menit kemudian Daniel menyenggol ku dan menunjuk kelas kami. Ternyata disana ada kak Dion yang sedang melipat tangan nya didepan dada dengan ekspresi yang sudah mau meledak. Tatapan nya tajam kearah ku dan Daniel.

"Kayak nya gue bakalan kena amuk lagi nih" pasrah Daniel saat melihat ekspresi kak Dion dari jauh.

"Sensitif" bisik ku.

"Datang bulan?"

"Ya mana bisa"

Daniel tertawa puas dan aku malah ikutan, bisa ku lihat kalau ekspresi kak Dion sudah benar-benar akan meledak seperti bom. Kami sampai didepan kelas, aku menyuruh Daniel untuk cepat-cepat masuk. Sebelum benar-benar meninggalkan kami, Daniel mengangkat jari telunjuk dan tengah nya melambangkan peace pada kak Dion.

"Gak ada yang mau disampaikan wahai ibu negara?" Kak Dion masih mempertahankan ekspresi nya.

"Gak ada, emang kenapa?" Tanya ku sengaja.

"Zea, jangan mulai"

"Kak Dion boleh jalan sama Kalla, kok aku gak boleh? aku jalan nya di sekolah bukan di luar kayak kak Dion" sindir ku.

"Aku udah janji gak bakalan temenan sama Kalla lagi"

Aku kaget, jangan bilang kak Dion benar-benar melakukan nya. Astaga, sebagai seorang pacar bukan kah itu terlalu niat dan terlalu nurut?

"Aku beneran gak mau temenan sama dia lagi" kak Dion menyakinkan ku yang terlihat ragu.

"Aku bercanda kak Dion"

"Aku sadar akhir-akhir ini kita ada masalah dan sumber nya datang dari Kalla, aku gak mau hubungan kita rusak cuma gara-gara dia"

Aku merapikan rambut kak Dion yang terlihat sedikit berantakan, tumben bukan kak Dion datang cukup pagi begini? Mungkin karena mau siap-siap untuk pemilihan.

Kak Dion memajukan wajah nya, mendekat kearah ku. Mata nya memandang kebawah, kak Dion benar-benar tak kenal kondisi sama sekali. Aku segera mendorong nya dan dia tertawa.

"Jangan macem-macem kak, banyak yang liatin kita" ucap ku sedikit berbisik.

"Kita kan Romeo dan Juliet" kak Dion tersenyum.

"Gak gitu juga, sana ke kelas"

"Gak mau"

"Lalu?" Tanya ku.

"Aku masuk ke kelas kamu aja ya? Kan guru gak bakalan ngajar"

"Terserah deh"

Lagian kalau aku bilang gak boleh kak Dion pasti bakalan nekat juga, jadi percuma kalau dilarang.

-pemilihan berlangsung-

Sudah mulai menghitung suara yang telah di berikan, kebanyakan jatuh pada kelas 10 karena mungkin yang kelas  11 sudah tidak mau terkena beban yang terlalu berat, memutuskan untuk menjadi pendorong mereka aja yang sudah mempunyai tanggung jawab besar.

Aku duduk bersama dengan Ely, Daniel, Eva dan Sasha. Aku berada di tengah-tengah Ely dan Daniel, karena mereka suka bertengkar jadi aku adalah penengah nya.

"Ely aku ke toilet sebentar ya" bilang ku.

"Oh, ayo gue temenin" Ely sudah mau berdiri tapi aku hentikan.

"Gak usah, bisa sendiri kok"

"Ya udah, setelah itu pulang kita jalan, gak pernah loh kita jalan-jalan bareng"

Mendadak banget.

"Oh oke"

Setelah nya aku pergi ke toilet, akhirnya bisa menghirup nafas dengan udara yang bebas. Aku melihat ada beberapa orang di dekat lorong menuju rooftop, buat apa dia disitu? Semua nya sibuk menonton walaupun bosan tapi apa yang di lakukan ke tiga cowok itu disana.

Aku menghentikan kaki ku, seperti nya mereka bukan anak sekolah disini. Lantas bagaimana mereka masuk? Aku mencoba menyipitkan mata ku, sekilas aku melihat ada helai rambut cewek yang cukup panjang, hanya saja tidak terlihat wajah nya karena terhalang oleh salah satu badan cowok itu yang cukup besar.

Mereka melihat ke arah ku. Kaki ku seolah membeku dan tak bisa bergerak. Mereka mendekat.

"Oh jadi ini orang nya, cantik juga, gak disuruh datang malah datang sendiri" ujar salah satu dari mereka yang terlihat dia adalah pemimpin.




BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜

LOPYOU 💜

WHO I AM?[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang