22. Nasi Padang VS Nasi Padang

11.8K 2.3K 69
                                    

2 jam sebelum mentari tenggelam, Naya keluar dari ruang rawat HCU dengan senyum sumringah. Betapa tak bahagia, dokter mengabarkan jika Mak bisa dipindah ke ruang rawat biasa kelas 3. Hampir saja ia memeluk siapa saja yang ada di ruang tunggu. Aim, sasaran pertama Naya. Dan Laksa, ia hanya kebagian tawa bahagia Naya saja sudah bagai mendapat durian runtuh.

"Kapan dipindah?" tanya Laksa tertular semangat Naya.

"Sebentar lagi. Mungkin nanti setelah buka puasa."

"Alhamdulillah."

-----------

Menunggu Mak dipindah ke ruang rawat membuat jarum di jam dinding ruang tunggu, serasa kurang oli. Detaknya lambat sekali. Ini masih jam 5 dan Naya telah selesai membereskan segala perkakas penunggu pasien ke pojok ruangan. Agar saat ranjang Mak didorong, tak butuh waktu lama bagi Naya untuk memindahkan semuanya, mengikuti ke kamar mana Mak dirawat.

"Kamu tidak pulangkan Aim dulu? Kris bisa antar dia ke alamat yang kamu kasih."

Kris sejak tadi tidak terlihat. Hanya sekali menyusul saat jam besuk siang dibuka. Ia lebih memilih tidur di mobil melepas rasa letih menyetir sendirian sejauh itu. Laksa juga tidak mau membawa dua sopir. Atau setidaknya, bosnya itu iba pada Kris, dan menawarkan diri menggantikan menyetir selama 1 jam, Kris pasti akan bahagia sekali.

Enyahkan angan-anganmu, Kris! Laksa adalah majikan, dan kamu yang bawahan.

Terkadang, Kris ingin protes. Kris dulu melamar pekerjaan hanya sebagai sopir mobil pick up proyek. Kenapa ini Laksa justru menggeser tugas Pak Dede menjadi tugasnya? Bagi Kris, lebih baik mengangkut pasir, dibandingkan Laksamana Latif.

Tepuk tangan untuk Kris! Dia berani sekali melawan Laksa ... di dalam mimpinya.

Naya menolak. Ia tak enak hati merepotkan Kris yang sudah kelelahan. Seperti biasa, Hasbi akan datang. Entah bersama Yumna, Arini dan Uma, atau sendirian. Yang pasti, ia tak pernah absen.

"Nanti saja, Tuan. Waktu Arini ke sini. Lebih baik Tuan dan Kris cari hotel sekarang. Sudah mau gelap. Biar Tuan bisa istirahat."

Laksa menggeleng. Ia tak akan meninggalkan sahabat si 'susah' ini sendirian. Apalagi sebentar lagi akan disibukkan dengan perpindahan ruang rawat. Bicara ruang rawat, Laksa mendapat sebuah ide.

"Gimana kalau Mak dipindah ke VIP? Atau minimal kelas 1. Kamu mau? Kalau mau, saya yang tanggung biayanya."

Naya menggeleng. Lagian Mak mungkin hanya 1-2 hari saja di bangsal, sebelum pulang.

"Assalamu'alaikum."

Salam serempak diucap oleh suara berat seorang pria berbaju gamis putih hingga bawah, ditambah kopiah di kepala. Alarm tanda bahaya di kepala Laksa mulai memekik.

"Wa'alaikumsalam."

Kecanggungan melanda lagi, dan lagi. Selain bersahabat dengan si 'susah', hubungan Naya dengan si 'canggung' juga sepertinya harus disahkan sebagai hubungan erat persahabatan.

"T-tuan, ini A' Hasbi. A', ini Tuan Laksa. Majikan Naya dari Gunung Jati."

"Laksamana Latif," jabat kuat tangan besar Laksa pada Hasbi.

Bibir mereka saling berbalas senyum. Tidak tahu, dalamnya hati mereka. Mungkin pasukan garda depan telah disiagakan untuk bersiap akan serangan pertama.

"Hasbi."

Suara rendah Hasbi menyiratkan jika pria itu tak terpengaruh pada tatapan tajam Laksa.

"Oiya, Nay. Ini nasi Padang. Untuk buka kita sebelum kamu pulang."

Hasbi menyodorkan seplastik bening berisi 5 bungkus nasi Padang. Naya tak enak sendiri. Astaga! Hari ini, hari nasi Padang. Ia mensejajarkan plastik dari Hasbi berdampingan dengan plastik berisi nasi kotak dari Laksa.

Pungguk Memeluk Bulan (FULL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang