Laksa mengulas senyum tiga jari ketika mendengar sang istri kebingungan di rumahnya sendiri. Ingin terbahak, tapi tertahan. Salah Laksa juga tak langsung menggandeng kawan si canggung ini untuk langsung ke atas.
Memang benar, tugas membersihkan ruangan lantai dua adalah bagian Risma dan dua bawahan lain. Medan berkutat Naya hanya sebatas dapur dan ruang makan. Pantaslah jika Naya merasa asing dengan anak tangga yang tak pernah ia titi selama ini.
"Kalau begitu, mulai besok kita rombak jobdesk asisten."
Laksa mencetuskan sebuah ide, usai menelan satu kunyahan nasi goreng udang di mulut. Nasi goreng satu piring menggunung dengan taburan udang di setiap sudut. Laksa lapar sekali gara-gara menyetir di sisa 3 jam terakhir. Hanya 3 jam, Laksa! Apakabar dengan Kris?
Tangan kanan Laksa sibuk menyendok nasi. Sedangkan tangan kirinya, sibuk menggenggam jemari si istri manis. Ribet sekali prosesi makan tuan gajah akhir-akhir ini. Tapi, itulah kesenangan Laksa. Kesenangan bagi Naya juga, melihat sang suami lahap menikmati masakannya. Naya rela mengisi perut belakangan setelah Laksa selesai, hanya untuk memandangi sang belahan hati melahap habis hasil olahannya. Diakhiri dengan pujian sang suami pada Naya.
Begitulah dua insan yang sedang dilanda asmara. Tak perlu kata terucap untuk saling mengungkap, jika mereka sedang jatuh ... cinta. ❤️
"Tugas memasak sementara digantikan Rustini dan Risma. Sampai dapat tukang masak baru."
"Saya?" celetuk Naya tak sadar.
Laksa menoleh. Ia tak bisa lagi menahan tawa. Bahkan bahakan itu menggema di seisi ruang makan yang sepi. Istrinya ini kelewat lugu, atau masih saja menjaga batas kesopanan antar mantan asisten dan majikan?
"Kamu memasak menu untuk suamimu ini, Sayang. Dan bersihkan kamar kita saja, Nyonya Laksa," tunjuk Laksa pada dirinya sendiri. Sebelah mata mengedip sarat godaan.
Lagi, Naya memerah malu. Setelah ditinggal pergi oleh kawan karibnya yang bernama si susah, kini Naya ketambahan satu teman selain si canggung dan si ragu. Yaitu, si sopan. Istri baru Laksa ini terlalu menjunjung tinggi nilai kesopanan, hingga kerepotan sendiri tak berani mengambil inisiatif, kecuali sang suami yang memutuskan.
"Ah iya. Untuk Aim dan Uma juga, karena mereka sudah terbiasa makan masakan Ibuknya. Ibu juga sepertinya lebih cocok masakan kamu."
--------------
"Maaf lahir dan batin, Mak Menik. Maaf, baru berkunjung sekarang."
Tiga sosok mantan orang susah, berkunjung ke lingkungan tempat mereka dahulu berteduh selama hampir 11 tahun. Rumah kontrakan reot, lengkap dengan lubang di atas dan bawah, yang tak pernah mau sang pemilik betulkan. Padahal ini rumahnya. Sedangkan Naya hanya berstatus mengontrak. Kini, justru ditinggal oleh para penghuni, setelah genteng dan triplek baru menutup lubang-lubang itu.
Rumah Mak Menik—sang pemilik— tak jauh dari deretan kontrakan tersebut. Berada di paling depan halaman, dengan sebuah warung kelontong yang mencolok memanfaatkan area teras rumah.
"Nggak apa-apa. Tapi aduh ... nastarku habis, Ma, Im. Kemarin bikin 200 toples ludes. Rezeki ya emang nggak kemana."
"Iya, nggak apa-apa, Mak. Aim dan Uma sudah makan."
"Uma mau jajan, Buk!" celetuk Uma.
"Yowis, sana! Pilih-pilih! Wah ... sekarang dapet uang jajan ya dari Bapak?"
Layaknya sang ibu, Aim dan Uma hanya tersenyum manis. Lantas berlalu ke warung.
"Ngomong-ngomong, selamat ya, Nay? Duh, tahu begitu ... Mak minta tolong kamu ya, Nay. Biar Tuan Laksa borong nastarku buat hadiah pembeli rumah dia kemarin. Apa buat buruh-buruh itu lho!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pungguk Memeluk Bulan (FULL)
Espiritual[Juara Utama 1 Lomba Menulis KBM APP Ramadhan 2021] #1 generalfiction #1 baper #1 bucin #1 spiritual #1 Islam #2 chicklit #22 roman Naya, Kusuma, dan Ibrahim, adalah tiga sosok manusia yang hidup di rumah kontrakan dengan atap bocor. Di sisi lain ke...