"Mau kemana?"
Naya berdecak. Baru beberapa jam ia menyetujui dipersunting oleh Laksamana Latif, pria itu menjadi makin posesif. Hanya sekadar ke kantin saja ia bertanya. Bertanya atau tak rela ditinggal, Laksa?
"Menyusul Ibu ke kantin. Tuan bicara sama Kris saja dulu. Begitu Ibu kembali, saya mau izin pulang. Saya masih ada kewajiban masak buka puasa terakhir."
Jika Naya berdecak, Laksa terbahak tak percaya setiap mendengar kata 'Tuan' masih meluncur lancar dari mulut Naya.
"Izinkan saya tetap menjadi Naya tukang masak, dan Tuan sebagai Tuan saya, sampai ijab qobul terlantun ya?"
------------
"Rame banget handphone kamu sepertinya."
Kris terkekeh bangga tanpa menatap sang Tuan yang sedang bertanya. Mata Kris terfokus maksimal pada obrolan grup WhatsApp gawangannya, bersama 2 asisten tukang masak lainnya. Kabar THR dilipatgandakan 3x adalah sejarah yang tak boleh hilang dari rekam jejak anggota grup. Pasalnya, sepanjang sejarah perburuhan di Laksamana Property, baru kali ini sejarah tersebut tercipta.
Baru beberapa menit, kemudian Kris sadar. Si penanya yang barusan ia tinggal cengengesan dengan teman dunia maya, adalah Laksamana Latif.
"Oiya, maaf Tuan. Teman-teman di grup WhatsApp mengucapkan selamat, akhirnya Tuan akan menikah setelah lebaran nanti."
"Oke. Kembali kasih."
"Dan kami juga berterima kasih sudah diberi THR 3x lipat."
Laksa mengangguk. "Sini! Saya baca mana ucapan terimakasihnya!"
Tangan penuh dominasi itu menengadah pada Kris. Salahkah kepolosan pria usia 24 tahun, yang sok bangga berbahagia menyampaikan selamat dan terimakasih pada Laksa dari kawan dunia maya. Ia tak tahu jika setelah ini, grup WhatsApp gawangannya memasuki detik-detik penghancuran.
"T-tuan. Maaf. Sudah saya hapus."
Wajah Kris mulai memucat.
"Hapus apa? Bisa ya hapus pesan yang bukan kita yang ketik?"
Kris menggeleng ragu.
"Berikan!"
Kris mendekap telepon seluler yang ia beli dari menyisihkan gaji dua bulan, awal-awal bekerja dulu. Akankah Laksa melemparnya jika ia marah usai membaca pesan grup? Mengingat Laksa terbiasa melempar rantang jika ia tak suka dengan masakan Rustini.
Kris menggeleng lagi. Mata tajam Laksa makin menyorot sarat perintah. Dari tatapan saja, Kris bisa membaca pesan tersirat Laksa. Jika tidak diberikan, Kris dan teman-teman akan gagal Lebaran. Namun jika diberikan, Lebaran yang sejak beberapa waktu lalu melambai-lambai penuh harap, juga sepertinya akan sirna. Kris tak punya pilihan.
Maju mundur, Kris bangkit dari sofa, mendekati ranjang Laksa. Mbak Naya kemana juga ini? Datang, Mbak! Datang, Mbak! Pada akhirnya, Kris memberikan juga apa yang Laksa minta. Bosnya tersebut adalah pria antitolak. Naya saja tak sanggup menolak cintanya. #eaa ...
"Antar pulang Naya dan Ibu. Setelahnya, kamu kembali ke sini lagi!"
--------------
"Bajumu baru ya, Man?"
"Iya dong. Kan mau Lebaran sama pujaan hati."
Rustini is blushing. Darno menepuk-nepuk dinding menghayati penolakan Rustini. Beruntung, ia tak memukul-mukulkan kepala ke sana. Bisa rusak peci barunya.
"Tapi kok aku deg-degan ya, Man. Kris mana ini? Belum keluar juga dari ruang Tuan. Jangan-jangan uang THR kita mau diambil lagi."
"Nggak mungkin, Mbak! Ya Allah, aku udah terlanjur beli emas. Lihat! Gelangku baru. Bagus 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pungguk Memeluk Bulan (FULL)
Espiritual[Juara Utama 1 Lomba Menulis KBM APP Ramadhan 2021] #1 generalfiction #1 baper #1 bucin #1 spiritual #1 Islam #2 chicklit #22 roman Naya, Kusuma, dan Ibrahim, adalah tiga sosok manusia yang hidup di rumah kontrakan dengan atap bocor. Di sisi lain ke...