"Apakah sekarang zaman sedang terbalik? Dulu banyak pria mencampakkan wanitanya hanya karena memilih paras wanita lain yang lebih cantik untuk dinikahi. Kenapa sekarang justru banyak wanita mencampakkan pria baik-baik untuk hal semacam itu? Paras, harta, dan tahta."
Naya kebingungan. Ini hal baru baginya. Setahu Naya yang pernah ia dengar dari radio adalah harta, tahta, dan wanita. Tiga hal saling melekat tak terpisahkan. Mengapa ini malah Laksa balik? Bukan dia ya, yang sedang terbalik?
"Saya pernah berusaha menjadi pria baik. Ternyata, baik saja tidak cukup. Wanita lebih suka dengan yang selain baik."
Laksa tanpa sadar menceritakan kisah hidupnya pada Naya yang masih berdiri termangu tak berkutik. Tak ada kursi di sekitarnya. Pun, tak mungkin ia kurang ajar duduk di sebelah Laksa. Termasuk jika Naya harus lari dulu ke dalam rumah mengambil kursi untuk mendengar semua keluh Laksa, rasanya juga tidak lucu. Majikannya sedang berbicara serius.
Laksa sebenarnya bukan manusia tanpa cikal bakal pria sholeh. Ia mengenyam pendidikan di sekolah Islam sejak SD hingga SMA. Sudah sangat benar didikan Tuan Taruma Latif pada anaknya ini. Sholat, puasa, membaca Alquran, bukan hal tabu bagi Laksa. Hanya saja, semua berputar 180 derajat sejak Laksa patah hati. Sebut saja, mungkin hati Laksa yang terlalu rapuh, atau imannya pada Allah masih terkalahkan oleh rasa cintanya pada sang wanita.
"Berusaha menjadi baik bukan semata untuk seseorang. Tapi untuk diri sendiri dan Allah, Tuan. Maaf jika saya salah."
"Ibu selalu bilang orang baik akan mendapatkan jodoh yang baik pula. Saya hanya terlalu terlena sepertinya. Tidak semua orang baik, benar baik di dalam hatinya. Saya masih ingat jelas. Bagaimana ketika tunangan saya yang begitu baik, menggoda pria itu hingga berakhir ke kamar. Bodohnya, saya tidak menghentikan. Makin tolol lagi kalau saya menghentikan dan terus menjadi manusia bodoh selamanya, mempertahankan wanita berkulit rubah itu."
Laksa yang dulu bukan seorang pria pendosa. Segala sebab, pasti ada akibat. Mungkin karena ia tahu jodohnya ternyata tak sebaik yang ia kira, kepercayaan diri Laksa sebagai orang baik ikut melebur. Padahal ia sedang tidak tahu saja, jika jalan Allah memberi petunjuk kemaksiatan wanita itu adalah agar Laksa tak berjodoh dengannya. Allah sedang membuka mata Laksa. Laksa yang baik ... tak pantas untuk wanita yang tak baik.
Bertahun-tahun berteman dengan Wein, membuat Laksa lupa kejadian malam itu. Termasuk lupa bagaimana menjadi orang baik lagi. Emosi Laksa terpengaruh oleh Wein. Kesehatan hati rusak tergerus Wein. Pun hubungan pertemanan dan keluarga juga tak sebaik dulu hanya karena si Wein ini.
Laksa menjadi sosok yang tak mudah percaya orang. Yang Laksa percaya adalah dibalik kebaikan seseorang, ada sekelumit tujuan tak baik yang ingin mereka capai. Cari muka.
Sebutlah Kus. Sifat Kus yang sangat penurut pada Laksa dicurigai punya tujuan agar Laksa mengangkatnya menjadi mandor.
Rustini sangat perhatian pada Bu Sukma agar tetap diizinkan tinggal di mess belakang. Pun posisinya sebagai kepala asisten rumah tangga tak goyah oleh siapapun.
Lastri—tukang masak sebelum Naya— pernah sakit hati tak terima Laksa menolak menu sajiannya, hingga berujung meludahi kuah yang akan ia sajikan pada Laksa. Laksa memergoki dan marah besar. Sikap manis Lastri selama ini ternyata juga palsu.
Trauma Laksa bertambah. Selain kilasan ingatan buruk tentang mantan kekasih yang hadir hampir tiap malam, ia juga tak percaya lagi siapapun memasak untuknya.
Sampai Rustini mengajak Naya untuk mendaftar koki di rumah Bu Sukma. Mempertemukan Nayyara Humaira yang sungguh baik ... dengan Laksamana Latif yang sedang tak ada baik-baiknya.
-----------
"Kamu mau menerima saya Naya, jika saya sudah menjadi pria baik lagi?"
Naya tersentak. Matanya membola. Apa maksud kalimat tersirat Laksa barusan? Ketakutan memenuhi relung hati Naya. Satu-satu, ia tanpa sadar mengambil langkah mundur.
Laksa yang mendapati respon Naya, menunduk. Menghela nafas berat. Ia tak akan menjadi rubah layaknya manusia lain di sekitarnya. Ia akan jujur sekarang, agar tak perlu menjadi munafik di hadapan Naya. Berusaha mengubah diri kembali baik, hanya untuk mendapatkan perhatian Naya.
"M-maksud Tuan?"
"Saya rasa kamu mengerti maksud saya. Saya tertarik dengan kamu dan sedang berniat memperbaiki diri agar setidaknya kamu tidak malu punya pasangan seperti saya."
Kenapa Laksa tak memperbaiki diri agar ia tak malu dengan dirinya sendiri di hadapan sang Pencipta?
Jantung Naya hampir meloncat keluar. Tak ada firasat sama sekali, Naya akan mengobrol panjang lebar dengan Laksa malam ini dan berakhir dengan Laksa yang menyatakan isi hatinya pada Naya. Astaga! Naya harus bertanya pada Hamid, apakah tuannya ini tadi berbuka puasa dengan Wein atau tidak.
Terlalu lama harus menunggu Hamid pulang tarawih, Naya menanyakan langsung.
"T-tuan minum Wein lagi?"
Laksa mengernyit. Begitu sadar, ia terbahak habis-habisan bagai seseorang sedang kerasukan jin komedi.
"Kamu pikir saya mabuk? Astagaaa, Naya!!" teriak Laksa di tengah bahakan. Melihat ekspresi Naya, level bahagia Laksa meningkat drastis ke level High. Mungkin akan menjadi Highest bahkan Error Detected jika Naya benar menerima pinangannya seketika itu juga.
"Ibuk ... !! Uma sama Abang dapet sisa takjiiill!!!"
-------------
Naya terselamatkan oleh Aim dan Uma yang berteriak tiba-tiba memanggil ibunya dari pintu belakang. Sungguh, hati Naya sedang tak tentu. Antara sedih, senang, ragu, aneh, juga tak percaya. Beruntung, kehebohan Uma yang lari tergopoh-gopoh masih dengan mukena atasan dan seplastik kue basah sisa takjil, memecah gelembung canggung Naya dan Laksa. Ucapkan terimakasih pada teriakan Uma yang selama ini mendapat sindiran negatif dari Abang dan Ibunya.
Laksamana Latif?
Apa benar yang berbicara tadi dengannya di gazebo adalah Laksamana Latif? Atau Naya hanya sedang mimpi? Semua terasa begitu nyata, namun juga tak masuk akal.
Hingga malam, tak ada yang bisa tidur diantara kedua insan yang sedang dilanda kalut.
Jantung si lelaki berdebar hebat. Laksa kembali ke gazebo yang memiliki sejarah baru baginya, usai menunaikan tarawih sendirian di kamar. Jika dulu sejarah gazebo ini adalah tempat mabuk, kini berganti menjadi tempat dimana Laksa berhasil mengungkapkan isi hati pada Naya. Ditemani rembulan putih kuning yang menyorot penuh, menerangi area sekitar. Namun, tak berhasil menerangi hati Laksa yang masih berkabut.
Sedangkan si wanita, lagi-lagi sibuk memandang genteng baru dari ranjangnya. Ia juga ingin melihat bulan. Rasanya sesak sekali kamar malam ini. Sempit. Atau hatinya yang sedang sempit?
Andai ia bisa melihat langit, mungkin setidaknya ia bisa berkeluh kesah pada Allah dan suami di atas sana, sembari memandang langit.
Andai atapnya itu terbuat dari kaca, setidaknya cahaya rembulan bisa menyorot sedikit saja agar Naya tak merasa gelap memikirkan sendiri jalan hidupnya ke depan. Menerima ... atau menolak Laksa.
Ah, iya. Ingatkan Naya agar besok membeli 1 genteng kaca! Sepertinya, ia butuh malam-malam berbulan bintang untuk menemaninya merenung di hari-hari panjang selanjutnya. Karena sepertinya, memang ini ... tak akan sebentar.
----------------
#eaaaaaaaaaa .... 🥰🥰🥰🥰🥰🤸🤸🤸🤸🤸jatuh cinta, berjuta rasanya ... 🎶🎶🎶🎶
Ramaikan komen dan sharee 🌵🌵🌵🌵
KAMU SEDANG MEMBACA
Pungguk Memeluk Bulan (FULL)
Espiritual[Juara Utama 1 Lomba Menulis KBM APP Ramadhan 2021] #1 generalfiction #1 baper #1 bucin #1 spiritual #1 Islam #2 chicklit #22 roman Naya, Kusuma, dan Ibrahim, adalah tiga sosok manusia yang hidup di rumah kontrakan dengan atap bocor. Di sisi lain ke...