25 | secret admirer

1.2K 230 30
                                    

BRAK!

Aku mendobrak pintu ruangan tersebut. Ketiga anak perempuan itu terkejut dan menoleh. Aku menatap Madison dengan tajam dan masuk ke dalam ruangan. Sadie mengikutiku.

"Madison..." Aku berbicara dengan suara tercekat, "kau curang."

Madison tertawa. "Memang."

"Kau sudah membuat Edmund—"

"Kalah? Ya. Merusak hubungan kalian? Ya. Aku bangga bisa menipunya dan mengalahkannya." Madison menyilangkan tangannya di dada dan menyeringai jahat.

"Dengan cara curang, kan? Dan kau bangga?" Aku mendecak. "Kutunggu kau sembuh, Madison."

Seringaian Madison hilang. Dia mendengus dan mendorongku. Aku yang tak terima langsung diserang, segera membalasnya.

BRUK!

Aku mendorong Madison sampai dia terjatuh. Dia bangkit kemudian, lalu dia menjambakku. Aku merintih sebentar, lalu memegang pundak Madison dengan erat lalu mendorongnya. Tubuhnya terhuyung jatuh, menabrak meja. Kepalanya terkena meja keras tersebut. Dia meringis kesakitan.

"Hei!"

Kami semua menoleh. Mr Robert memasuki ruangan. Dia menatap kami dengan galak.

"Ada apa ini?!" Suara Mr Robert membuat kami tersentak pelan. Jantungku berdegup kencang.

"[Name] telah membuat Madison terjatuh menabrak meja, Sir!" Ruby menunjukku. Aku melotot.

Mr Robert memandangku. "Benarkah, [Name] Partridge?"

"S-saya—"

"Detensi!"

Suara Mr Robert menggelegar. Dia menatapku dengan galak.

"Kamu harus membersihkan aula sekolah, saat pulang nanti."

°°°

Aku tak punya pilihan lain. Aku harus menjalani detensi yang berat. Sendirian, membersihkan aula yang sangat luas.

Sadie mengelus punggungku sebelum pulang. "Maaf, [Name]. Aku tak bisa menemanimu. Aku sudah meminta dihukum oleh Mr Robert, tetapi ia tak mengizinkanku."

Aku menatap Sadie dan mengangguk. "Tidak apa-apa. Aku bisa mengerjakan detensi itu sendiri."

Sadie masih menatapku dengan penuh simpati. "Sampai jumpa besok, [Name]."

Aku melambaikan tangan. "Sampai jumpa."

Sadie berjalan pulang, sedangkan aku pergi ke aula sekolah. Bersiap untuk membersihkan aula itu sendirian.

"[Name]!" Aidan berlari ke arahku. Aku menolehkan kepala.

"Ya?" sahutku pendek.

"Kau tak pulang dengan kami?" tanya Aidan heran. Aku menggeleng.

"Tidak." Aku menjawab dengan pelan.

"Kenapa?" Aidan menatapku dengan bingung.

"Aku mendapat detensi," jawabku.

Aidan terkesiap. "Detensi? Karena apa?"

"Mendorong Madison sampai kepalanya terbentur meja."

Aidan semakin terkejut. Dia menatapku. "Kau pasti melakukannya dengan suatu alasan kan?"

Aku mengangguk.

𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang