33 | ramandu island

896 123 17
                                    

 Aku tak menduga kalau ternyata naga yang menculik Edmund adalah sepupu Edmund sendiri, Eustace. Aku tak tahu bagaimana Eustace bisa menjadi naga.

 Eustace (dalam wujud naga) terlihat kesakitan dengan tangannya. Kami berdiri di sekelilingnya. 

 "Dia pasti dikutuk oleh harta karunnya," kata Edmund. Benar, ada gelang emas yang terpasang di tangan Eustace. Saking besarnya tangan Eustace yang sekarang, gelang itu sampai tak muat dan susah untuk dilepaskan. 

 "Semua orang pasti tahu bahwa harta karun naga itu dikutuk," ujar Caspian. "Kecuali jika dia tidak berasal dari sini," lanjutnya. 

 Lucy berjalan ke dekat Eustace. Eustace mengulurkan tangannya, kemudian Lucy melepaskan gelang emas itu. Eustace meraung setelah gelang itu terlepas. Lucy tersenyum.

 "Apa ada cara untuk mengembalikannya?" tanya Edmund pada Caspian.

 "Aku tak tahu," jawab Caspian, menoleh kepada Lord Drinian.

 Edmund memandang Eustace dengan prihatin. "Bibi Alberta pasti tak akan senang," katanya. Eustace pun langsung terlihat murung.

 "Maaf soal tanganmu, Nak. Kadang-kadang aku sedikit bersemangat," ucap Reepicheep pada Eustace. 

 "Perahunya siap, Tuan!" kata Tavros, sang minotaur.

 "Kita tak bisa meninggalkannya," ujar Lucy. 

 "Kita tak bisa membawanya, Yang Mulia," kata Lord Drinian. 

 "Kalian semua bisa kembali ke kapal. Sisanya akan berada disini sampai pagi," perintah Caspian. "Dan lakukan apa yang harus kalian lakukan."

 "Tapi anda tak bisa tinggal disini," kata Rhince. "Dan tak ada api untuk menghangatkanmu, Tuan."

 Eustace berpikir, dan tiba-tiba, ia menyemburkan apinya ke salah satu kayu. Aku bergumam kagum saat melihat api unggun kecil yang dibuat Eustace dengan semburan apinya. 

 "Apa katamu tadi?" kata Reepicheep pada Rhince. Kami semua pun tertawa, begitupun Rhince yang nyengir lebar.

━ ━ ━

 Kami pun menetap selama satu malam di pulau itu, untuk menemani Eustace. Keesokan harinya, kami melihat sebuah bintang biru yang menjadi pemandu kami. Petualangan pun berlanjut. Kami kembali menaiki kapal untuk menuju Pulau Ramandu. 

 Aku pergi ke balkon kapal untuk menikmati pemandangan laut. Tiba-tiba, Edmund datang dan berdiri di sebelahku. "Hei, [Name]."

 "Hei, Ed." Aku membalas sapaannya. "Kenapa kau ke sini?"

 "Karena aku bosan," jawab Edmund. "Lagipula, aku ingin mengobrol denganmu."

 Aku tersenyum kecil.

 "[Name], menurutmu, apa yang akan terjadi jika Eustace bertemu dengan Aidan?" tanya Edmund. Refleks, aku langsung menahan tawa saat mendengar nama Aidan. Sepupuku yang tingkahnya selalu menghiburku walaupun terkadang sangat menyebalkan. 

 "Emm, menurutku, mereka tak akan berhenti berdebat," jawabku. Edmund tertawa.

 "Benar," kata Edmund, mengangguk. Aku ikut tertawa.

 "Coba bayangkan kalau Millie dan Aidan bertemu dengan Eustace dan Caspian," kata Edmund.

 "Pasti seru," ucapku. "Ah, kuharap kita berdelapan bisa berkumpul lagi."

 "Eits. Kau lupa menambahkan dua orang," kata Edmund seraya menyeringai. "Eustace dan Caspian. Jadi ada sepuluh orang."

 "Oh iya." Aku nyengir. Edmund mengacak rambutku, membuatku kesal dan segera merapikan  rambut. 

𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang