Rumah Paman Jaeden.
"Aku pulang!" Jaeden membuka pintu.
"Dari mana?" Pamannya langsung menghampiri nya.
"Sekolah," jawab Jaeden.
"Dengan?"
"Wyatt."
"Bagus. Kuharap kau tak berteman dengan sahabat lama mu lagi," kata Paman, duduk di sofa. Jaeden melepas sepatunya dan pergi ke kamar. Tapi sebelumnya, dia menghampiri pamannya dulu.
"Paman, kenapa aku tak boleh bermain dengan mereka?!" tanya Jaeden yang sudah tak tahan.
"Kau harus memilih sahahat yang tepat! Jika kau dengan mereka, kau bisa melakukan yang tidak-tidak," jawab Paman.
"Tapi kami tidak melakukan sesuatu yang nakal-nakal!" bantah Jaeden.
"Sudah kuduga, kau bermain dengan mereka. Kau tak boleh keluar kamar selama hari ini! Akan kuantar makan malam mu nanti," kata Paman. "Sekarang, jangan bertanya lagi."
Jaeden mendengus dan berlari ke kamarnya. Dia membanting pintu kamarnya.
Jaeden berbaring di kasur, menghapus segala kelelahannya.
Dia harus berbohong. Jika ditanya begitu, dia harus menjawab 'Wyatt' atau tidak, dia tak boleh keluar kamar.
Pamannya merupakan teman dekat ayah Wyatt. Pamannya ingin dia bersahabat dengan Wyatt.
Tapi Wyatt bukanlah sahabat nya. Sahabatnya Noah, Finn, dan Jack.
Bukan berarti dia tak temenan dengan Wyatt.
Jaeden tak punya pilihan. Dia harus menjauhi sahabatnya, karena pamannya.
···
Aku memakai topiku. Pagi ini sangat cerah seperti biasa. Ayam di peternakan Paman Alan berkokok. Burung-burung berkicauan.
"[Name], ayo!" Millie menarik tanganku. Dengan cepat, kuambil tasku yang tergeletak di atas kasur.
Kami pamit pada Bibi Michelle dan Paman Alan, lalu berjalan ke stasiun.
Setelah sampai di kota, kami pergi ke sekolah. Sepertinya waktu masuk masih lama. Aku mengobrol dengan Aidan.
Tiba-tiba,
"Permisi," seseorang yang menaiki skateboard melintas di antara kami. Aku dan Aidan langsung minggir dan berpisah.
"Jaeden?!" tanyaku. Ternyata, orang itu Jaeden.
"Eh, [Name]. Hai," sapanya, lalu dia semakin jauh.
Akhirnya, kami sampai ke sekolah. Aku segera berlari ke kelas.
Kubuka pintu kelas dan ternyata kelas sudah lumayan ramai.
"Hai, Sadie," sapaku pada Sadie.
"Hai, [Name]," balas Sadie. "Kau sudah mengerjakan PR Matematika kemarin?"
"Eh, sebentar," kataku seraya merogoh isi tasku. Kukeluarkan buku Matematika. Dan ku cek halaman PR tersebut. "Oh, sudah!"
"Bagus," jawab Sadie. "Hei, kau nanti mau ke taman saat istirahat?"
Aku berpikir sebentar. "Aku mau."
"Oke!" kata Sadie. Kulihat Edmund memasuki kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓
Fanfiction[ completed ] ❛ i don't know why i'm still stuck with you, ed. ❜ - edmund pevensie x fem!reader - fanfiction - berdasarkan cerita The Chronicles of Narnia karangan C.S Lewis - sequel of 'Special Changes' ﹙+13﹚ ﹙written in bahasa﹚ ﹙hanya mengambil be...