"Ah! Sakit!"
"Maaf."
"Pelan-pelan, Ed.."
"Aku sudah pelan-pelan, [Name]."
Edmund sedang mengobati luka di wajahku. Darah yang keluar dari hidungku sudah berhenti.
"Bagaimana bisa kau terluka begini?" tanya Edmund, mengerutkan dahinya dengan bingung.
"Entahlah. Pria-pria sialan di pulau itu menyerangku," jawabku. "Tapi tenang saja. Aku sudah melawan mereka—"
"Tenang katamu? Kau sudah luka begini."
"Ya, tapi kan—ah! Ed! Sakit!"
"Tahan, [Name]. Tinggal satu lagi."
"Kau menekannya dengan keras, Ed. Kan sudah kubilang, pelan-pelan saja."
"Kau cerewet sekali, [Name]. Seperti ibu-ibu yang sering mengomel di stasiun waktu itu."
"Ed!" Aku melotot dengan jengkel. Aku merebut obat-obatan tadi dari tangan Edmund. "Sudahlah, biar aku saja."
"Kenapa baru sekarang?" kata Edmund. Aku memutar bola mataku. Edmund mengambil pedang yang diberikan salah satu Lord tadi, dan kembali sibuk membersihkan kerak-kerak di pedang itu. Sedangkan aku mengobati lukaku sendiri dengan hati-hati.
Lucy sedang menjahit. Sedangkan Louis sedang mengobrol dengan Caspian. Eustace? Entahlah. Tadi dia menulis diari, dan sekarang entah kemana.
Aku kembali melihat sekeliling, tetap mengobati lukaku. Aku pun melihat Eustace yang memegang pisau besar, sambil melawan Reepicheep.
Ah, dia tak jago dalam hal itu. Lihat saja, pisaunya nyangkut. Reepicheep jauh lebih lincah. Aku pun tak bisa melawannya, sebenarnya.
Duel mereka seru juga. Sampai akhirnya, Eustace jatuh tersungkur dan menabrak sebuah keranjang pakaian dengan punggungnya.
"AAAA!"
Eh? Suara siapa itu?
Aku melihat keranjang pakaian itu dengan penasaran. Ada seseorang di dalamnya.
Dan benar saja. Sebuah tangan muncul dari dalam keranjang. Anak perempuan berbaju pink pun keluar dari keranjang itu. Aku langsung terbelalak setelah melihatnya.
"Lihat," ucap Lucy yang menghampiri keranjang tersebut.
"Gael, apa yang kau lakukan di sini?" tanya ayah anak perempuan tersebut. Gael adalah anak perempuan yang berasal dari Lone Island tadi.
Gael menatap ayahnya tanpa menjawab. Ayahnya pun berjalan mendekatinya dan memeluknya.
Lord Drinian datang dengan sebuah jeruk di tangannya. Dia menghampiri Gael dan ayahnya.
"Sepertinya kita mendapat tambahan awak kapal," kata Lord Drinian, memandang Gael. Ayah Gael tersenyum. Lord Drinian pun memberikan buah jeruk itu kepada Gael.
Setelah Lord Drinian pergi kembali, Lucy berkata kepada Gael, "Selamat datang."
"Yang Mulia." Gael membungkuk.
"Panggil aku Lucy," ujar Lucy. "Kemarilah."
Dia merangkul Gael dan membawanya pergi. Saat melewatiku, Lucy memberi isyarat padaku untuk ikut. Aku tersenyum dan mengangguk, lalu mengikuti Lucy.
━ ━ ━
Menjelang malam hari, kami berhenti di sebuah pulau yang tampaknya kosong. Kami menginap di pulau itu untuk malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓
Fanfiction[ completed ] ❛ i don't know why i'm still stuck with you, ed. ❜ - edmund pevensie x fem!reader - fanfiction - berdasarkan cerita The Chronicles of Narnia karangan C.S Lewis - sequel of 'Special Changes' ﹙+13﹚ ﹙written in bahasa﹚ ﹙hanya mengambil be...