Dad benar-benar membawa kami liburan ke Cambridge. Walaupun Inggris masih dalam suasana perang, keadaan sekarang lebih baik daripada dulu.
Aku sekamar dengan Louis, sedangkan Mum dengan Dad. Aku dan Louis tak berhenti bertengkar, meskipun gara-gara masalah sepele.
"Bagaimana tadi malam? Apa kalian tidur nyenyak?" tanya Dad kepadaku dan Louis saat pagi pertama di kota ini.
"Nyenyak, Dad. Tapi anak ini tak berhenti mengigau." Louis mendelik kepadaku.
"Aku tak sadar tau!" Aku memutar bola mata. Dad tertawa kecil, begitupun Mum.
"Baiklah. Hari ini, kalian bebas berjalan-jalan. Asalkan berhati-hati dan jangan berpisah! Mengerti?" Mum menatap kami.
"Mengerti, Mum." Kami menjawab.
"Oke." Mum mengangguk.
Aku dan Louis pun langsung melengos pergi, setelah memakai mantel. Kami berunding, memikirkan kemana kami akan pergi.
"Ke rumah keluarga Scrubb. Ayo." Aku menarik tangan Louis.
"Siapa keluarga Scrubb?" tanya Louis, mengernyit.
"Saudara Edmund dan Lucy," jawabku.
"Astaga. Kau sangat memikirkan Edmund. Jangan sampai kau tak berhati-hati menyebrang ya karena memikirkannya." Louis mengomel.
"Iyaa!"
Kami berjalan-jalan, mencari rumah yang akan kami tuju. Sesekali kami menyebrang, dengan berhati-hati.
Setengah jam pun berlalu. Aku mulai putus asa. Begitupun Louis.
"Dimana rumahnya, [Name]? Kau tak jelas sekali." Louis bersungut-sungut.
"Diam dulu." Napasku tersengal-sengal karena lelah berjalan. Aku melihat sekeliling, mencari orang yang bisa ditanyakan. Akhirnya, aku pun melihat dua orang—perempuan dan laki-laki—yang memakai mantel, sedang membawa sepeda.
"Mari kita tanyakan mereka." Aku menarik tangan Louis, membawa anak laki-laki yang terbengong itu menyebrang.
Aku mengejar orang tersebut, masih dengan Louis di sebelahku.
"Hei!" Aku menepuk pundak orang tersebut. Harus berjinjit. Walaupun tinggi badanku sudah naik, orang ini masih lebih tinggi beberapa cm dariku.
Laki-laki yang memakai mantel dengan topi itu membalikkan badan. Begitupun perempuan yang ada di dekatnya.
DEG.
Aku terkejut ketika melihat wajah mereka. Mataku terbelalak. Napasku pun tertahan.
"[Name]?"
Senyum sumringah ku pun muncul.
"Edmund!"
Aku langsung memeluk Edmund dengan erat. Melepas rinduku beberapa minggu ini.
"[Name]! Aku tak menyangka akan bertemu denganmu lagi. Kau telah berubah!" Edmund membalas pelukanku seraya mengelus rambutku.
"Ed, I miss you!" kataku, setelah berpelukan dengan Edmund.
"Aku juga, [Name]! Tinggal di sini sementara sangat membosankan menurutku." Edmund mendengus, kemudian kembali tersenyum.
"Hai, [Name]!" Lucy, perempuan yang berdiri di dekat Edmund, menyapaku dengan senyum lebar.
"Lucy!" Aku dan Lucy berpelukan dengan erat.
"Kalian liburan ke sini?" tanya Lucy.
"Iya! Aku yang bilang ingin bertemu dengan kalian," jawabku bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓
Fanfiction[ completed ] ❛ i don't know why i'm still stuck with you, ed. ❜ - edmund pevensie x fem!reader - fanfiction - berdasarkan cerita The Chronicles of Narnia karangan C.S Lewis - sequel of 'Special Changes' ﹙+13﹚ ﹙written in bahasa﹚ ﹙hanya mengambil be...