36 | the last day in cambridge

412 45 10
                                    

Hamparan bunga-bunga putih suci menyejukkan mata kami selama mengayuh perahu. Aku tak berhenti terkesima, menatap semuanya dengan takjub. Ini seperti di surga.

"Bagaimana rasanya? Saat Aslan merubahmu kembali?" tanya Edmund kepada Eustace seraya mengayuh perahu.

"Apapun usaha terkeras yang kulakukan, aku tak bisa melakukannya sendiri," ujar Eustace, mengalihkan wajahnya. "Lalu dia datang menemuiku. Rasanya sedikit sakit, tapi... sepadan. Seperti saat kau mencabut pedang dari kakimu."

"Menjadi naga ternyata tak buruk," Eustace mengedikkan bahunya, lalu menoleh kepada Lucy, "Maksudku, aku lebih berguna menjadi naga daripada seorang anak kecil."

Eustace memandang kami semua, "Maafkan aku karena menyebalkan sepanjang waktu."

Edmund menyeringai, "Tak apa, Eustace. Kau adalah naga yang baik."

Eustace tersenyum. Sementara itu, Reepicheep yang berdiri di ujung perahu, berkata, "Teman-temanku, kita telah sampai."

Kami menoleh ke arah pandangan Reepicheep. Terlihat sehampar lautan yang bergelombang dan tak berubah bentuknya sama sekali di hadapan kami. Lagi-lagi, aku kembali takjub dengan semua pemandangan indah itu. Gelombang lautan itu terus bergerak, namun tak terjatuh.

Kami bertujuh—beserta Reepicheep tentunya—berjalan di permukaan pasir, menuju lautan ajaib nan indah itu. Tiba-tiba, terdengar suara Eustace.

"Aslan."

Kami langsung menoleh ke belakang dan berhenti melangkah.

Aslan. Dia kembali. Aku kembali melihatnya untuk kedua kali.

"Selamat datang, anak-anak. Kalian sudah melakukannya dengan bagus," ucap Aslan, berjalan ke samping Caspian.

Aslan memandang kami semua, "Sangat bagus. Kalian sudah datang dari jauh. Sekarang perjalanan kalian akan berakhir."

Aku dan Louis saling pandang. Aku mengangguk sekejap pada Louis, lalu, ia pun melangkah menghampiri Aslan.

Louis membungkuk di hadapan Aslan. "Sebuah kehormatan bisa bertemu denganmu, Yang Mulia."

Aslan mengangguk kecil. "Senang bertemu denganmu, pejuang."

Louis tersenyum setelah mendengar ucapan Aslan. Inilah pertama kalinya ia bertemu dengan sosok Aslan. Ia kemudian kembali berdiri di sampingku.

"Apa ini negerimu?" tanya Lucy.

"Tidak, negeriku ada dibaliknya," jawab Aslan, memandang lautan bergelombang itu.

Caspian ikut memandang lautan tersebut, "Apa ayahku ada di negerimu?" tanyanya.

"Kau bisa tahu dengan mencarinya sendiri, anakku. Tapi, kau harus tahu, bahwa jika kau meneruskannya, kau tak akan bisa kembali," tutur Aslan.

Kami menatap Caspian. Ia memandang lautan gelombang. Kemudian, ia melangkah ke hadapan lautan itu, lalu memasukkan tangannya ke lautan itu. Air mengalir ke atas melewati tangannya.

Namun, tak sampai sepuluh detik, ia membalikkan badannya, dan berjalan kembali ke tempat kami berdiri, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kau tak pergi?" tanya Edmund.

"Aku tak bisa membayangkan bahwa ayahku tidak akan bangga melihatku menyerah atas yang diberikannya padaku," ujar Caspian. "Aku telah diberikan kerajaan. Rakyat."

Caspian menatap Aslan, "Aku berjanji untuk menjadi raja yang baik."

"Kau sudah melakukannya," ucap Aslan. Ia kemudian memandang kami, "Anak-anak."

𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang