32 | bad dreams

870 131 15
                                    

Sesuai arahan Coriakin, kami mengikuti bintang biru. Empat belas hari terlewati, dan sampai sekarang, kami belum menemukan satupun daratan.

Kapal bergoyang. Ombak laut sangat kuat, berbeda dengan sebelumnya. Langit gelap. Sekujur badanku kedinginan.

Aku menyelimuti tubuhku. Mataku terpejam. Tak lama kemudian, aku mulai tertidur lelap dan masuk ke dalam alam mimpi.

━ ━ ━

Aku terbangun di sebuah... ruangan? Ruangan indah. Seberkas cahaya matahari masuk melalui kaca jendela. Aku melihat gaun yang terpasang di tubuhku.

"Gaun apa ini?" batinku. Aku pun mulai mengingat kalau ini adalah gaunku saat di Narnia.

Ah! Beberapa tahun yang lalu!

Aku beranjak dari tempat tidur dan pergi keluar. Lebih tepatnya, pergi ke balkon kesukaanku.

Selama berjalan di koridor Cair Paravel, aku merasa ada yang aneh. Di sini tampak sangat sunyi. Tapi aku tak terlalu memperdulikannya. Aku terus berjalan, menaiki tangga, menuju tempat tujuanku.

Tak lama kemudian, aku sampai di balkon yang kutuju. Pintunya tertutup. Aku membuka pintu itu dan cahaya matahari langsung menerpa wajahku.

Kulihat sesosok orang yang berdiri di balkon. Edmund!

"Edmund!" Aku tersenyum senang. Edmund ikut tersenyum, tetapi tiba-tiba, seseorang muncul dari belakangku dan menghampiri Edmund. Lalu... berpelukan dengannya?

Aku terdiam. Kulihat orang tersebut. Heather.

Dia memeluk Edmund. Edmund membalas pelukannya dan berkata, "I love you."

Aku benar-benar terkejut. Apa ini maksudnya? Kenapa—

"Ah!"

Tanpa ku duga, kakiku tertusuk sebuah anak panah. Lagi-lagi, aku kembali mengingat kejadian waktu itu.

Darah mulai keluar dari kakiku yang tertusuk. Aku meringis. Kakiku benar-benar terasa perih. Darahku tak berhenti mengalir keluar. Aku hampir kehilangan keseimbangan dan berusaha menahan perihnya kakiku.

"[Name]."

Aku membalikkan badan dengan pelan. Terlihat Louis, Millie, dan Aidan yang berdiri tak jauh di hadapanku.

Aku menatap Louis. Aku tahu apa yang akan dikatakannya.

"Louis... please..."

"Kita pulang."

"Tidak!" Aku menggeleng dan berlari pergi. Louis, Aidan, dan Millie mengejarku. Aku tahu ini adalah mimpi. Tetapi ini benar-benar seperti nyata. Aku merasa lelah karena terus berlari dengan kaki yang tertusuk anak panah. Aku mulai berkeringat dan nyaris menangis.

Mimpi ini buruk sekali. Aku merasakan dengan jelas bahwa kakiku ditusuk. Sakit sekali, seperti ingin kehilangan keseimbangan.

Saat aku tengah berlari karena kabur dari Louis, Millie, dan Aidan, aku masuk ke dalam kamarku dan mengunci pintu. Terdengar suara saudara-saudaraku yang terkesan aneh.

Sayup-sayup, aku mendengar suara kereta api yang sedang berjalan. Aku segera menoleh. Dan ternyata, sebuah kereta api sedang berhenti di dalam kamarku.

𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang