Aku mengambil beberapa ranting yang ada di tanah. Entah kenapa, hutan Narnia yang sekarang lebih lebat.
Aku meletakkan ranting-ranting itu di depan pintu masukku. Agar aku tak lupa jalan pulang ke rumah.
Dengan baju berlengan panjang dan rok panjang, aku berjalan ke arah Cair Paravel. Aku sudah lumayan lupa jalannya.
Narnia sepi sekali. Tak seindah saat terakhir kali aku kesini dengan Aidan, Louis, dan Millie.
Sekarang, aku sendiri.
Aku berjalan di tengah-tengah hutan. Aku sibuk berpikir, apakah aku tersesat atau bagaimana. Hutan ini lebih liar.
Tiba-tiba, terdengar suara perahu di air. Aku mencari-cari sumber suara itu.
Ternyata, dua orang prajurit yang memakai baju abu-abu, sedang mendayung perahu.
Aku segera bersembunyi dengan bingung, tetapi, mereka telah melihatku. Mereka berhenti mendayung dan menepi. Aku berlari menjauh. Salah satu dari prajurit itu mengejarku.
Tiba-tiba, aku terjatuh. Aku berusaha bangkit lagi, tetapi prajurit tersebut telah menangkapku. Aku dibekap dan dibawa ke atas perahu. Kedua prajurit itu saling pandang bingung.
Aku berusaha mengelak dengan marah. Kulihat orang pendek yang berbaring di perahu itu... kurcaci yang memanah kaki ku waktu itu.
Aku langsung melotot padanya. Ingin sekali kuremas-remas dia. Gara-gara dia, kami jadi pulang waktu itu.
Aku menendang-nendang perahu itu dengan kuat.
"Diam!" kata salah satu prajurit itu. Aku berhenti menendang dan memaki-maki dalam hati.
"Kita bawa dia ke istana," kata prajurit yang mendayung. Aku bingung. Istana apa?
Perahu kembali di dayung. Aku diam selama perjalanan entah kemana. Tak mungkin mereka dari Cair Paravel.
"Dia terus menatapku," kata prajurit yang mendayung. Memang, sedari tadi dia terus bertatapan dengan kurcaci jenggot putih itu.
"Jadi jangan dilihat," kata temannya yang memegang panah, prajurit yang menangkapku tadi.
Tapi prajurit pendayung itu masih sesekali melihat kurcaci itu yang menatapnya dengan tajam.
"Di sini sudah cukup jauh," kata si pendayung sambil melihat si kurcaci, bukan melihatku. Aku bingung apa yang akan dilakukan mereka padaku dan si kurcaci.
Mereka mengangkat si kurcaci. Tetapi, sebuah anak panah tertembak ke perahu. Kami menoleh. Aku melihat siapa orang yang membidik anak panah tersebut.
Seorang remaja perempuan bergaun ungu, diikuti oleh tiga orang-anak perempuan pendek yang memakai gaun jingga, anak laki-laki seumuranku yang berbaju biru, dan remaja laki-laki yang berbaju cokelat.
Tunggu! Itu seperti...
Saudara Pevensie?!
"Jatuhkan dia!" teriak remaja perempuan tadi, bersiap membidik panah lagi.
"Demi gagak dan tembikar!" kata si kurcaci terkejut. Kedua prajurit tersebut menjatuhkannya ke dalam air. Dua anak laki-laki tadi berlari ke dalam air.
Salah satu prajurit bersiap untuk membidik panah, tetapi, remaja perempuan tadi lebih dulu menembak panah ke arahnya. Dia pun terjatuh. Perahu bergerak-gerak oleng. Prajurit yang satunya, melompat ke dalam air. Perahu semakin oleng. Hampir saja aku terjatuh.
Remaja laki-laki yang berbaju cokelat masuk ke dalam air, menyelamatkan si kurcaci. Anak laki-laki, yang sepertinya adiknya, menarik perahu yang kunaiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓
Fanfiction[ completed ] ❛ i don't know why i'm still stuck with you, ed. ❜ - edmund pevensie x fem!reader - fanfiction - berdasarkan cerita The Chronicles of Narnia karangan C.S Lewis - sequel of 'Special Changes' ﹙+13﹚ ﹙written in bahasa﹚ ﹙hanya mengambil be...