05 | detention

2.1K 362 152
                                    

"Edmund!"

Aku mengejar-ngejar Edmund dengan napas tersengal. Edmund menoleh.

"Tunggu aku!" seru ku. "Belum telat kan?"

"Sepertinya belum," jawab Edmund. Aku mengangguk-angguk dan berlari ke kelas dengan Edmund.

Kelas masih sepi. Sadie belum datang. Aku duduk di kursiku.

"Hei, Ed. Maukah kau menemaniku ke kelas sebelah?" tanyaku.

"Ngapain?" tanya Edmund.

"Menemui Jaeden," jawabku.

Edmund berpikir sebentar. "Emm, aku mau mengerjakan PR."

Aku mengernyit. "Tidak ada PR kemarin," kataku sambil menatapnya dengan bingung. "Tapi tak apalah, jika itu maumu. Bye!"

"Bye," balasnya. Aku segera keluar dari kelas dan pergi ke kelas Jaeden.

Aku mengintip lewat jendela, melihat suasana kelas.

Bagus, tak ramai orang.

Aku sekarang masuk ke dalam kelas dan memanggil Savannah, anak paling pendiam di kelas ini.

"Hei, Savannah!" panggilku. Savannah tak menjawab.

"Savannah!!!" teriakku ke sekian kalinya. Savannah terkejut dan menghampiriku.

"Ada apa, [Name]?" tanya Savannah.

"Kau tahu dimana Jaeden?" tanyaku.

"Jaeden Martell?" tanya Savannah.

"Iya," jawabku.

"Dia belum datang," kata Savannah.

"Oh, baiklah," kataku.

Tiba-tiba ada yang menginjak sepatuku.

"Hei, lihat ini! Ada anak baru!" ucap orang itu. Aku menoleh dan ternyata dia Madison. Sial.

Anak-anak langsung menghampiriku. Kelas langsung ramai. Aku berusaha keluar. Tapi Madison terus menginjak kakiku.

"Hei, dia kan anak kelas sebelah!"

"Adiknya Louis Partridge bukan?"

"Kenapa dia kesini?"

Aku hanya bisa memutar bola mataku.

"Lepaskan! Sialan," ucapku pada Madison.

"Diam. Ini balasanku karena kau sudah memperlakukanku saat di stasiun waktu itu," katanya sambil tersenyum sinis.

"Itu sudah lama!" kataku kesal. Injakan kakinya keras sekali.

"Hei, lepaskan Madison!" seseorang menerobos kerumunan dan menghampiri kami. Ternyata Noah, diikuti Finn dan Jack. Kulihat Jack masih memegang sarapannya.

"Kenapa harus ada kau sih?!" tanya Madison.

"Minggir!" seru Noah. Noah menendang kaki Madison sehingga dia berhenti menginjak kakiku.

"Huh, akhirnya," gumamku sambil tersenyum. "Thanks."

"Ya, sama-sama," jawab Noah, membalas senyumanku. Madison mendengus.

"Dimana sahabatmu, si Pevensie?" tanya Madison sinis.

"Buat apa kau menanyainya?" tanyaku, ikut sinis.

"Aku hanya bertanya," jawab Madison.

"Dia di kelas. Kenapa? Dia tak pernah ada urusan denganmu kan?" kataku. "Aku tahu sahabatmu mengejek adiknya."

𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang