MANTAN!! 7

955 57 0
                                    

HAPPY READING

...

Rion mengitari seseorang didepannya dengan tatapan mengintimidasi, dia berhenti lalu bertanya oada orang itu.

" ngapain lo kesini? Mau buat hidup gue hancur?"

Lelaki didepan Rion terkekeh lalu menggeleng, " ngapain gue kesini? Lo mau tau? Oke gue kasih tau, gue kesini buat nyari seseorang yang berharga buat gue dan orang yang pernah lo sa.ki.ti.!" Lelaki itu menekan dada Rion dengan telunjuknya dan menekan kata terakhir.

Rion kebingungan, tapi dengan pandainya dia menyembunyikan raut bingungnya dengan wajah datarnya itu.

Lelaki didepannya itu membenarkan posisi tas yang disampirkan di satu bahunya, " gue balik, dan.. lo juga harus balik ini udah mau gelap, hati- hati disini banyak penunggunya" bisiknya diakhir menakut- nakuti Rion.

Rion yang merasa ditakut- takuti mengelak, " halah gue gatakut sama begituan!" Bantah Rion.

Lelaki itu emninggalkan Rion sendirian dia masuk ke mobilnya, lalu menggenggam erat stir mobil itu, sebenarnya ada sebuah rasa yang sangat sulit untuk dia ungkapkan, dia hanya bisa mengungkapkan rasa itu dengan caranya sendiri dan berharap orang itu akan mengetahuinya sendiri.

...

Rion menerima es cendol itu dengan senang hati, kemudian menyeruputnya sambil menatap jalanan Jakarta yang cukup padat, dia menaruh gelas cendol itu di samping dirinya.

Kini dirinya sedang duduk dipinggir trotorar  tepatñya ditempat para pedagang kakilima dipinggir jalan, dia melirik jam tangan yang ada ditangannya.

Pukul 17.55 WIB

Harusnya dia sudah sampai dirumah sekarang, tetapi memikirkan lelaki itu yang datang ke sekolahnya iru membuat dirinya malas untuk pulang dan lebih memilih untuk merenungkan pikirannya.

" berapa pak? " tanya Rion pada pedagang cendol yang sepertinya jika dikira- kira umurnya sekitar 50 tahunan.

" lima Ribu uhuk aja den uhuk uhuk " jawab bapak itu sambil terbatuk- batuk.

Rion mengangguk lalu membuka dompetnya, mengeluarkan beberàpa lebmbar uang, " ini pak"

" kebanyakan inimah den 100 ribu aja saya gapunya kembaliannya" tolak bapak itu halus.

" nggak papa pak, ini buat berobat sekalian kayaknya batuk bapak parah" kata Rion menyondoŕkan uang itu.

Bapak pedagang itu menolak lagi, " saya masih kuat juàlan den, insyaallah saya  punyà uang tabungan buat berobat, jadi aden bayarnya uhuk seperlunya aja uhuk"

Rion tersenyum, lalu memasukkan uang itu kembali kedkmpet dan mengeluarkan uang lima ribu rupiah dari saku celana sekolahnya

Bapak itu menerimanya, " terima kasih den "

Rion mengangguk, lalu dia teringat sesuatu kemudian dia mengotak- atik tas sekolahnya mencari sesuatu.

Dia mengeluarkan barang itu lalu memberikannya pada bapak tukang cendol itu.

Bapak itu menyirit heran, untuk apa anak muda didepannya memberikannya barang ini.

Masker.

" ini buat bapak, yaa emang nggak banyak tapi saya cuma baru apke lima kok pak, jadi masih sekitar empatpuluh lima isinya, dipake ya pak, inget paru- paru juga butuh udara yang bersih" kata Rion.

" apalagi kota Jakarta itu penuh polusi udara, terus bapak jualannya dipinggir jalan kayak gini, jadi jaga paru- paru bapak dengan baik ya" lanjutnya lalu pergi menaiki motornya dan pergi melajukannya ditengah padatnya jalanan kota Jakarta.

Bapak itu tersenyum penuh makna, dia menatap box masker ditangannya lalu menatap Rion yang sudah tak terlihat lagi, " ternyata masih ada anak muda yang baik dan peduli seperti dia"

.....

"Orang yang sangat berharga dan orang yang pernah gue sakiti? Disekolah? Siapa?" Gumam Rion tanpa sengaja sambil menyetir.

AAAAAA....

Rion membelalakkan matanya, dia membanting stir motornya begitu saja kearah kiri dan..

Bruk

" aakhhh..." ringis Rion kesakitan karna salahsatu kakinya terjepit badan motor.

Perlahan dia berusaha membuka helm fullface miliknya.

Bruk

" hah- hah- hah" Rion mengambil udara sebanyàl- banyaknya, " lo gapapa?"

Pertanyaan itu membuat Rion mengalihkan pandnagannya, dia menatap gadis dengan beberapa kantong belanja diatangannya.

Mata Rion dapat menangkap bahqa gadis itu berusaha membantunya  dengan cara mengangkat motor ninja yang besar itu.

Rion menarik kakinya saat kesempatan itu datang, dià berusaha menahan ringisan itu dan melangkah perlahan ke pinggir lalu duduk di trotoar.

" lo gapapa kan?"

Rion menatap gadis itu tak suka, " gapap lo bilang? Liat nih kaki gue!" Rion sewot.

" yaelah! Gue tuh nanya baik- baik lo kok nyolot!" Balas Aira tak kalah sewota, yap gadis itu Aira yang nyatanya mantan Rion yang dijelek- jelekkan tapi sekarang glow-up dan tak disadari oleh Rion.

" lagian lo nanya gabermutu banget, lo udah liat kaki gue kayak gini masih nanya gue gak kenapa- napa?"

Aira mencoba berfikir apa yang harus dilakukannya? Dia tidak membawa kotak P3K untuk mengobati luka akibat gesekan aspal itu, ditambah lagi dirinya sedang terburu- buru.

" duh gimana nih? Apa gue perlu telfon ambulan? Terus beli kain kafan, bendera kuning sama kembang kuburan?" Gumamnya bingung.

Rion menatap sinis Aira, dikira dirinya audah mati apa? ," gue itu maunya pulang bukan mati!"

Aira panik sendiri, tuhan tolong dia, dia sedang kebingungan, Aneta dirumah sendirian dan dia harus cepat pulang, " yaterus gimana doonnnggg, kaki lo luka gitu, apa harus gue potong?" Tanya nya smabil mengeluarkan sebuah pisau yang baru dibelinya dari kantong  plastik.

Rion melotot tak percaya melihat kilatan tajam pisau itu, lalu memberikan tanda dengan tangannya seolah mengatakan tidak, " lo gila apa! Ngapain lo ngeluarin piso gitu? Bikin gue merinding tau gak!"

Aira menunjukkan pisau itu didepan  wajahnya, " piso ini? Kenapa? Gak ada yang salah kok, piso nya wajar kayak piso lainnya, lagian gue juga sekalian ngecek apa gue lupa beli piso"

Rion meringis, apa gadis didepannya itu polos beneran atau polos- polos menerkam? Bayangkan saja kaki kalian terluka cukup parah akibat gesekan aspal lalu seseorang menunjukkan pisau sambil berkata dipotong? .

" masukin gak tuh piso?! Masukin! Lagian elu ngapain beli piso segala"

Aira tak mengindahkan perintah Rion, dia sibuk memutar- mutar pisau itu dengan wajah meneliti, " kira- kira segini kurang tajem gak sih buat motong daging?"

Rion meneguk salivnya sulit, rasanya sungguh seperti menelan biji kedondong, da- daging?

Apa gadis ini psycopat?

Apa dia akan mati?

Apa dia akan dibunuh oleh adek kelas laknat nya itu?

Dengan cara sadis?

.....

*to be countineud

RION IS MY MANTAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang