•○°•○°•○°•○°•○°•
Kamu menengadahkan kepalamu ke arah langit senja. Pikiranmu menerawang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dari keputusan yang akan kamu ambil. Kembali kamu menurunkan pandanganmu ke arah laki-laki yang sedang mendribble bolanya.
Laki-laki yang telah menjadi kekasihmu sejak bangku menengah atas, Bang Yedam. Kamu tersenyum melihat Yedam yang tampak serius memasukkan bola ke dalam ring. Melihatmu yang menatapnya, Yedam ikut tersenyum kemudian melambaikan tangannya, sangat manis.
"Allahu akbar~~ Allahu Akbar~~" Suara adzan terdengar, Yedam memutuskan berhenti bermain dan menghampirimu yang duduk di kursi penonton. Tak ada yang bicara, kalian fokus mendengarkan seruan shalat dan kamu yang menjawab panggilan shalat tersebut. Setelah adzan berhenti laki-laki itu lantas mengajakmu berbicara.
"Udah waktunya shalat kan? Yuk aku anter shalat dulu, kata Bunda shalat gak boleh ditunda-tunda." Kamu tersenyum mendengar celotehan Yedam. Kamu merasa sangat beruntung saat melihat Yedam bisa menghargaimu seperti ini.
"Kamu mau main basket lagi? Kalo iya gak papa, aku bisa jalan sendiri ke masjid depan."
"Aku sudah selesai, naik mobil aja. Sekalian kita nanti cari makan, kamu kan belum makan." Kamu melihat tangannya yang bergerak menyentuh puncak kepalamu. Namun, dia mengurungkan niatnya membuatmu tersenyum canggung. Kamu bangkit dari dudukmu, kemudian dia ikut bangkit dan berjalan di sebelahmu menuju tempat parkir.
Perjalanan cukup singkat, hanya butuh waktu 5 menit untuk menuju masjid. Setelah sampai di masjid kamu mengambil mukenahmu dari dashboard mobil Yedam.
"Aku tunggu di mobil ya? Gak papa kan?"
"Hm." Kamu berdehem kemudian membuka pintu mobil untuk masuk ke dalam masjid. Namun telingamu mendengar suara lirih Yedam dan hal itu membuatmu lagi-lagi harus menahan tangis untuk kesekian kalinya.
"Maaf, lagi-lagi kamu harus shalat sendirian."
"Gak papa." Setelahnya kamu benar-benar turun dan menuju ke rumah Tuhanmu. Tuhan yang tidak beranak dan tidak di peranakkan.
•○°•○°•○°•○°•○°•
Setelah kejadian kemarin, Yedam belum menghubungimu lagi. Kemarin kalian memutuskan untuk langsung pulang dan mengurungkan niat untuk mencari makan.
"Huh!" Kamu menghela napasmu dan memutuskan untuk mandi, kemudian memenuhi seruan shalat Shubuh. Setelah itu kamu membantu Bundamu untuk memasak. Hal itu sudah menjadi kebiasaanmu, bahkan di hari Minggu ini pun kamu tetap melakukan kebiasanmu itu.
"Masak apa hari ini Bun?"
"Rawon, ini masih ngerebus dagingnya biar empuk."
"Ayah mana Bun? Biasanya kalo Bunda masak Rawon Ayah bakal rusuh minta cepetan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu 2.0 II Treasure & You
Fanfiction[ o n g o i n g ] Disini kamu bisa buat duniamu sendiri dengan Treasure🌙 Gimana kalo Treasure jadi doi kamu, jadi kakak kamu, atau bahkan jadi tukang cilok langganan kamu🌼 Baca dulu yuk, mungkin aja ketagihan ngehalu👫 Highest rank #1 in mytreasu...