•○°•○°•○°•○°•○°•
"Jadi, direktur muda kita ini nolak cucu dari pemilik perusaan beer terbesar di negara kita?" Ucah Yuqi sambil menunjukkmu yang sedang santai menyeruput teh manis di kursi kebesaranmu.
"Kenapa sih gak lo terima aja? (y/n) lo tahu kan, Asahi itu keren, macco dan lo juga tahu keturunan lo tujuh turunan gak bakal jatuh miskin." Kamu menghela napas pelan mendengar ocehan Yuqi yang semakin membuat telingamu sedikit risih.
"Lo keluar deh, gue mau rapat bentar lagi." Sambil menggerakkan jari telunjukmu mengarah ke pintu, kamu membuka laptopmu.
Terang saja Yuqi keluar dari ruanganmu dengan mencabikkan bibirnya, karena ocehannya lagi-lagi tak mempan untukmu. Usai Yuqi keluar, kamu menutup kasar wajahmu, bayangan laki-laki itu masih melekat jelas di pikiranmu.
Kehidupanmu yang berubah 180 derajat, mulai dari seorang wanita yang hampir hidup gelandangan karena tak bisa membayar uang semesteran kuliah, kini bisa duduk di kursi kebesaran menjadi direktur perusahaan properti.
Semuanya memang berubah, tapi jujur perasaanmu padanya tak berubah sama sekali. Walau kamu yakin uang yang ia bayarkan bukan uang halal. Tapi entah, kamu sudah dibutakan oleh perasaanmu padanya.
"Kamu dimana?" Ucapmu sambil mengusap kasar wajahmu
•○°•○°•○°•○°•○°•
Usai berkutat seharian dengan pekerjaanmu, kamu membanting tubuhmu ke arah kasurmu. Kedua orang tuamu sepertinya sudah terlelap, karena saat kamu masuk rumah, keadaan cukup sepi.
Kamu menerawang ke arah atap rumahmu, tak ada lagi malam dingin yang mencekam karena teriakan kedua orang tuamu yang saling menyalahkan. Entah, kebiasaan itu sudah hilang sejak keduanya ikut tercengang dengan biaya uang semesteranmu yang sudah terbayar.
Tring Tring
"Halo, Bos besar besok jangan lupa ya kita ada kunjungan ke sekolah yang kemaren kita tanda tangan perjanjian bakal jadi donatur. Lo gak lupa kan?" Ucap laki-laki di sebrang sana membuatmu kembali ingat agenda esok hari yang harus kamu lakukan.
"Hampir gue lupa, makasi banyak Ric."
"Wajar sih, direktur pasti gak mikir satu masalah doang. Besok berangkat sendiri atau bareng gue sama bang Juyeon?" Pertanyaan Eric membuatmu terduduk dan mulai menimbang pilihan yang ia berikan.
"Gue sendiri aja, lo berangkat sama bang Juyeon."
"Ok, jangan sampe lo telat ya." Tanpa menjawab ucapannya kamu mematikan sambungan telepon secara sepihak.
Kamu sejenak menatap pintu balkonmu yang tertutup. Perlahan kakimu mengarah kesana dan membuka pintu balkon. Dinginnya hawa malam mulai menyergap kulitmu, membuatmu bergidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu 2.0 II Treasure & You
Fanfiction[ o n g o i n g ] Disini kamu bisa buat duniamu sendiri dengan Treasure🌙 Gimana kalo Treasure jadi doi kamu, jadi kakak kamu, atau bahkan jadi tukang cilok langganan kamu🌼 Baca dulu yuk, mungkin aja ketagihan ngehalu👫 Highest rank #1 in mytreasu...