•○°•○°•○°•○°•○°•
Dia rindu-- lelaki tembam itu merindukanmu. Bukannya kamu juga tak rindu, kamupun juga begitu. Petang menyingsing sang surya namun lelaki itu masih tetap menetap di rumah pohon yang kalian bangun bersama saat usia kalian belasan tahun.
"Ajun, (y/n) rindu." Kamu menyentuh pelan kulit putihnya namundia tetap terdiam, seperti tak ada apapun yang mengganggunya.
Kamu tersenyum sembari ikut menatap matahari yang terbenam. Namun sejenak, laki-laki disebelahmu menundukkan kepalanya. Kamu tahu, dia sedang menangis. Deruan anila membuat suasana bertambah menyedihkan. Kamu tak berusaha menenagkannya karena kamu tahu dia tak akan tahu.
"Gue kangen lo." Ucapannya bersama isakan kecilnya membuatmu tersenyum pedih. Tanpa berpikir dia akan mendengar kamu kembali berceloteh.
"Ajun cengeng."
Kembali sesaat pikiranmu kembali saat menyenangkan dulu bersama lelaki tembam disebelahmu, Kim Junkyu. Dulu dia laki-laki yang ceria, namun kamu bisa lihat sekarang dia tak seceria waktu itu.
Flashback on
"Ih Ajun tungguin kek!" Teriakmu membuat Junkyu mempercepat langkahnya.
Laki-laki itu mendengar suaramu, hanya saja ia mendengarmu terus berteriak membuatnya puas. Sudah menjadi kebiasaanmu dan Junku pulang bersama namun, hal seperti ini selalu terjadi. Junkyu selalu menjahilimu.
"Takut benget sih, mana berani ninggalin lo. Bisa-bisa panci Mama melayang di mukaganteng gue." Ucapnya sambil membenarkan poninya yang sering ia sibak ke belakang dan membuat gadis-gadis mengaum.
Kamu tersenyum melihat sahabatmu ini, jelas kamu mengenalnya bahkan titik kelemahannya pun kamu tahu. Dia akan sebal jika kamu sedang mengganggunya saat sedang serius. Kmau beruntung laki-laki ini masih mau disisimu saat kondisimu yang meropatkannya.
"Kapan check up lagi?" Tanyanya sambil mengamit jemarimu.
"Besok sama Bunda, lo mau ikut?"
"Hm, gue ikut kemana pun lo pergi." Kamu sedikit tersentak mendengar ucapannya. Jelas sangat ambigu.
"Gue bercanda, males banget ikut lo kemanapun, kalo boker kan bau." Setelahnya dia tertawa sambil berlai dan menjulurkan lidahnya.
Kamu tak masalah kali ini ia megejekmu, karena kamu sendiri tak tahu kapan lagi kamu akan bisa menikmati senyum dan tawanya yang masih nyata di depan matamu.
"Jangan ikut gue kalo gue terlalu jauh Jun." Lirih suaramu sambil menahan air matamu.
Flashback off
"Ayo pulang, besok lo harus kuliah." Junkyu tetap diam tanpa bergeming sedikitpun. Beberapa menit kemudian dia mengangkat wajahnya dan menghadapmu. Ah-- bukan, dia menatap sekitarmu.
Kamu tersenyum melihatnya berdiri, setelahnya dia menuruni rumah pohon dan meninggalkanmu sendiri di atas rumah pohon kalian.
•○°•○°•○°•○°•○°•
"Kamu udah pertimbangin kan permintaan Mama?" Kamu terdiam di belakang Junkyu yang masih menyantap sarapannya. Kamu mendengar ucapan mereka, Junkyu dan Mamanya.
"Junkyu gak mau." Kamu menghela mendengar ucapan Junkyu, dia masih keras kepala.
"Apa karena (y/n)?" Melihat Junkyu berhenti menyuapkan makannya kamu tertunduk.
"Ini gak ada kaitannya sama dia. Junkyu setuju buat S2 ke luar negeri."
Srek
Setelah mengucapkan kalimat panjangnnya, Junkyu meninggalkanmu bersama Mamanya yang masih terdiam di meja makan.
"Mama, (y/n) janji akan selesaiin ini."
Setelahnya kamu pergi ke atas, kamar Junkyu. Kamu melihat susunan kamarnya yang tak berubah sedikitpun. Banyak fotomu dan dia yang masih menggantung disana.
"Kalo lo ikhlas gue juga ikhlas Ajun."
•○°•○°•○°•○°•○°•
Kamu terduduk di balkon kamar Junkyu. Entah kenapa, sang empunya belum pulang sedari tadi. Sedikit kamu gelisih namun, saat melihat mobil CRV hitam membunyikan klaksonnya kamu tersenyum senang.
"Malam ini semua bakal selesai Ajun."
Kriet
Kamu melihat Junkyu masuk ke dalam kamar dengan wajah muramnya, dia menjadi seperti ini 40 hari terakhir. Tahu diri apa yang akan dia lakukan, kamu memilih keluar dari kamarnya. Bagaimana pun kamu perempuan dan dia laki-laki.
Setelah setengah jam kamu meninggalkannya di dalm kamar, kamu kembali masuk tanpa mengetuk pintu. Kamu bisa lihat Junkyu berdiri di balkon dengan kaos putih tipisnya.
"Dia bisa masuk angin."
Perlahan kamu mendekatinya, sejurus kemudia kamu merentangkan tanganmu dan memeluk pinggangnya. Lagi-lagi kamu tak bisa menyentuhnya.
"Sekali aja , gue mohon." Kamu terus memejam sambil memeluknya namun, nihil kamu tak bisa menyentuhnya. Namun sedetik kemudian suara seseorang membuatmu terdiam.
"Gue bisa liat lo (y/n)."
"A-ajun?"
Junkyu membalikkan tubuhnya dan menatapmu. Matanya menatapmu, dibawah gelapnya kungkungan bentala. Mata lelaki itu menatapmu sama seperti 40 hari lalu sebelum tubuhmu berpisah dengan ruhmu.
"Gue kangen lo." lagi-lagi dia menangis sambil menunduk.
"Lo harus hidup bahagia, gue udah selesai. Gu cin--"
"Nggak jangan bilang gitu, lo bakal ninggalin gue setelah ngomong itu!"
"Harusnya gue jujur waktu itu, seenggaknya gue bisa jadiin lo milik gue walau sebentar. Tapi nyatanya karena kebodohan gue, sampai lo pergi gue masih gak bisa ngomong itu." Ucapmu membuatnya semakin menangis, kamu terkekeh. Laki-laki ini tetap cengeng.
"40 hari ini gue terus ngelihat lo, lo ngikutin gue ke kampus bahkan ke rumah pohon kita. Tapi kenapa sekarang lo mau ninggalin gue buat kedua kalinya? Lo bilang lo nyesel!"
"Gue bukan lagi manusia kayak lo Ajun, gue udah kalah dari penyakit kanker gue. Lo, harus hidup bahagia Ajun." Dia menggeleng, seolah menolak semuanya.
"Jangan ucapin apapun, lo dan gue bakal sama-sama kayak dulu lagi. Ikut gue ke luar negeri, kita hidup berdua disana, hanya lo dan gue" Junkyu menatapmu dalam, sampai kamu lupa bahwa kamu tak seharusya seperti ini.
•○°•○°•○°•○°•○°•
Teume, aku kangen kalian banget. Sorry banget baru bisa update:((
RL lagi puyeng karena sekarang selain kuliah aku sambi kerja jadi guru bimble, kalian sehat kan Teum? Sehat-sehat yaa, aku sayng kalian❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu 2.0 II Treasure & You
Fanfiction[ o n g o i n g ] Disini kamu bisa buat duniamu sendiri dengan Treasure🌙 Gimana kalo Treasure jadi doi kamu, jadi kakak kamu, atau bahkan jadi tukang cilok langganan kamu🌼 Baca dulu yuk, mungkin aja ketagihan ngehalu👫 Highest rank #1 in mytreasu...