Takata Mashiho - Pelukan

3.2K 473 33
                                    

•○°•○°•○°•○°•○°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•○°•○°•○°•○°•○°•

Prank

Lagi-lagi kamu harus mendengar suara bantingan dan teriakan. Kamu mulai menutup telinga dengan kedua tanganmu yang masih memegang bolpoin yang sebelumnya kamu gunakan untuk belajar.

"Kalo kamu gak sanggup kenapa kamu hutang sebanyak itu!"

"Diam! Diam kamu!"

"Kenapa aku harus diam? Aku berhak tahu, buat apa semua uang ratusan juta itu kamu pinjem dan kamu gak bisa ngembaliin itu!"

Kamu menggigit bibirmu yang masih terasa perih karena kemarin kamu juga menggigitnya sampai berdarah. Tanganmu bergerak meremat buku catatan kuliah yang sekarang terlihat menyedihkan, sama sepertimu.

"Kita belum bisa bayar kuliah (y/n), kenapa kamu kayak gini mas!"

"Aku udah bilang kan, mending dulu kamu kasih aja dia sama orang! Kita gak bakal bisa ngehidupin dia!" Kamu tersenyum getir mendengar ucapan laki-laki yang kamu kenal, siapa lain kalau bukan Ayahmu.

"Bisa-bisanya kamu bilang gitu? Dia anak kamu!"

"Diam kamu! Aku juga mikir gimana bisa bayar hutang, kamu malah ngomel terus!"

Kamu berdiri dan keluar balkon, setidaknya suara teriakan orang tuamu tersamarkan dengan suara daun-daun yang saling bertabrakan karena angin. Matamu memandang gelapnya malam yang berpadu gemerlap bintang di tiap sudut langit. Tanganmu ikut membentuk tiap bintang yang saling bersejajar. 

Kamu tersenyum singkat, sejenak kamu menundukkan kepalamu, kamu melihat seorang laki-laki yang tersenyum ramah di bawah halaman rumahmu. Laki-laki itu melambaikan tangannya sambil tersenyum cerah ke arahmu.

Kamu melihat gerak-geriknya yang lincah melompati gerbang depan rumahmu dan menaiki pohon sampai bisa ke atas balkon layaknya seorang pencuri yang ingin membobol rumah.

"Disini dingin, ayo masuk." Ucapnya sambil menaiki pembatas balkon kamarmu. Tanpa menjawab kamu hanya menggeleng membuatnya menaikkan kedua alisnya.

"Berantem lagi ya?" Laki-laki itu menyisir rambutmu dengan tangannya yang dingin. 

Sejenak kalian saling diamdan berpandangan. Jujur saja dia laki-laki baik yang tiba-tiba muncul dalam hidupmu dan membuat hidupmu yang hancur sedikit cerah. Mashiho, laki-laki itu sangat imut dan sabar.

"Butuh pelukan?" Tanpa banyak berfikir, kamu mengangguk dan membuatnya menarik bahumu untuk mendekapmu.

"Aku capek Mashiho." Kamu bisa merasakan kepalanya mengangguk di atas bahumu.

"Kamu bisa, kamu perempuan kuat. Kamu ingetkan Tuhan gak pernah nguji seseorang diluar batas kemampuan hamba-Nya?" Tanpa menjawab, kamu malah mencari kenyamanan dalam ceruk lehernya.

Aroma mint Mashiho selalu berhasil membuatmu tergila-gila. Kamu suka, bukan karena aromanya, tapi dirinya juga berhasil membuatmu suka.

"Ayo masuk, aku temenin sampe kamu tidur." Ucap Mashiho sambil melepas pelukan kalian dan mengusap bibirmu yang berdarah karena ulahmu sendiri. 

•○°•○°•○°•○°•○°•

"Liat nih ada kelinci kecil." Ucap Mashiho sambil membuat gerak tangannya seperti bentuk kelinci. Kamu yang melihatnya ikut tersenyum dan sesekali tertawa karena suara lucunya.

Prank

"Kamu berani nampar aku! Hah!" Kamu tertegun mendengar suara teriakan lagi, entah beberapa menit berjalan mereka masih tetap bertengkar dibawah sana.

"Jangan didengerin oke?" Ucap Mashiho sambil menutup telingamu dengan kedua tangannya.

Tak lagi bermain bayangan dengan remangnya lampu di kamarmu, kini Mashiho menarik selimut sampai menutupi tubuh kalian dan membawamu dalam pelukannya.

"Sekarang tidur, oke?" Tanpa banyak bicara, kamu menutup matamu dan terlelap bersama rengkuhan tangan Mashiho yang terus mengusap punggungmu. Kamu bersyukur, setidaknya malam ini kamu bisa tertidur karena Mashiho.

•○°•○°•○°•○°•○°•

Dinginya pagi membuatmu terbangun, kamu menoleh ke arah pintu balkon yang tak tertutup dan membuat kelambu kamarmu tertiup angin. Kamu kembali mengingat kejadian semalam saat Mashiho membawamu masuk dan menyuruhmu untuk tertidur.

Kamu kembali tersenyum sendiri, laki-laki dari hasil bayanganmu itu berhasil membuatmu bisa tertidur dari pecahnya malam yang mencekat. 

"Terima kasih Mashiho." Ucapmu sambil melihat sang surya yang kembali menunjukkan dirinya bersamaan dengan teriakan Ibumu karena ayahmu lagi-lagi memulai pertengkaran.

•○°•○°•○°•○°•○°•

•○°•○°•○°•○°•○°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Halu 2.0 II Treasure & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang