•○°•○°•○°•○°•○°•
Kamu berjalan tersenyum sambil sesekali terkekeh, punggung seseorang yang dulunya dengan mudah kamu dekap sekarang bahkan kamu sentuhpun dia akan segera menjauh. Sejenak kamu berhenti tersenyum, mengingat kenangan saat dimana dia masih memberikan senyumnya padamu. Sekarang, menatapmu saja dia enggan.
Setengah jam kamu berjalan, dia bahkan tak pernah sedetikpun menoleh ke arahmu. Dulu, jika sedetik saja kamu tak ada dalam pandangannya, matanya akan bergerak cepat mencari sosokmu.
"Yedam, tungguin gue jalan." Kamu sedikit mengeraskan suaramu, takut tidak terdengar karena lalu lalang kendaraan.
Sampai dimana kamu berjalan beriringan di sampingnya, ia berhenti.
"Kenapa? ada yang ketinggalan di kampus? Mau ba--"
"Selesai lo magang di tempat Ibu gue, pergi jauh-jauh. Gue benci sama lo." Selesai dengan ucapannya, Yedam berjalan seperti biasa. Seperti tak ada beban yang menggerogotinya setelah mengucapkan kalimat itu padamu.
Lagi-lagi kamu tersenyum, Yedam tak salah. Kamu lah penyebabnya. Jika saja dulu kamu tidak melakukan 'taruhan', dimana Yedam yang menjadi objeknya. Yedam tidak akan bencinya padamu.
"Ternyata kejadian SMA kita masih membekas ya Dam buat lo?"
•○°•○°•○°•○°•○°•
"Dua cookies coklat, satu cappucino semuanya empat puluh ribu."
"Kakak udah ada pacar belum? kakak jurusan seni musik itu kan?"
Kamu mendengus mendengar rayuan setiap perempuan yang datang hanya untuk menggoda Yedam. Lagi-lagi kamu menggelengkan kepala, kamu menyadarkan dirimu sendiri.
"Sadar (y/n), lo bukan siapa-siapanya Yedam." Daripada kamu menonton kejadian yang menggoyahkan perasaanmu, kamu memilih berbalik untuk membantu karyawan di belakang untuk menyiapkan bahan-bahan caffe yang habis di gudang.
"Lah, ngapain lo kemari?" Kamu mendengus mendengar pertanyaan Park Jihoon, Kakak kelasmu yang mengambil cuti dan berakhir menjadi teman kelasmu.
"Main gaplek! Ya bantuin lo nyortir bahan lah, bahan habis di gudang!" Kamu yang menyolot membuat Jihoon ingin melemparmu dengan sepatunya.
Jihoon yang tau sifatmu memilih diam, kamu akan menangis jika terus-terusan diajak berdebat. Kamu tidak terlalu dekat dengan Jihoon, tapi beberapa kali dia selalu meminjamkan pundaknya untuk tempatmu menangis saat Yedam kadang terlalu keras padamu.
"Seminggu lagi kita selesai magang dan beberapa bulan lagi kita sidang, lo beneran mau ke Toronto?" Tanpa menoleh, kamu hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu 2.0 II Treasure & You
Fanfiction[ o n g o i n g ] Disini kamu bisa buat duniamu sendiri dengan Treasure🌙 Gimana kalo Treasure jadi doi kamu, jadi kakak kamu, atau bahkan jadi tukang cilok langganan kamu🌼 Baca dulu yuk, mungkin aja ketagihan ngehalu👫 Highest rank #1 in mytreasu...