Bab 13

39 21 2
                                    

Tekan tombol bintang, komen, dan share yaa😊

Dara dan Aris baru saja tiba didepan gerbang rumah Dara. Dara turun dari mobil Aris setelah mengucapkan terimakasih, lalu Aris melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Dara.

Dara berbalik untuk memasuki rumah dengan perasaan was-was, karena ia melihat mobil kedua orangtua nya sudah terparkir manis di garasi. Dara meneguk ludah kasar dan menghembuskan nafas mencoba menetralisir rasa takutnya. Hari sudah mulai gelap, dan ia baru saja tiba dirumah. Kemungkinan akan terjadi sesuatu yang menimpa dirinya.

Dengan sedikit keberanian, Dara membuka pintu tak lupa mengucapkan salam.

"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang?!" tanya Revi menatap nyalang ke arah Dara yang menunduk.

"A-aku ab-abis nganter t-temen, mah," cicit Dara yang masih menundukkan kepalanya tak berani manatap Revi yang ia yakini sudah murka.

"GAK USAH BOHONG KAMU! KAMU PASTI ABIS KELAYAPAN KAN DENGAN LAKI-LAKI DILUARAN SANA?!"

Dara terdiam karena ia bingung harus menjawab apa, karena memang benar adanya ia pergi dengan laki-laki. Aris laki-laki kan?

"BENAR KAN?!DASAR PEREMPUAN MURAHAN!KAMU PASTI BERSENANG-SENANG DENGAN LAKI-LAKI DILUAR SANA KAN?!DIBAYAR BERAPA KAMU?!"

Mendengar itu, sontak Dara memberanikan diri menatap Revi yang kini sudah memerah wajahnya menahan emosi.

Dara menggeleng cepat dengan air mata yang sudah mengalir, "Enggak mahh, aku gak seperti yang mamah bilang,"

Revi yang sudah benar-benar emosi segera mengambil sapu ijuk yang berada didekatnya, lalu mendekati Dara yang memundurkan langkahnya perlahan demi menghindari apa yang akan dilakukan Revi.

Namun, sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak kepadanya. ia sudah menempel dengan dinginnya dinding dibelakangnya, sudah mentok tak bisa lagi kemana-mana. Dara menutup matanya, pasrah dengan apa yang akan dialaminya. Toh, ia tak bisa melakukan apa-apa lagi selain pasrah dan berdoa semoga ada seseorang yang bisa ia mintai pertolongan.

Saat ini tubuhnya sudah ditarik yang ia yakini pasti oleh mamahnya, entah menuju kemana. Yang jelas ia merasakan tubuhnya terbentur meja, membuatnya meringis menahan sakit.

Bugh

Bugh

Air mata dara semakin deras mengalir membasahi pipi putihnya. Rasa sakit yang diakibatkan benturan tadi semakin bertambah, kala sebuah sapu ijuk itu dilayangkan ketubuhnya oleh Revi dengan tidak berperasaan.

Bugh

Bugh

Dara semakin saja merintih kesakitan, ia sudah tak kuat lagi menahan nyeri diseluruh tubuhnya.

"MATI SAJA KAMU! SAYA MUAK MELIHAT WAJAHMU ITU!"

Ucapan Revi membuat hati Dara berdenyut nyeri. Dipikiran Dara saat ini, bagaimana bisa seorang ibu bisa mengatakan kalimat yang menyakitkan kepada anaknya sendiri.

Kenapa para tetangga tak bisa menghentikan perbuatan Revi?

Itu karena rumah Revi berada di paling ujung komplek, letaknya pun sedikit jauh dengan rumah-rumah lainnya. Dan rumah ini terbilang sangat besar, sehingga keributan apapun yang terjadi dari rumah ini tidak akan terdengar dari luar.

Dan kemana Fauzan, papahnya? Sang papah tak peduli dengan yang akan dilakukan oleh istrinya itu, maka ia masuk ke kamarnya.

"M-mah, u-udah... sa-sakit," Dara terus merintih kesakitan. Tubuhnya serasa remuk semua, ia pun sudah tergeletak dengan keadaan yang mengenaskan. Banyak luka memar di area wajah, punggung dan tangannya.

ADARA[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang