Bab 25

33 8 3
                                    

Tekan tombol bintang, komen dan share yaaa 😊

Malam yang sepi ditemani oleh hawa dingin yang menusuk, tak membuat Dara mengeluh sedikit pun. Disaat orang lain lebih banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri didalam rumahnya dengan dihangatkan oleh coklat panas, gadis itu malah keluyuran.

Dengan sweater coklat yang melekat ditubuhnya, Dara berjalan di trotoar dengan sesekali bersenandung mengikuti lagu yang ia dengar melalui earphone. Malam ini, Dara berniat ingin ke supermarket untuk membeli stok camilan yang sudah habis. Karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, jadi Dara memilih untuk berjalan kaki saja.

Sesampainya di supermarket yang dimaksud, Dara segera memasuki ruangan dingin itu dan berjalan mendekati rak-rak berjejer yang berisi makanan. Gadis itu berjalan mondar-mandir mencari makanan yang ia inginkan. Coklat, kripik kentang, biskuit, dan segala macam ciki-cikian, tak lupa mengambil beberapa botol minuman dan kotak susu favoritnya.

Setelah keranjang yang bertengger di tangannya itu penuh, Dara segera pergi menuju kasir dan membayar semua belanjaannya.

Selesai dengan pembayaran, Dara keluar dari tempat itu dengan tangan yang sudah membuka tutup botol minumannya dan berjalan kembali menuju ke rumah.

Selama perjalanan pulang, awalnya masih baik-baik saja. Namun, beberapa menit kemudian ia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Awalnya Dara tak terlalu peduli, karena pikirnya mungkin orang itu searah dengannya. Tapi, lama kelamaan Dara merasa ada yang tidak beres. Akhirnya ia berhenti dan membalikkan tubuhnya ke belakang. Disana, terdapat dua orang lelaki dewasa dengan pakaian seperti preman. Seketika tubuh Dara merinding, apalagi melihat ekspresi kedua lelaki itu memandangnya dengan tatapan.... lapar.

Sial! ternyata disini sangat sepi dan gelap.

Dara akhirnya membalikkan tubuhnya dan berjalan cepat meninggalkan kedua preman mesum itu.

"Hey, tunggu!"

Mendengar langkah kaki yang mendekat, Dara menambah kecepatan berjalannya, bahkan kini sudah berganti berlari. Sekuat tenaga ia berlari dengan kencang guna menghindari kedua preman ittu. Membayangkan kalau ia sampai tertangkap, ia pasti akan habis, mengingat tempat ini sangat sepi.

Tetapi, langkah Dara terhenti ketika lengannya ditarik ke belakang yang mengakibatkan tubuhnya terjatuh.

"Awshh.."

"Mau lari kemana hm? jangan coba-coba buat lari,"

Dara mendongak begitu preman itu berkata demikian. Ia ketakutan saat ini, tubuhnya gemetar, dan telapak tangannya perih karena tergores jalan trotoar. Ingin berteriak, namun sepi begini dan umayan jauh dari pemukiman warga, mustahil baginya untuk berteriak meminta pertolongan.

"J-jangan... a-aku mohon.."

Kedua preman itu tertawa begitu melihat air mata gadis didepan mereka, menyenangkan rasanya melihat mangsanya menangis tak berdaya seperti ini.

"Jangan nangis cantik, kita mainnya pelan kok, gak usah takut,"

Air mata Dara semakin deras mengalir mendengar ucapan yang terlontar dari mulut preman sialan itu. Ia semakin ketakutan, dan mencoba untuk meraih ponselnya di saku celananya. Namun, baru saja ia akan menelpon Arka, ponselnya sudah menjauh dari tangannya da beralih pada preman itu.

"Mau apa hm? jangan takutlah, kita main-main aja dulu. Kita gak akan kasar kok, cantik pasti suka nanti,"

Dara menggelengkan kepalanya cepat, ia tak ingin sesuatu terjadi padanya.

Preman itu berjalan mendekati Dara, yang membuat gadis itu memundurkan tubuhnya menghindar.

"Enggak... a-aku mohon... j-jangan.."

ADARA[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang