Tekan tombol bintang, komen, dan share yaa😊
Arka keluar dari ruangan dokter Rudi dengan tatapan kosong. Ia tak tahu lagi harus bersikap bagaimana setelah mendengar penjelasan dokter Rudi barusan.
Flashback on
"Jadi begini, mas. Akibat benturan keras pada punggungnya, mengakibatkan tulangnya sedikit retak," ujar Dokter Rudi.
Arka terkejut dengan pernyataan itu, kekhawatiran kembali melanda pikiran Arka.
"Lalu, Apakah Dara bisa kembali lagi seperti semula?" tanya Arka.
"Membutuhkan beberapa minggu hingga retakan itu kembali normal. Namun..."
Dokter Rudi menggantungkan ucapannya membuat Arka semakin cemas. Takut ada hal serius yang terjadi selanjutnya pada Dara.
"Kepala nona Dara mengalami sedikit masalah. Sepertinya pernah terbentur atau bahkan terpukul oleh benda tumpul dengan keras tepat dikepalanya."
Arka kembali terkejut, pikiran nya mengarah kepada ibunya, Revi.
"Tapi, Dara bisa sembuh kan, dok?"
"Untungnya masih bisa sembuh. Tolong jaga nona Dara lebih lagi agar kepalanya tak terbentur apapun lagi. Karena jika sudah berkali-kali, maka nyawa nona Dara yang akan menjadi ancamannya."
Flashback off
Air mata Arka kembali mengalir membasahi pipinya. Ia menatap wajah pucat Dara dari balik pintu. Tak mempunyai keberanian untuk menemui adiknya itu. Otaknya terus saja bergelut memikirkan sesuatu.
Arka menarik nafas dalam-dalam lalu mengusap air matanya. Dengan segera ia mengubah mimik wajahnya seperti tidak terjadi apa-apa. Jangan sampai Dara melihat kondisi berantakannya Arka.
Cklek
Suara pintu yang dibuka oleh seseorang mengalihkan perhatian seisi ruangan. Arka Masuk ke kamar tempat Dara terbaring dengan wajah yang dibuat senormal mungkin.
Arka berjalan mendekati brankar adiknya yang tengah tertidur. Arka duduk di kursi yang tersedia lalu meraih tangan Dara dan menggenggamnya erat. Laras dan Bagas yang mengerti situasi keluar dari kamar itu untuk memberi waktu untuk kedua kakak adik itu.
Kini tinggallah Arka dengan Dara di ruangan bernuansa putih itu. Keheningan tercipta, tak ada yang membuka suara selain denting jam.
Arka masih memandangi wajah damai Dara tanpa berkedip. Air matanya sudah berkumpul di pelupuk mata nya, dan dalam sekali kedipan pasti air mata itu mengalir dari tempatnya.
"Dek," lirih Arka sambil terus menggenggam tangan Dara, sesekali mengusap punggung tangan Dara dengan ibu jarinya.
"Maafin abang, dek. Abang udah lalai jaga kamu, abang gak becus jaga kamu,"
"Abang sama sekali gak tau kalo mamah tega ngelakuin itu sama kamu. Maafin abang, hiks"
Sudah cukup ia menahan air matanya, kini benteng pertahanan itu runtuh. Ia menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya dengan keadaan masih menggenggam tangan Dara. Arka kembali mengeluarkan air matanya setelah sekian lama, setelah kejadian beberapa tahun lalu.
Ruangan itu kembali hening, hanya tersisa suara isakan yang disebabkan oleh Arka.
Hingga kepala Arka dielus pelan membuat si empu mendongakkan kepalanya menatap adiknya yang tengah tersenyum.
"Dara.."
Sosok yang dipanggil itu hanya menampilkan senyumannya.
"Apa masih sakit? Yang mana yang sakit? Abang panggilin dokter ya?" Arka memberikan rentetan pertanyaan kepada Dara membuat gadis itu terkekeh kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA[END]
Teen Fiction[DIUSAHAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA] _____________________________________ Hanya kisah seorang gadis ceria yang memiliki kehidupan yang penuh dengan lika-liku. Adara Fredella Ulani. Gadis cantik itu mampu menipu semua orang dengan keceri...