Bab 17

37 15 5
                                    

Tekan tombol bintang, komen, dan share yaaa😊

Hari ini Dara sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena keadaannya yang sudah mulai membaik. Luka-luka memar yang ada di sekitar tubuhnya pun sudah mulai memudar walaupun pada bagian kepalanya masih sedikit sakit.

"Bang," panggil Dara pada Arka yang masih sibuk berkutat dengan barang-barang yang akan dibawa pulang.

"Kenapa?"

"Mamah gak pernah jenguk aku ya?" tanya Dara.

Selama beberapa hari Dara di rawat disini, ia tidak pernah melihat bahwa ibunya memasuki ruangan ini.

Arka hanya menatap Dara dengan sendu, gadis itu cukup paham dengan tatapan Arka. Menghela napas lalu menghembuskannya. Dara tersenyum membalas tatapan lelaki didepannya, walaupun sedikit sulit.

Bagaimana tidak sedih? Seorang anak yang sedang sakit tidak pernah di jenguk oleh ibunya.

Dara yang awalnya menatap lantai kini mendongak mengalihkan pandangannya saat merasa elusan lembut di kepalanya. Dilihatnya Arka yang tersenyum dan menatap mata Dara dengan lembut membuat perasaan Dara menghangat.

"Jangan ngelamun. Yuk pulang!" ajak Arka yang dibalas anggukan oleh gadis itu.

Mereka berjalan beriringan keluar dari rumah sakit dengan Arka yang merangkul bahu Dara, karena gadis disampingnya ini masih terlalu lemas untuk berjalan sendiri.

Mereka memasuki taxi yang Arka pesan tadi dan mobil itu melaju membelah jalanan yang padat di sore hari.

Setelah beberapa menit kemudian, mereka tiba dirumah. Arka mengambil barang-barang Dara dan membantu gadis itu keluar dari taxi dan berjalan beriringan memasuki kawasan rumah.

Dibukanya pintu besar itu, dan memasuki area dalam rumah. Disana terlihat Revi, sudah berdiri sambil bersedekap dada menatap tajam kedua anaknya. Ralat, hanya kepada Dara saja.

"Sudah puas menghabiskan uang anak saya?" tanya Revi dengan tatapan tajam yang menusuk.

"Maksud mamah apa?" tanya Dara tak mengerti.

"Pinter banget kamu ya! Pake alesan sakit segala buat porotin uang anak saya!"

"Mamah apa-apaan sih?! Dara emang beneran sakit dan itu juga gara-gara mamah!" Arka sudah tidak peduli dengan siapa ia berbicara sekarang. Ibunya itu sudah keterlaluan.

"KAMU UDAH BERANI BENTAK MAMAH?! KAMU BERANI BENTAK MAMAH KARENA ANAK SIALAN INI!"

Baru saja Revi akan melayangkan tamparannya ke pipi Dara, Arka langsung mencengkeram erat tangan ibunya itu dengan mata yang memerah menahan emosi yang akan membeludak.

"Udah cukup ya mah! Udah cukup aku nahan diri buat gak nyakitin ibu kandung aku sendiri!" Arka menjeda sesaat ucapannya. "Sampai mamah lukain Dara lagi, aku akan pergi dari rumah ini," ancam Arka.

Revi menghempaskan tangannya dengan kuat agar terlepas dari cengkeraman Arka.

"Kamu mau pergi? Silahkan! Jangan harap mamah akan memberi kamu uang sepeser pun!" ancam balik Revi yang tentu tak membuat Arka takut.

"Aku gak peduli! Uang bisa dicari, tapi adik kecil aku yang aku sayang gak bisa dicari!"

Arka menarik lengan Dara yang sedari tadi terisak melihat pertengkaran antara ibu dan anak itu.  Ini semua gara-gara dia. Kalau saja ia tak hadir di antara keluarga ini, pasti mereka akan baik-baik saja.

Arka dan Dara sudah tiba dikamar gadis itu. Arka menggiring Dara ke ranjang lalu mendudukkan gadis yang masih terisak itu.

"Sutt.. Udah jangan nangis terus. Idung kamu jadi merah tuh, jelek tau," ujar Arka menenangkan disertai godaanya.

ADARA[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang