Bab 31

41 9 3
                                    

Tekan tombol bintang, komen, dan share yaaa 😊

"Arrgghh!"

Suara yang cukup nyaring itu membuat semuanya terkesiap dan melirik ke arah Dara.

"BELLA!"

Disana, Bella sedang melukis beberapa goresan lagi dikulit Dara. Inti RAGHAS yang melihat itu pun berniat akan menghampiri, jika saja Aris tidak menghadang mereka diikuti oleh para preman suruhannya. Dan terjadilah pergulatan antar lelaki disana. Sedangkan Krisy dan Lysa, mencoba untuk menghentikan Bella.

Bugh

Bugh

Bugh

Srett

Krekk

Suara pukulan dan tendangan memenuhi ruangan tersebut. Inti RAGHAS langsung menghajar dengan membabi buta para preman sewaan Aris. Sedangkan Kenzo berhadapan langsung dengan Aris.

Bugh

Kenzo menonjok rahang Aris dengan sangat kencang, hingga Aris merasakan bahwa rahangnya sedikit bergeser.

Aris tak tinggal diam, ia menonjok pipi Kenzo dengan kencang membuat mulut lelaki itu penuh darah. Kenzo memuntahkan darah tersebut lalu membalas pukulan dan tendangan pada Aris tanpa memberi celah sedikitpun pada Aris untuk melawan.

Disisi lain, Krisy sedang berusaha untuk menghentikan Bella yang semakin tak terkendali. Seolah, belum puas dengan apa yang ia lakukan.

"Bella, stop!"

Namun Bella tak mendnegarkan sedikitpun.

Sedangkan Dara sudah menangis, pasrah akan hidupnya yang mungkin tak akan lama lagi.

Hingga suara tembakan yang begitu nyaring membuat mereka semua mengalihkan atensinya pada seorang gadis yang berdiri didekat pintu.

"Dian?"

Dian melangkah mendekat dengan tangan yang masih memegang pistol.
Lalu, gadis itu menembakkan pelurunya pada kaki si preman.

"Arrghh!"

Dan terjadi pergulatan kembali. Sedangkan Dian sudah berdiri dibelakang Bella dengan mencoba untuk membidik pistolnya.

Dorrr!

Semuanya mematung begitu mendengar suara itu. Sontak saja, mereka melihat ke arah Dian yang ternyata menembak punggung Bella.

"BELLA!"

Krisy memeluk tubuh Bella yang limbung ke depan, sedangkan Lysa mencoba melepaskan ikatan pada Dara. Setelah terlepas, Dara berjalan tertatih menghampiri Bella yang sudah dipenuhi oleh darah.

"Bel? bella?" panggil Dara yang mencoba untuk membangunkan Bella.

"Bella! bangun, Bel!"

Ketiga gadis itu menangis begitu tubuh Bella terbujur kaku. Sedangkan Dian, ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia lakukan. Karena sudah muak dengan semuanya, ia membunuh Bella. Gadis itu terus melamun, hingga tidak menyadari seseorang dibelakangnya.

Bukk!

Dian tumbang begitu punggungnya dipukul dengan keras, hingga gadis itu pingsan. Lalu Aris, mengambil alih pistol yang dipegang Dian, lalu mencoba untuk membidik pistolnya ke arah Kenzo.

Semuanya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, hingga tak menyadari apa yang akan Aris lakukan. Namun, Dara melihatnya. Ia melihat, bahwa Aris akan menembakkan peluru itu tepat pada... Kenzo!

Dara membelalakkan matanya dan berusaha untuk bangun walaupun harus bersusah payah. Ia terus berjalan dengan terpincang karena kakinya sakit.

"KAK KENZO AWAS!"

Dorrr!

Seketika waktu terasa terhenti. Kesunyian yang kini menemani. Semuanya menjadi bisu begitu melihat apa yang terjadi. Mematung karena terkejut, itulah yang mereka lakukan.

Kenzo tidak merasakan apa-apa, tapi tubuhnya seperti tertimpa oleh sesuatu.

"DARA!"

Semuanya terkejut begitu melihat Dara yang sudah tergeletak dengan darah yang merembes keluar dari perutnya. Mereka semua langsung berkerumun menghampiri Dara yang menahan sakit.

"Dara.... Lo harus kuat, Dar! Lo kuat!" Kenzo menangis begitu melihat kondisi Dara saat ini. Ia sama sekali tak terima dengan apa yang terjadi. Sorot mata yang penuh amarah ia arahkan pada Aris yang mematung di sana. Saat ia akan menghampiri lelaki itu, Arka menahan lengannya.

"Bawa Dara ke rumah sakit! Biar dia jadi urusan gue!"

Kenzo mengangguk lalu mencoba mengangkat tubuh Dara dengan susah payah, karena seketika tubuhnya lemas.

Mereka semua berjalan tergesa keluar dari tempat itu menuju rumah sakit terdekat.

"Dar, gue mohon lo gak boleh tutup mata lo,"

Dara yang belum sepenuhnya terpejam, tersenyum.

"Aku... S-seneng kakak.. g-gak papa.."

Kenzo menggeleng dengan cepat begitu melihat senyuman gadis yang berada direngkuhnya, dadanya sesak begitu melihat kondisi Dara.

"Plis, jangan tutup mata lo dulu, Dar!" ucap Kenzo oenuh kepanikan begitu mata Dara yang akan terpejam.

"A-aku ngan-tuk, kak.."

"Enggak! Lo gak boleh tutup mata lo! Sebentar lagi kita nyampe, jadi lo harus kuat!"

"Bisa cepet enggak sih bawa mobilnya?! Buruan!"

Didalam mobil itu, hanya kepanikan yang mengiringi perjalanan mereka. Apalagi, ketika Dara sudah memejamkan matanya, membuat mereka tak tahan lagi untuk mengeluarkan air matanya.

***

Saat ini Dara sedang dalam ruang operasi. Semuanya dilanda kecemasan, terutama Kenzo. Arka sudah berada di rumah sakit sekitar beberapa menit yang lalu, dan lelaki itu mencoba menghubungi kedua orangtuanya. Sasha pun sudah hadir disini, untuk menemani Kenzo yang saat ini terlihat rapuh.

"Bang,"

Kenzo mendongak begitu mendengar suara seseorang yang sangat ia rindukan. Ibunya dan ayahnya sudah berada disini. Kenzo segera memeluk ibunya dengan erat dan menumpahkan air matanya dengan deras disana. Ibunya, Putri, pun ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh anaknya itu.

"Mah... Dara mah.. hiks,"

Putri mengelus kepala Kenzo mencoba untuk menenangkan. Walaupun ia dan suaminya tak pernah ada waktu untuk anak-anaknya, tapi mereka sangat tau seberapa berartinya Dara bagi Kenzo. Dan mereka memilih pulang ketika mendengar kabar dari putrinya kalau Dara masuk rumah sakit.

"Ssst.. kamu tenangin diri dulu. Berdoa sama Allah, semoga Dara baik-baik aja."

Semuanya yang melihat kerapuhan seorang Kenzo Julian pun, menatap lelaki itu sendu. Baru saja lelaki itu dipertemukan dengan teman masa kecilnya, dan belum sempat menyatakan perasaannya, tetapi Tuhan sudah memberinya cobaan yang lebih berat.

Hingga dokter yang mengoperasi Dara pun keluar dari ruangan membuat pandangan mereka semua teralihkan.

"Dok, gimana adik saya?" tanya Arka.

"Operasi berjalan lancar," ucap Dokter itu membuat semuanya bernafas lega. "Tapi... Saat ini pasien dinyatakan koma."

Mendengar hal itu, membuat semuanya kembali menahan nafas. Apalagi Kenzo, yang kini kembali menangis dipelukan ibunya.

Setelah itu, Dara dipindahkan ke ruang inap VVIP, sesuai keinginan Kenzo. Agar gadis itu mendapatkan perawatan intensif.

Dan untuk urusan Aris, Bella dan Dian, mereka sudah mendapatkan balasannya. Aris dan Dian harus mendekam di penjara, sedangkan Bella dinyatakan sudah tidak bernyawa.

Tbc

ADARA[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang