"D-Dara?"
Revi mematung begitu melihat sosok Dara yang berdiri di depan pintu bersama dengan Kenzo. Kedua matanya berkaca-kaca, hingga menunggu beberapa saat saja air mata itu tumpah. Wanita itu berlari menghampiri Dara dan memeluk tubuh mungil itu dengan sangat erat. Dara yang memang sudah sangat merindukan ibunya itu pun langsung membalas tak kalah erat.
Kedua perempuan berbeda generasi itu masih asik berpelukan, menumpahkan segala kesedihan dan kerinduan yang selama ini terpendam. Apalagi Revi, wanita itu yang paling banyak meminta maaf karena perbuatannya di masa lalu.
Mendengar nama seseorang yang di panggil oleh Revi, membuat Fauzan keluar dari kamar dan melihat apa yang terjadi.
Setelah melihat itu, tubuh Fauzan mendadak kaku. Melihat seseorang yang selama ini ia rindukan.
Dengan langkah sedikit berlari, Fauzan menghampiri kedua wanita itu dan ikut memeluk tubuh Dara. Membuatnya sedikit terhuyung ke belakang, kalau saja tidak di tahan oleh Kenzo.
Mereka bertiga berpelukan melampiaskan segala emosi yang selama ini mereka pendam. Fauzan dan Revi menangis sambil terus menggumamkan kata maaf berkali-kali.
Hingga celetukan seseorang menghentikan kegiatan mereka dan menatap si pengganggu.
"Pelukannya pending dulu, pindah tempat kek ngalangin jalan aja sih."
Revi menatap tajam Arka karena sudah merusak momen mengharukan seperti ini. "Ganggu kamu!" ketusnya.
Lalu, Revi menggandeng tangan Dara dan membawa gadis itu ke sofa melupakan kehadiran Kenzo di depan pintu, diikuti oleh Fauzan dibelakangnya.
"Masuk aja, gak usah jadi patung ucapan selamat datang," ucap Arka pada Kenzo.
Revi menggenggam tangan Dara dan menatap sendu gadis yang selama ini ia siksa.
"Kamu kemana aja selama ini? Kenapa mamah malah mendapat kabar tentang kematian kamu? Kenapa kamu bohong sama kita semua?" brondong Revi dengan lirih.
"Maafin papah, nak. Harusnya selama ini papah ngasih perhatian untuk kamu bukan malah menyiksa kamu..." lirih Fauzan.
Dara membalas genggaman Revi lalu menatap Fauzan dengan senyuman. "Dara gak berniat buat bohongin kalian semua. Dara cuman butuh waktu buat sendiri dan ngelupain masa lalu. Dan Dara udah maafin papah sama mamah," ucapnya.
Revi semakin terisak. Ini semua salahnya, semua yang terjadi karena ulahnya. Jika ia tidak melakukan itu pada Dara, mungkin gadis itu tidak akan mengalami semua ini. Ingin rasanya ia memutar kembali waktu, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan kesalahan itu.
"Maafin mamah.... hiks... Andai saja--" ucapannya terpotong ketika Dara menyela.
"Mamah gak perlu minta maaf, Dara udah maafin mamah dari dulu."
Revi menarik tubuh Dara untuk ia dekap dan menangis sesenggukan disana, sambil menggumamkan kata maaf berkali-kali. Dara hanya menepuk punggung Revi yang bergetar karena isak tangisnya. Fauzan sendiri hanya melihat keduanya sambil menyeka air matanya.
Sedangkan Arka dan Kenzo hanya terdiam melihat ketiganya dengan haru. Sesekali arka mengusap sudut matanya yang berair karena tidak menyangka bahwa mamah dan papahnya telah mendapat hidayah setelah kejadian itu.
***
Di belakang rumah Revi, tepatnya di sebuah gazebo dekat taman, Dara dan Kenzo berada saat ini. Mereka masa-masa terdiam memikirkan berbagai macam hal yang bersarang di kepala mereka.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Kenzo memecah keheningan.
Dara menoleh dan menatap mata Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA[END]
Teen Fiction[DIUSAHAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA] _____________________________________ Hanya kisah seorang gadis ceria yang memiliki kehidupan yang penuh dengan lika-liku. Adara Fredella Ulani. Gadis cantik itu mampu menipu semua orang dengan keceri...