Bab 26

32 8 1
                                    

Tekan tombol bintang, komen dan share yaaa 😊

Kring... Kring...

Suara dering alarm menggema diseluruh penjuru kamar. Sedangkan si pemilik kamar masih setia bergelung dengan selimutnya.

Dara.

Gadis itu masih meringkuk dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Tubuhnya sedikit gemeteran, bukan karena menangis. Melainkan karena tubuhnya menggigil.

Sejak pulang dari supermarket semalam, Dara diserang demam tinggi. Mungkin karena peristiwa itu membuatnya syok dan trauma, jadi tubuhnya langsung drop.

Semalam saja Dara menangis, karena langsung teringat dengan kejadian yang menimpanya semalam. Membuat Arka diserang kepanikan, apalagi saat tau bahwa adiknya itu demam. Lelaki itu langsung mengompres demam Dara dan menyuruhnya untuk minum obat.

Sekarang pun sama. Begitu Arka memasuki kamar ia masih melihat Dara meringkuk dengan tubuh bergetar. Lelaki itu berjalan menghampiri ranjang adiknya dengan membawa nampan berisi sarapan dan obat di nampan, setelah menutup pintu.

Arka menyimpan terlebih dahulu nampannya di atas nakas, lalu duduk di pinggir ranjang Dara. Lelaki itu meletakkan telapak tangannya di dahi Dara, dan rasa hangat masih menjalar ditelapak tangannya. Suhu tubuh Dara masih hangat, namun tidak setinggi semalam.

Arka mengguncang bahu Dara pelan untuk membangunkan gadis itu.

"Dek, bangun yuk. Kamu harus sarapan terus minum obat," titah Arka.

Dara mengerjapkan matanya pelan, lalu ia menemukan Arka yang sudah duduk disampingnya. Dengan kepala yang masih sedikit pusing, Dara mencoba untuk bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk bersandar dikepala ranjang, dibantu oleh Arka.

"Abang gak sekolah?" tanya Dara pelan nyaris tak terdengar.

"Niatnya sih mau, cuman liat kondisi kamu yang kek sekarang kek nya enggak deh," balas Arka sambil mengambil mangkuk bubur yang ia beli di depan tadi.

"Abang sekolah aja, aku gak papa kok," Dara tersenyum dengan bibir pucatnya.

"Tapi kamu nanti gak ada yang jagain."

"Enggak papa abang. Aku bisa jaga diri aku kok, tenang aja. Abang sekolah ya," pinta Dara.

Arka menghembuskan nafasnya prlan lalu terpaksa mengangguk. "Yaudah, sekarang kamu makan abis itu minum obat."

"Aku gak mau bubur abang," rengek Dara.

"Terus? Udah gak papa bubur aja dulu. Biar perut kamu gampang cernanya."

"Ih tapi itu lembek gitu." Dahi Dara mengernyit tanda jijik.

Arka mendengus, "Namanya juga bubur. Udah sekarang kamu makan dulu, biar cepet sembuh. Nanti kalo udah sembuh, abang beliin eskrim yang banyak."

Mendengar kata eskrim, mata Dara langsung berbinar. Layaknya anak kecil berumur 5 tahun baru dibelikan balon oleh orang tuanya.

Arka mengacak puncak kepala Dara pelan karena gemas, "Denger eskrim aja.."

Sedangkan Dara hanya menunjukkan giginya yang putih.

Arka pun menyendokkan buburnya lalu mengarahkan ke mulut Dara. Dan dengan terpaksa, Dara menerima suapan Arka.

Hingga bubur habis dan Dara minum obat, serta Dara yang sudah terlelap kembali. Setelah Arka memastikan Dara yang sudah tidur dengan pulas, barulah Arka bisa berangkat sekolah.

***

Kantin Meganesa. Salah satu tempat yang selalu ramai ketika waktu istirahat. Hampir seluruh murid memanjakan perut mereka dengan berbagai makanan yang tersedia.

ADARA[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang