alasan

7 4 0
                                    

Salman sedang memuthola'ah kitab yang akan ia ajarkan kepada santrinya, tak perlu waktu lama ia berfikir mendalami ma'na lafadz yang ia baca karna memang salman telah menguasainya walau hampir.

Kekhusyuannya memutola'ah terganggu lantaran panggilan telpon dari handphonenya.

"waalaikumsalam....apa li?"

Ali sang penelpon! salman tau betul topik yang akan dibicarakan, salman dibuat bingung lantaran ia belum memiliki jawaban yang pasti atas pertanyaannya.

"gimana kata abi ente? gini man, masalahnya kalo ente belum kasih tau sekarang...waktunya mepet banget"

"mepet?..."

"iy! masalahnya abah nentuin tanggal nikah ente minggu depan"

"astagfirulloh..." kejut salman menyeimbangkan.

"yang bener ente li...."

"beneran"

"yang jadi masalahnya...ane belum kadih tau abi"

"astagfirulloh maaaan...lagi ribut ributnya ngurusin acara ente, kenapa belum kasih tau abi ente?"

"duh gimana ya? afwan jidan li...masalahnya ane gk mau ganggu abi"

"ane ngerti...tapi gimana hidup kamu?"

"bentar li bentar! ane gk ngerti, maksudnya kenapa abah ente ngedadak buat tanggal nikah? apa ada masalah? maksudnya gini loh, dia kan belum pernah kasih tau jawabannya sama ane, terus kenapa tu...?"

"y itu masalahnya man...sekarang ente kasih tau abi ente"

"iyaaa, tapi alasannya apa? ane gk berani boong"

"siapa yang nyuruh boong? ente tinggal kasih tau aja tanggal nikahnya, gitu doang"

"ane tanya li....apa alesannya?"

Ali terdiam! hanya sedikit nafasnya yang salman dengar, ali memang harus membicarakan ini kepada salman, apapun resiko bagi fatimah itu menjadi tanggung jawab ali rasanya.

"ane kesel sama si haidar"

"haidar? apa hubungannya?"

"ane kasih tau semua tentang dia ke abi"

"astagfirulloh..apa apaan ente li..."

"itu jalan keluarnya, ane gk mau si fatimah jadi  cwek murahan man, liat aja, berapa tolakan dia kalo berhubungan sama si haidar itu..."

"y ane ngerti, tapi li...cara ente salah, ane gk pernah maksa nikah sama dia, kalo dia gk mau , yaudah gitu! karna cinta itu gk bisa di paksakan li.... ane gk mau liat dia sedih, walaupun emang dia emang gak mau nerima ane dalam hidupnya, ane ridho ridho li dia sama siapa juga, asalkan dia bahagia"

"gk! dari cara ente ngomong, ane tau ente pura pura rela, ane tau man...jangan putus asa, ente harus terus maju, jangan biarin batu batu walaupun kecil ngalangin jalan ente, ane percaya sama ente, tolong man....bimbinglah dia ke jalan yang bener, bimbinglah dia terus menuju alloh, alloh maha membolak balikan hati man, kamu gk perlu khawarir tentang itu, ente tau betul sikap haidar, apa ente mau fatimah hancur? halalin fatimah man..."

Entahlah dengan jawaban salman, ia rasanya hafus memikirkan ini berkali kali, Salman memang menyimpan hati untuk fatimah, ia merelakan hati agar fatimah tersenyum.

"tut....tut...tut..."

Salman mematikan telponnya.

Ali mungkin kecewa terhadap salman yang begitu mengutamakan peradaan orang lain dibanding dirinya.

Memang bagus keedulian terhadap orang lain, namun ali tak menyukai salman jikalau dia selalu mengorbankan hatinya yang akan menggaggu segala hal menurut ali, ali takut segala ibadah yang terus salman lakukan akan menurun.

                                ☆~☆

Hari ini salman beserta salma tengah menyiapkan persiapan kecil untuk sambutan orangtua tercintanya.

Salman awalnya memang akan menjemput ke2nya di lokasi travel, agak jauh mungkin, Namun abinya melarang salman untuk itu, abinya malah menyuruh salah satu santrinya untuk menjemputnya disana.

"assalamualaikum"..ucap seseorang yang di pastikan adalah orangtuanya.

Salman beserta salma yang semula duduk terkejut melihat kedatangan mereka.

Seseorang yang sangat mereka tunggukan kehadirannya, dan sangat mereka rindukan kehadirannya.

"waalaikumsalam" jawab ke2nya hampir berbarengan.

Ke2nya mengambil satu persatu tangan orangtuanya untuk dikecup.

"abi ummi sehat?"ujar salman setelah duduk.

"alhamdulillah, kalian gimana disini?  de salma gimana hafalannya? " tukas ummi kembali bertanya.

"alhamdulillah lancar mi..."

" bagus! jangan dulu kasih hp kalo belum setoran"

Salman hanya melihat kearah salma yang juga melihatnya, ia hanya tersenyum getir seakan salma memberi isyarah agar salman tak memberi tau umminya.

"de...sekarang kamu beresin barang barang ini y! ke kamar abi" perintah abinya.

Salma masih sangat kecil untuk mengetahui urusan orang dewasa, jadi abinya suruh dia membawa dan membereskan barang-barangnya ke kamar.

Sementara salman? suasana ini merasa menakukan baginya, ia merasa tengang, ia tau jalan topik pembicaraan yang akan orangtuanya bicarakan.

"kunaon a? aya masalah?"

Salman menghela nafas panjang sebagai star awal pembicaraan.

Sebisa mungkin salman menjelaskan, sangat telaten rasanya, tak ada yang terlewatkan, dari mulai ia mengkhitbah, di rumah kiayi ahmad dan calon mertuanya yang menentukan tanggal nikah.

"hah.???"kejut abinya.

"atos milih tanggal? kunaon ari aa heunteu ngawartosan? iraha bageur iraha?"

"5 dinteun deui abi"

"astagfirulloh, naaa kunaon meuni ngadadak kitu cenah besan teh...aya naon a? aya masalah?"

"aa oge teu acan terang pasti, mung sakitu anu ku aa terangna"

"hayu atuh mi...gera telpon besan, tos kitu siap siap, deuh..atuh meuni ngadadak kieu?" ujar abinya risau.

"punteun abi...punteun, abi sareng ummi tos we istirahat, nembe uih cape..."
-
-
-
-

-

FATIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang