siapa dia?

5 4 0
                                    

"dari mana aja kamu de? ummi sama abi mau pulang, mau di tinggalin?" simdir salman ketika batang hidung adiknya itu terlihat.

"hhee....afwan a"

keluarga salman berpamitan karna sudah cukup lama mereka disana tanpa menemui ali dan abahnya, karna memang sedang ada urusan di luar.

Belum saja kaki mereka melangkah, kedatangn fatimah membuat kaki mereka urung melangkah, sedangkan fatimah yang melihat itu segera menghampiri mereka dan mengambil satu persatu tangan mereka.

"kamu dari mana aja neng?"tanya ummah nurul kepada fatimah

"afwan mah, tadi ada kurir"

"terus mana paketnya?"

"itu mah, barangnya bukan yang fatimah mau, jadi fatimah kasih ke si tukang kurirnya"

Mendengar itu, salman terlihat tersenyum sinis kepada fatimah, pandai sekali kakak iparnya itu bersandiwara.

"kebiasaan kamu mah, tiap beli paket, gk pernah ada yang bener"

'berarti fatimah sering ketemu haidar disini?' batin salma.

Fatimah hanya tersenyum sebagai jawaban hingga krluarga salman berlalu di lahap pintu.

"ummah ke dapur dulu ya"ujar ummahnya dan berlalu

Tinggalah fatimah dan salman, tak adakah yang ingin memulai bicara antara ke2 nya?.

Setelah kian lama mereka saling bertatapan, fatimah beranjak menaiki anak tangga menuu ke kamarnya, namun tanpa fatimah ketahui, salman mengikutinya, mungkin agak sedikit jauh dari langkah fatimah.

Belum saja fatimah duduk di sofanya, ia di buat sangat terkejut oleh kedatangan salman yang sedang mengunci pintu, jantungnya berdekup kencang, itu yang sering ia rasakan ketika di dekat salman.

Langkah salman semakin mendekati fatimah.

"sssalman mmm maksud saya"

"farizi! panggil aku farizi" ujarnya duduk du samping fatimah

"nama sayang kiayi ahmad, guru kita" sambungnya

"farizi" eja fatimah mengulangi

"apa itu panggilan kiayi?" lanjutnya

"ya ! aku mau kamu juga menyebutmu itu"

Senyum penuh harap cinta, itu yang fatimah lihat dalam wajah salman.

Senyuman itu seolah memberi jaringan untuk fatimah tersenyum, senyuman yang membuat salman tenang.

"farizi" ulang fatimah

Senyumannya seakan pudar melihat tangan kekar salman meraih tangannya dan menempelkannya di dada bidang salman.

"kau milikku anisa, tolong jangan pernah meninggalkanku, hanya untuk sesaat saja aku tak rela"

"sesaat saja?" tanyanya cepat

"ya! rasanya jantungku sudah hilang jika kau tidak di sisiku, ana uhibbuki fillah ya zaujati"

Senyuman riang fatimah menggema di sekuruh kamarnya, saking riangnya, fatimah refleks memeluk salman, sangat erat, hingga membuat salman susah untuk bernafas.

Namun ada apa dengan istrinya itu?.

Salman membalas pelukannya dengan terus mengelus kepala fatimah yang tengah tenggelam dalam dekapan salman.

"kau baik-baik saja anisa"

"ya tentu saja"

"tapi kenapa?"

"eh...bukankah aku istrimu?"

Istri? sejak kapan ia mengakui ini? ada apa dengannya? memang senang sekali salman mendengarnya, namun rasanya begitu ganjal.

"ana uhibbuka fillah malik"

DEG!

Apa katanya? malik? siapa malik? salman rasa namanya tidak tertera nama malik.

Dengan keterkajutannya, salman spontan melepaskan tangan fatimah di tubuhnya.

Fatimah? ih sayang sekali, dia sudah benar-benar kehilangan akalnya, ia membayangkan haidar disampingnya.

Namun fatimah juga tak kalah terkajut ketika salman melapaskan pelukannya dan melihat wajah elang itu ada di depannya.

"sssssal-"

"malik?"potong salman

"siapa dia anisa?"

Mungkin diam adalah segalanya, fatimah tak bisa menjawabnya.

"aku bertanya kepadamu anisa! siapa dia? tega sekali kamu bayangin aki malik, hah? suami mana yang tak akan sakit hati jika istrinya itu menyebut nama orang lain dalam bahagianya"

"sssalman mmaksunya iiitu-"

"haidar?"

Tepat sekali, tebakan salman begitu mengenai sasaran, fatimah sangat terkejut salman mengetahuinya.

Fatimah memandang suaminya sangat lekat, ia harap bisa memiliki celah untuk menghindari peristiwa ini.

"iiiitu....iitu..."

"haidar? apa kamu masih...."

Salman memegang ke2 lengan fatimah erat.

"apa kamu masih mencintainya anisa?" lirihnya

Hancur! sangat hancur, kalimat itu sangat bodoh salman ajukan, sebagai seorang suami, tidak pantas menpertanyakan itu, seharusnya memang istri mencintai suaminya.

Fatimah hanya diam menunduk, tak berani ia menatap mata elang yang di penuhi beribu kata tanya.

"oke faham" sambil melepaskan tangannya.

"astagfirullohaladziim"lirih salman sambil mengusap wajahnya kasar, kini salman duduk di kaki ranjang.

"orang diluar sana menganggap sangat beruntung bagiku mendapatkanmu, tapi apa? astagfirulloh...ya aku sangat beruntung menikahimu, karna kamu cantik, pintar dan kamupun apalah yang gk bisa, tapi sayang anisa, aku hanya menikahimu saja, berharap mustahil rasanya memilikimu seutuhnya, dan keberunrungankupun memilikimu, itu semua menjadi pesona bagi irang luar disana....baiklah! kamu pilihkah siapapun yang kamu mau, itu menjadi pilihan hidupmu anisa, tapi!....pernahkah kamu sedikit saja memikirkanku? memikirkan suamimu? yang selalu berjuang dzohir batin menahan segala kesedihan yang kamu buat, rasanya sakiit"

"tapi aku masih punya alloh, aku selalu menangis di hadapannya, menceritakan pengalaman pedihku bersama istriku, alloh tau itu , begitu cengengnya aku"

Salman tersenyum sinis.

"pilihlah dan oergulah bersama hidupmu anisa, aku disini hanya akan mendoaknmu bahagia, itu saja, tak peduli dengan nasibku yang hanya berjuang menyirami tanaman milik orang lain, walaupun seberapa kerasnya ku siram, tetap saja itu milim orang lain"

Salman menghela nafas dan membuangnya kasar.

Ia beranjak hendak pergi keluar, rasanya air mata ini tak bisa lagi berhenti jika terus berada di sana.

"Haidar memintamu agau aky tak menyentuhmu?"

Salman terlihat tersenyum sinis

"pintar sekali dia"

BUGG!...salman menutup pintu kamarnya, namun terdengar kasar di telunga fatimah.

Ia mulai mengekuarkan air matanya atas kepergian salman yang begitu entahlah...

"astagfirulloh ya alloh, apa yang aku lakukan? apa dia benar-benar mencintaiku? menyayangiku? tapi kenapa aku tak menyadarinya?" lirihnya.

"ya alloh....maafkan akuuuu" teriak fatimah menggema keseluruh ruangan
-
-
-
-
-

FATIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang