Sedari tadi setelah sarapan hingga siang ini, fatimah tak kunjung keluar dari kamar sebrang sana, lebih tepatnya kamar baru salma, sudah berjam-jam rasanya salman berdiri di ambang pintu kamarnya menatap pintu yang tertutup.
Hari ini memang tak ada jadwalnya salman mengajar di pesantren, rasa bosan menghantuinya, kenapaaa juga adiknya itu ada di rumahnya.
"huh...ngapain aja sih di dalem? lama banget, apa salma nanya banyak ya sama fatimah, diakan kalo nanya udah kaya jalan tol, panjangnya minta ampun"
Salman juga tak mengkhawatirkan dengannya, sebelumnya ia sudah sholat duha, jadu gk harus mikirin itu juga kan?.
Senyuman sumeringah terlihat dalam wajahnya ketika pintu kamar yang sedang ia tunggu terbuka, disana menampakkan 2 perempuan cantik yang sama-sama salman sayangi.
"maaf ya de...teteh kelamaan disini" ujar fatimah
"gk pp teh, dede seneng banget, lain kali kali lebih lama juga dede gk keberatan he..."
"yaudah, itu suami tercinta udah nungguin" sambung salma mengisyaratkan matanya ke arah salmna yang sedang tersenyum saja, gk ada kerjaan.
Salma menutup pintu kamarnya, membiarkan 2 insan itu berinteraksi.
Namun nyatanya terbalik.
Fatimah hanya melihat sekilas suaminya dan masuk begitu saja tanpa memperdulikan salman yang sudah berjam-jam berdiri di bibir pintu.
Raut wajah salman kini berubah, ia segera mengejar istrinya yang tanpa dosa berlalu begitu saja dengan wajah yang datar.
"aku ada salah sama kamu?" lirih salman yang sudah duduk di samping fatimah tepatnya di kaki ranjang.
Tak ada jawaban, Fatimah hanya sibuk membuka dan membaca novel
Salman di buat jengkel.
"kalo aku salah, oke, aku minta maaf, kalo kamu marah kan bisa marahin aku? jangan gini ya..."
krik....krik....
Tak ada jawaban.
Merasa tak terima, salman merebut paksa novel itu.
Fatimah mendengkus kesal.
"apa sih?" tanya fatimah dengan wajah malas.
"kenapa? aku minta maaf..."
"ck!" fatimah berusaha mengambil novel yang di pegang suaminya, namun salman malah mempermainkannya.
"kamu kenapa dulu, hmm?"
Fatimah mulai kesal, ia mambelakangi suaminya dan bertumpang tangan di dada.
Melihat itu, salman menyimpan novelnya begitu saja dan mendekati istrinya yang sedikit merenggang.
Fatimah langsung beku, jantungnya langsung memompa ketika sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya.
"kenapa hmmm?" lirih salman dengan santainya
Untuk sesaat, mengapa fatimah harus melakukan ini? ia benar-benar bersalah membuat suaminya itu metasa bersalah kepadanya.
Sedikit demi sedikit, butiran demi butiran membasahi pipi fatimah, ia segera menyerkanya, namun sebelum itu terdengar isakan di telinga salman.
Salman segera membalikan tubuh fatimah menghadapnya, dan ya! walaupun fatimah menyerkanya, air matanya itu tak kunjung reda.
"kok nangis?" sambilnmenagkupkan ke2 tangannya di pipi fatimah
"kamu marah sama aku...hmm?"
Fatimah menggelengkan kepala
"terus? kok nangis?" salman dengan telaten mengusap air matanya.
Tangisannya semakin heboh saja, mambuat salman risih, nanti kalo kedengeran keluar ,, waaah perang dunia tuh...
"jangan nangis terus yaaa, aku gk ngerti"
"fffatimah, aaaku hiks...aku takut kamu pergi salman...
Fatimah memeluk suaminya agresif, salman tersenyum sumeringah mendengarnya, untuk sekedar menenangkan, salman mengelus halus kepala istrinya yang di baluti hijab.
"ada apa? kok tiba- tiba ngimong gitu? aku gk kemana- mana"
"tttapi....aku takut kamu jauh, jangan pergi salman"
"aku gk bakaln pergi, kamu istriku anisa, kenapa kamu ngomong gitu?,, udah ya jangan nagis lagi"
Salman terus memberi kehangatan dan kedamaian untuk fatimah dalam dekapanya, ia tak tahu inti sari fatimah berbicara seperti itu, tapi sudahlah, ia tak ingin memperpanjang masalah ini.
Tak bosan rasanya salmab mengusap-usap kepala fatimah dan menunggu kekadih halalnya iti tenang.
Fatimah menghela nafas panjang, berakhir sudah tangisan konyol itu, oh jelas! orang nangisnya juga di dada salman...eh!
"apa kau akan mendengarkanku?"lirih fatimah
"tentu saja, lebih dari sekedar mendengarkan, bahuku siap untuk menjadi sandaran"
Fatimah tersenyum
"tapi bukan sekarang"
"kapanpun! aku akan selalu ada untukmu jika alloh menghendaki"
Farimah sangat bahagia mendengarnya, ia melebih eratkan pelukannya, rasanya memang damai selalu jika dirinya di dekat salman.
"aku tak pernah menyadari ada sebuah cinta yang muncul dalam hati ini, sebuah cinta dimana menjadi dasar untuk sekian banyaknya pahala"
(FATIMAH)
-
-
-
-
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
FATIMAH
Teen FictionSebuah kisah cinta di awali dari 2 minggu lalu. Fatimah menyadari betapa gelapnya cinta tanpa ikatan, dosa, cibiran, itu ia ketahui setelah 2 minggu lalu, 2 minggu dimana ia mengaku hamil atas suaminya yang sudah jelas jelas belum sama sekali ia sen...